Ayam Ras Telur Teori Transmisi Harga Fluktuasi Harga Integrasi Pasar

Peranan komoditi jagung sebagai bahan baku pakan ternak sampai saat ini belum tergantikan. Komponen jagung dalam bahan baku pakan ternak memiliki proporsi yg paling tinggi dibandingkan dengan komponen penyusun lainnya. Komposisi pakan yang berasal dari jagung, adalah untuk ayam pedaging 54 persen, ayam petelur 47,14 persen dan untuk ternak babi grower sebesar 49,34 persen. Dengan demikian fungsi jagung khususnya untuk pakan menjadi sangat penting. Penggunaan jagung yang relatif tinggi ini disebabkan oleh harganya yang relatif murah, mengandung kalori tinggi, mempunyai protein dengan kandungan asam amino yang lengkap, mudah diproduksi, dan digemari oleh ternak. Upaya untuk menggantikan jagung dengan biji-bijian lain tampaknya belum berhasil sehingga jagung tetap menjadi bahan baku utama pakan di seluruh dunia Purwono, et al, 2007. Sebagian besar ketersediaan jagung di Sumatera Utara diperuntukkan sebagai pasokan bagi industri pakan ternak maupun industri-industri makanan yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Setiap tahunnya industri-industri tersebut menyerap lebih dari 80 produksi jagung Sumatera Utara, sedangkan 20 lagi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat secara langsung dan perdagangan keluar provinsi Badan Ketahanan Pangan, 2007.

2.1.2 Ayam Ras

Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dalam masyarakat kita dengan sebutan ayam broiler. Ayam ras pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu, ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan Universitas Sumatera Utara timbunan daging yang baik dan banyak. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3-1,6 kg per ekor ayam Rasyaf, 2004.

2.1.3 Telur

Telur merupakan hasil dari system reproduksi suatu individu. Telur adalah hasil sekresi system produksi dan mekanisme endocrine, metabolic dan kimia faali. Telur ayam mempunyai komposisi zat-zat makanan sebagai berikut : air 66, protein 13, lemak 10,5 dan abu 10,5 Anggorodi, 1985. 2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Transmisi Harga

Transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang di satu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat tingkat pasar lainnya Hasyim, 2012.

2.2.2 Fluktuasi Harga

Fluktuasi harga adalah perubahan harga di atas atau di bawah harga rata-rata pertahun. Harga yang fluktuatif ini didapat karena adanya ketidakseimbangan jumlah permintaan dan penawaran di pasar Anonimus, 2010. Di Indonesia, harga telur ayam ras sangat fluktuatif. Penyebabnya bermacam- macam, diantaranya faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Biasanya pada waktu menjelang lebaran Hari Raya Idul Fitri, harga telur ayam ras akan mulai merangkak naik pada minggu kedua bulan Ramadhan dan akan mencapai puncaknya pada 2-3 hari menjelang lebaran Abidin, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Integrasi Pasar

Integrasi pasar merupakan keterpaduan di antara beberapa pasar yang memiliki hubungan harga tinggi. Pasar-pasar terintegrasi jika terjadi aktivitas perdagangan antara dua atau lebih, kemudian harga di suatu pasar berhubungan dengan harga di pasar-pasar lainnya. Dalam hal ini, perubahan harga di suatu pasar ditransmisikan ke pasar-pasar lain, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang Fitrianti, 2009. Terintegrasi atau tidaknya suatu pasar dapat dianalisis dengan memperhatikan faktor: 1. Segmentansi pasar Pasar dikatakan tidak terintegrasi jika perubahan harga yang terjadi di pasar acuan tidak mempunyai pengaruh, baik cepat atau lambat terhadap harga di pasar domestik. Dengan demikian diharapkan dengan terintegrasinya pasar domestik, maka harga yang terjadi di pasar domestik dipengaruhi oleh perubahan harga yang ada di pasar acuan. 2. Integrasi jangka pendek Pasar dikatakan terintegrasi dalam jangka pendek apabila perubahan harga yang terjadi di pasar acuan secara langsung dan utuh diteruskan ke dalam harga di pasar domestik Nachrowi dan Hardius, 2006.

2.2.4 Penentuan Harga Pokok