BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa rerata indeks plak pada kelompok perlakuan lebih rendah berbanding kelompok kontrol. Obat kumur
ekstrak daun sirih merah dengan konsentrasi 3 ini membuktikan efeknya dalam mengurangi plak pada akhir pemeriksaan yaitu hari ke-7 pemakaian obat kumur yang
mengandung ekstrak daun sirih merah 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua obat kumur yaitu obat kumur ekstrak daun sirih merah dan obat kumur plasebo
Obat kumur uji yang mengandung ekstrak daun sirih merah 3 menunjukkan penurunan yang signifikan setelah pemakaian 7 hari. Nilai rerata skor plak hari ke-0 dan
hari ke-7 kelompok kontrol adalah 0,250 ± 0,162, sedangkan pada obat kumur plasebo menunjukkan nilai rerata -0,148 ± 0,237. Secara keseluruhan keefektifan terhadap
pengurangan plak pada obat kumur yang mengandung ekstrak daun sirih merah jauh berbeda dengan obat kumur kontrol. Hasil ini bersesuaian dengan penelitian yang
dilakukan oleh Vina Mutiarawati dkk yang menunjukkan ekstrak daun sirih merah mempunyai efek antibakteri terhadap bakteri plak supragingiva.
2
Penelitian yang dilakukan oleh Rima Erviana dkk telah menunjukkan kandungan ekstrak daun sirih merah mempunyai aktivitas paling kuat melawan
pertumbuhan S.mutans dan aktivitasnya kemungkinan melalui penghambatan aktivitas GTF.
3
Sifat utama komponen minyak atsiri yang ada di dalam ekstrak daun sirih merah adalah hidrofobik. Hidrofobisitas ini memungkinkan senyawa tersebut terpartisi dalam
lemak membrane sel bakteri dan mitokondria.
16
Hal ini juga didukung oleh penelitian Qualifah Indah Wahyu, dkk yang menyatakan bahwa ekstrak daun sirih merah
mempunyai daya hambat terhadap S.mutans.
4
Konsentrasi ekstrak daun sirih merah yang terkandung dalam obat kumur pada penelitian ini adalah sebanyak 3 yang diekstraksi menggunakan etanol 96 di
Laboratorium Obat Tradisional, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Nilai KHM sebanyak 3 ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Qolifah Indah
Universitas Sumatera Utara
Wahyu, dkk tentang daya hambat ekstrak daun sirih merah terhadap streptococcus mutans. Hasil penelitian S.D. Marliyana menyatakan bahwa nilai KHM untuk bakteri
Gram positif adalah sebesar 1. Aktifitas antimikroba bakteri ini dilihat dari nilai kadar hambat minimum KHM yang telah didapatkan. Dari hasil penelitian ini ditemukan
bahwa konsentrasi 3 adalah konsentrasi minimum ekstrak daun sirih merah dalam menghambat pertumbuhan bakteri pembentuk plak.
4
Selama penelitian ini dijalankan, tidak ada efek samping yang terjadi pada subjek penelitian. Ini bersesuaian dengan penelitian analisa proksimat dan toksisitas
akut yang dilakukan oleh Safithri M. dkk. Uji toksisitas menunjukkan bahwa rebusan daun sirih merah tidak memiliki toksisitas hingga dosis 20 gkg BB. Tidak adanya
kematian pada semua dosis yang diujikan dapat dikatakan bahwa rebusan sirih merah tidak toksik. Dengan demikian dianggap semua toksisitas akut dapat diabaikan dan nilai
LD
50
tidak perlu ditentukan. Hal ini sesuai dengan klasifikasi toksisitas akut menurut Lu 1995 yang menyatakan bahwa zat kimia dengan nilai LD
50
15 gkg BB atau lebih bersifat praktis tidak toksik. Hal ini menunjukkan bahwa rebusan sirih merah relatif
aman dan memiliki potensi bioaktivitas.
27
Sebagai cara untuk mengurangi rasa kurang enak yang ditimbulkan oleh obat kumur ekstrak daun sirih merah, maka telah ditambahkan bahan-bahan lain.
Penambahan sorbitol pada obat kumur bertujuan untuk menghilangkan rasa pahit dari ekstrak daun sirih merah manakala peppermint oil ditambahkan untuk menutupi aroma
khas yang terdapat pada ekstrak daun sirih merah dan juga untuk menyamakan aroma pada obat kumur plasebo. Pewarna tiruan juga ditambahkan beberapa titis pada obat
kumur plasebo supaya dapat menyamakan dengan warna pada obat kumur ekstrak daun sirih merah, namun pewarna yang ditambahkan tidak mengganggu rasa kedua jenis obat
kumur. 33
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN