Tabel 4.16 Lanjutan No
Jenis Kegiatan Bentuk Kegiatan
Sasaran b. Pelayanan Gizi Masyarakat
1. Pendataan dan
perbaikan gizi -
Penyuluhan gizi -
Pemantauan status gizi -
Pergerakan keluarga sadar gizi -
Promosi Asi Eksklusif dan makanan pendamping Asi
Ibu, suami dan keluarga
2. Penanggulangan
gizi kurang dan gizi buruk
- Pelacakan gizi buruk dan gizi
kurang
c. Pelayanan Kesehatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
1. Pelayanan dan
pencegahan TB Paru
- Penyuluhan TB Paru dan PHBS
Individu dan kelompok
masyarakat 2.
Pencegahan dan pengendalian
malaria -
Pengendalian penyakit malaria
d. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
1. Peningkatan
akses masyarakat terhadap sumber
air minum dan sanitasi dasar
- Pemantauan air bersih dan air
minum -
Pemicuan stok BABS buang air besar sembarangan
Masyarakat
2. Program Kesehatan Lainnya
a. Penjaringan
- Pendataan kesehatan anak
Anak sekolah dasar dan
masyarakat b.
UKMB -
Penyuluhan dan pemanfaatan TOGA
3. Manajemen Puskesmas
a. Lokakarya mini
bulanan dan tribulan
- Pembelian konsumsi rapat
- Pembelian ATK
StafPetugas Kesehatan
b. Bantuan transport
- Mengantar laporan
- Konsultasi
4. Program Tim Terpadu
Program kesehatan promotif dan
preventif -
Penyuluhan kesehatan Masyarakat
Sumber : UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara, analisa dokumen dan observasi di lapangan yang dilakukan di UPT Puskesmas Hiliduho menyatakan bahwa peningkatan cakupan
SPM terjadi peningkatan sejak dilaksanakannya program BOK. Dari hasil studi dokumentasi terhadap laporan yang disampaikan dan dilaporkan UPT Puskesmas
Hiliduho kepada Dinas Kesehatan Kabupaten dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.17 Cakupan SPM dari peruntukkan dana BOK di UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015
No Indikator SPM
Pencapaian Tahun 2013
2014 2015
Target SPM 2015
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 95
97 97
90 2.
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani
78 88
90 94
3. Cakupan Pertolongan Persalinan
Oleh Tenaga Kesehatan memiliki Kompetensi Kebidanan
90 95
97 95
4. Cakupan Pelayanan Nifas 66
70 85
90 5.
Cakupan Neonatus dengan komplikasi ditangani
48 17
75 85
6. Cakupan Kunjungan Bayi 100
100 95
97 7. Cakupan Desa UCI
99 100
80 100
8. Cakupan Pelayanan Anak Balita 80
90 88
100 9.
Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat Perawatan
100 100
100 10.
Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak 6-24
Bulan dari Keluarga Miskin 19
23 67
100 11.
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkatan
100 100
97 100
12. Cakupan Peserta KB Aktif 72
82 85
87
13. Cakupan Penemuan dan Penanganan
Penderita Penyakit a.
Penemuan penderita TB Paru dots BTA +
b. Penemuan penderita malaria klinis
c. Penemuan penderita diare
d. Penemuan penderita kasus
pneumonia ringanberat e.
Pencegahan dan penanggulangan kasus rabies
25 59
39 2
2 25
73 28
2 3
2 55
60 19
80 95
79 100
100 14. Cakupan Pembinaan Desa Siaga
16 16
16 70
Sumber : UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
Pembahasan hasil peneltitian dilakukan melalui evaluasi input, proses dan output. Dalam input dibahas tentang variabel SDM, Dana dan Sarana Prasarana.
Pada proses akan dibahas tentang Perencanaan Tingkat Puskesmas P1, Penggerakan Pelaksanaan P2, dan Pengawasan Pengendalian Penilaian P3.
Dan output adalah tentang Alokasi Dana BOK, Mekanisme Penyaluran Dana BOK dan Peruntukkan Dana BOK.
5.1 Input
5.1.1 Sumber Daya Manusia SDM
SDM Kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi, termasuk tenaga kesehatan strategis, tenaga non profesi dan tenaga penunjangpendukung
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya manajemen kesehatan Kemenkes, 2015. SDM merupakan faktor utama untuk
mencapai tujuan organisasi. SDM Kesehatan terutama yang bekerja di puskesmas adalah ujung tombak dalam pelaksanaan BOK. Mereka sangat berperan dalam
upaya pencapaian tujuan BOK dan keberhasilan pelaksanaan BOK di puskesmas. penting sekali untuk memiliki tenaga kesehatan yang terampil dan berkualitas.
Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa dari sisi kuantitas SDM di UPT Puskesmas Hiliduho sudah cukup sedangkan dari sisi kualitas SDM
pengelolaan dana BOK masih kurang terampil, hal ini dapat dilihat dari proses pembuatan dokumen pertanggung jawaban keuangan dana BOK yang dibuat oleh
Kepala Puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Juknis BOK 2015 pengelola keuangan BOK puskesmas mempunyai tugas membukukan semua penerimaan dan pengeluaran dalam buku
kas tunai, melaporkan pertanggung jawaban keuangan kepada Bendahara Pengeluaran Satker BOK Dinas Kesehatan Kabupaten serta menyimpan dengan
baik dan aman seluruh bukti asli pertanggung jawaban keuangan. Masalah kurangnya kualitas SDM ini juga dapat dinilai melalui
perencanaan yang dibuat oleh UPT Puskesmas Hiliduho terutama dari kondisi POA yang sering harus diperbaiki karena dianggap verifikator belum tepat. Untuk
menyelesaikan permasalahan kualitas SDM ini, Dinas Kesehatan Kabupaten sebaiknya lebih meningkatkan kemampuan SDM Puskesmas melalui pelatihan-
pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan KabupatenKota dan Dinas Kesehatan Propinsi baik itu pelatihan yang bersifat teknis fungsional maupun
manajerial.
5.1.2 Dana
Peran dana dalam implementasi suatu kebijakan sangatlah penting, meskipun SDM dan sarana pendukung telah tersedia dengan baik dan
komunikasi telah tersampaikan dengan jelas, namun bila dana tidak tersedia akan menghalangi terlaksananya kebijakan tersebut dengan baik.
Berdasarkan Juknis BOK 2015, dana BOK bukan merupakan penerimaan fungsional pemerintah daerah dan bukan dana utama dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan di puskesmas dan jaringannya serta UKBM, sehingga pemerintah daerah tetap berkewajiban mengalokasikan dana operasional untuk
Universitas Sumatera Utara
puskesmas. Pemanfaatan dana BOK harus di sinergikan dan tidak boleh duplikasi dengan dana kapitasi JKN, dana APBD dan sumber dana lainnya.
Sumber dana yang diterima UPT Puskesmas Hiliduho untuk Tahun 2015 sudah cukup. dimana selain dana yang dianggarkan Pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan berupa dana BOK, UPT Puskesmas Hiliduho juga menerima dana dari APBD Kabupaten Nias untuk mendukung operasional
Puskesmas dalam peningkatan pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian dan studi dokumentasi yang dilaksanakan, dana BOK
yang dialokasikan untuk UPT Puskesmas Hiliduho sudah cukup serta mengalami peningkatan jumlah dana yang diterima dari tahun ke tahun dan tidak ada
duplikasi kegiatan dengan dana APBD Kabupaten Nias yang dianggarkan di UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015.
5.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah aspek penunjang yang penting untuk mencapai tujuan BOK. Sarana dan prasarana juga menjadi sumber daya yang
penting dalam melaksanakan sebuah kebijakan, karena jika tidak disertai dengan sarana dan prasarana pendukung maka tujuan tidak akan dapat tercapai.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sarana dan parasarana yang ada di UPT Puskemas Hiliduho yang menjadi objek penelitian menunjukkan keadaan
yang cukup dan baik. Dimana terus dilakukan perbaikan dan peningkatan status Puskesmas dari rawat jalan menjadi Puskesmas rawat inap. Sarana dan prasarana
yang ada di UPT Puskesmas Hiliduho telah dapat memenuhi upaya pelayanan kesehatan yang dibiayai oleh BOK. Namun tidak menutup kemungkinan untuk
Universitas Sumatera Utara
diadakan penambahan sarana dan prasarana yang ada untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal dalam mengimplementasikan dana BOK.
5.2 Proses
Proses mengacu kepada cara bagaimana kebijakan dimulai, dikembangkan atau disusun, dinegosiasi, dikomunikasikan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dari
segi proses, kebijakan BOK cukup dapat diterima dan dipahami maksud, tujuan, cara pelaksanaan dan pengawasannya. Dengan dikeluarkannya Juknis yang selalu
mengalami perubahan ke arah lebih baik menunjukkan bahwa kebijakan ini benar-benar dikomunikasikan dengan baik ke seluruh KabupatenKota di
Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan respon informan yang mengapresiasi adanya perubahan Juknis dan mengaku cukup mendapat sosialisasi tentang BOK.
5.2.1 Perencanaan P1
Perencanaan Puskesmas merupakan sebuah tahapan kegiatan yang sangat penting dalam suatu manajemen puskemas. Dalam menentukan sebuah tindakan
yang tepat harus diawali dari penentuan masalah, prioritas masalah, alternatif pemecahan masalah dan menentukan intervensi yang dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat dilihat bahwa
UPT Puskesmas Hiliduho telah membuat perencanaan yang diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan analisa pencapaian cakupan tiap program yang
diusulkan oleh penanggung jawab program dan disesuaikan dengan petunjuk teknis BOK, Penentuan masalah tersebut dilanjutkan dengan proses penentuan
prioritas masalah dan alternatif intervensinnya. Hal ini terungkap melalui
Universitas Sumatera Utara
pernyataan Kepala UPT Puskesmas Hiliduho yang menyatakan bahwa proses penentuan prioritas masalah juga berdasarkan dari cakupan program disesuaikan
dengan petunjuk juknis BOK tahun 2015. Pemilihan penentuan prioritas masalah adalah hal yang sangat penting dalam membuat perencanaan agar pemanfaatan
dana yang dikeluarkan efektif. Demikian juga dalam pemilihan intervensi masalah yang diambil akan sangat menentukan dalam keberhasilan pemecahan masalah
kesehatan tersebut. Hasil dari penentuan prioritas masalah kesehatan tersebut dibuat dalam
POA sebagai Rencana Kerja Tahunan yang akan diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten untuk dapat diverifikasi dan disetujui.
5.2.2 Penggerakan dan Pelaksanaan P2
Dalam Petujuk Teknis BOK penggerakan dan pelaksanaan P2 di implementasikan melalui kegiatan lokakarya mini Puskesmas. Rencana Kerja
Tahunan yang telah disusun dalam P1 dipertegas dalam perencanaan bulanan dalam lokakarya mini Puskesmas. Kekuatan progam BOK sebenarnya adalah
pada proses pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas. Dari hasil studi dokumentasi dan wawancara yang telah dilakukan kepada informan telah melaksanakan
mekanisme pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas dan output dari pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas adalah disepakatinya POA bulanan dan tahunan yang
akan dilaksanakan. Dari hasil telaah dokumen terhadap penyampaian POA BOK bulanan dari Puskemas ke Tim Pengelola BOK Dinas Kesehatan masih ditemukan
keterlambatan pengiriman. Hal ini menyebabkan Tim Pengelola BOK Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
terlambat melaksanakan verifikasi sehingga Puskesmas terlambat mengajukan Surat Permintaan Uang SPU sesuai dengan jadwal kegiatan.
Dari hasil obsevasi lapangan dan telaah dokumen yang dilakukan terlihat bahwa pelaksanaan lokakarya mini bulanan dilaksanakan oleh Puskesmas setiap
akhir bulan untuk mengevaluasi program yang telah terlaksana. Pelaksanaan lokakarya mini sebagai rutinitas menyampaikan laporan bulanan dan pertemuan
antara staf. Metode pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas melibatkan staf untuk menyampaikan materi yang berhubungan dengan kesehatan secara khusus
menyangkut tugas dan program-program puskesmas sehingga menimbulkan diskusi terhadap masalah-masalah yang di hadapi dilapangan. Beberapa staf
Puskesmas bergiliran menyampaikan materi yang disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawabnya di Puskesmas. Sehingga dari hasil diskusi dapat disusun
rencana kegiatan prioritas dari masing-masing program yang ada. Hasil telaah dokumen juga menunjukkan bahwa pelaporan pelaksanaan
program tidak seluruhnya masuk setiap bulan dengan tepat waktu. Menurut peneliti, hal itu terjadi karena puskesmas tidak mampu menyelesaikan POA
dengan tepat waktu dan tidak semua kegiatan dalam POA dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang terjadwal. Hasil akhirnya juga Puskesmas tidak dapat
menyelesaikan pertanggungjawabannya dengan tepat waktu, sehingga akan menimbulkan dampak keterlambatan pencairan dana pada kegiatan berikutnya
serta kemungkinan tidak tercapainya capaian program sesuai dengan yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Pengawasan Pengendalian dan Penilaian P3
Pengawasan dan monitoring yang dilakukan pada program BOK oleh tim pengelola BOK di setiap tingkat Puskesmas ditunjukan agar pemanfaatan dana
BOK dapat dimanfaatkan secara efektif untuk pencapaian tujuan sehingga dapat memberikan hasil seoptimal mungkin. Hasil wawancara menunjukkan
pelaksanaan pengawasan telah dilakukan baik dari Kepala Puskesmas maupun monitoring yang dilakukan oleh Tim Pengelola Dinas Kesahatan Kabupaten.
Pengawasan terhadap pelaksanaan BOK dilakukan secara langsung dengan memverifikasi laporan dan pencatatan yang telah dibuat. Kepala Puskesmas dapat
menjalankan perannya dalam memonitor pelaksanaan BOK di lapangan dan saat dilaksanakannya lokakarya mini.
5.3 Output
5.3.1 Alokasi Dana BOK
BOK merupakan suplemen dana bagi Puskesmas yang diarahkan untuk mendukung kegiatan kesehatan masyarakat dengan tujuan pemerataan akses dan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen terhadap informan
terlihat bahwa di UPT Puskesmas Hiliduho terus mengalami peningkatan alokasi dana BOK dari tahun ke tahun. Tahun 2013 UPT Puskesmas Hiliduho menerima
alokasi dana BOK sebesar Rp. 59.000.000.- dan mengalami peningkatan di Tahun 2014 sebesar Rp. 64.000.000.- serta Tahun 2015 Puskesmas dialokasikan sebesar
Rp. 113.000.000.-.
Universitas Sumatera Utara
Proses pengalokasian dana BOK tersebut sudah sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK dengan memperhatikan jumlah penduduk, luas wilayah, kondisi
geografis, cakupan program, jumlah desa serta jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
5.3.2 Mekanisme Penyaluran Dana BOK
Mekanisme pencairan dana BOK diawali dari penyampaian Surat Permintaan Uang SPU dari Puskesmas serta penyampaian POA kepada Kuasa
Pengguna Anggaran KPA Dinas Kesehatan KabupatenKota kemudian setelah diproses beberapa hari dan disetujui, Bendahara Pengelola BOK Dinas Kesehatan
KabupatenKota akan memproses Surat Permintaan Uang SPU dari Puskesmas agar dana yang dibutuhkan dapat dicairkan melalui rekening Puskesmas.
Mengenai waktu antara penyampaian SPU dengan penerimaan dana, informan mengatakan bahwa proses tersebut memakan waktu yang agak lama.
tergantung pada proses verifikasi POA yang dilakukan oleh tim verifikator BOK Dinas Kesehatan Kabupaten baru kemudian usulan dana tersebut dapat diproses.
Berdasarakan hasil wawancara dan telaah dokumen terhadap informan mengatakan bahwa proses pencairan dana yang diusulkan memerlukan waktu
yang agak lama antara penyampaian SPU dengan cairnya dana. Hal itu terjadi karena keterlambatan POA bulanan serta banyaknya dokumen laporan
pertanggung jawaban yang harus disiapkan Puskesmas. Menurut Tim verifikasi BOK Dinas Kesehatan Kabupaten, POA yang disampaikan puskesmas sering
mengalami kesalahan sehingga beberapa kali mengalami perbaikan. Jika Tim Verifikasi telah menyetujui POA dan laporan pertanggung jawaban kegiatan dari
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas kemudian selanjutnya Bendahara pengelola BOK Dinas Kesehatan Kabupaten mempersiapkan Surat Permintaan Uang untuk Puskesmas dalam
pencairan dana BOK.
5.3.3 Peruntukkan Dana BOK
Pemanfaatan dana BOK merupakan hal yang sangat penting karena sangat berhubungan dengan pencapaian tujuan. Tujuan untuk meningkatkan pencapaian
indikator SPM dan MDGs sangat tergantung pada aspek pemanfaatan ini. Pemelihan kegiatan tentu diharapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa informan telah megetahui indikator cakupan SPM dan MDGs bidang kesehatan. Sejauh ini pemanfaatan
dana BOK di UPT Puskesmas Hiliduho telah sesuai dengan juknis tahun 2015. Pemanfaatan dana BOK tahun 2015 diperuntukkan untuk upaya kesehatan
di puskesmas, kegiatan penunjang upaya kesehatan, manajemen puskesmas. Upaya kesehatan di puskesmas meliputi upaya wajib yakni KIA dan KB,
imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit. Selain upaya wajib tersebut dana BOK juga
digunakan untuk upaya pengembangan berupa kegiatan UKMB dan penjaringan. Berdasarkan rekapitulasi POA tahun 2015, UPT Puskesmas Hiliduho
paling banyak mengalokasikan dana BOK untuk kegiatan upaya kesehatan di puskesmas yakni 64,79 sedangkana untuk kegiatan penunjang upaya kesehatan
yakni 3,82 serta untuk kegiatan manajemen puskesmas yakni 31,39. Dari hasil telaah dokumen terhadap POA UPT Puskesmas Hiliduho dapat
dilihat kegiatan yang dilakukan untuk upaya kesehatan antara lain pelayanan
Universitas Sumatera Utara
ANC, pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan KB, pelayanan kesehatan neonatus dan pelayanan bayibalita, pendataan dan perbaikan gizi, penangulangan
gizi buruk dan kurang, pelayanan dan pencegahan TB paru, pencegahan dan pengendalian malaria dan peningkatan akses masyarakat terhadap sumber air
minum dan sanitasi dasar. Kegiatan ini menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dana BOK untuk meningkatkan cakupan SPM
puskesmas dalam bidang kesehatan. Dalam kegiatan promotif dan preventif, UPT Puskesmas Hiliduho
membentuk program tim terpadu. dimana, kegiatan ini dikhususkan untuk kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat baik melalui kelompok
masyarakat maupun perindividu.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESEIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
A. Kesimpulan yang berkaitan dengan input dalam implementasi program
BOK di UPT Puskesmas Hiliduho Kabupaten Nias adalah sebagai berikut : 1.
Tenaga kesehatanSDM UPT Puskesmas Hiliduho Kabupaten Nias dalam pelaksanaan program BOK dari aspek jumlah kuantitas sudah
mencukupi, namun dalam sisi kualitas SDM pengelola BOK yang masih kurang.
2. Dana BOK yang di alokasikan oleh Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif dan dana APBD Kabupaten Nias Tahun 2015 untuk kegiatan
operasional puskesmas dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan tidak ditemukan kegiatan yang tumpang tindih atau
duplikasi kegiatan. B.
Kesimpulan yang berkaitan dengan proses dalam implementasi program BOK di UPT Puskesmas Hiliduho Kabupaten Nias adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan kegiatan program BOK UPT Puskesmas Hiliduho telah
sesuai dengan petunjuk pedoman penyusunan perencanaan tingkat puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
3. Pelaksanaan kegiatan lokakarya mini bulanan dan tribulan puskesmas
telah dilaksanakan sesuai dengan POA BOK, namun dalam penyusunan POA BOK sering mengalami perbaikan.
4. Pencatatan dan Pelaporan BOK yang dilaksanakan oleh UPT
Puskemas Hiliduho
sering mengalami
keterlambatan dalam
penyampaian ke Tim pengelola BOK Dinas Kesehatan Kabupaten. C.
Kesimpulan yang berkaitan dengan output dalam implementasi program BOK di UPT Puskemas Hiliduho Kabupaten Nias adalah sebagai berikut :
1. Besaran alokasi dana BOK ditentukan oleh Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Kesehatan berdasarkan juknis BOK 2015. 2.
Penyaluran dana BOK dari Pusat melalui rekening puskesmas. pencairan dana masih mengalami keterlambatan sehingga mengganggu
pelaksanaan kegiatan, keterlambatan pencairan dana terjadi karena terlambatnya puskesmas dalam menyampaikan POA.
3. Pemanfaatan dana BOK telah sesuai dengan juknis BOK 2015.
Penggunaan dana BOK 64,79 dimanfaatkan untuk program upaya kesehatan di puskesmas dengan rincian kegiatan kesehatan ibu dan
anak 24,64, program kesehatan lingkungan 4,88, imunisasi 9,75, pengendalian penyakit 9,75, program gizi masyarakat 6,02 dan
promotif dan preventif 9,75. Penggunaan dana BOK 3,82 digunakan untuk program penunjang upaya kesehatan dan 31,39
untuk manajemen puskesmas. Penggunaan dana BOK teralokasikan seluruhnya sesuai dengan rencana kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
6.2 Saran
Dari beberapa kesimpulan diatas, beberapa saran yang yang dapat dikemukakan adalah sebagai beirikut :
1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Nias agar melaksanakan
bimbingan teknis
manajemen puskesmas
sehingga tahapan
penyusunan perencanan
puskesmas P1,
Penggerakan dan
Pelaksanaan P2 serta Pengawasan pengendalian dan penilaian P3 dapat terlaksana dengan baik dan benar.
2. Kepada Kepala Puskesmas harus bisa memanfaatkan tenaga pengelola
BOK dalam pembuatan dokumen pertanggungjawaban keuangan. 3.
Kepada Kepala Puskesmas agar meningkatkan cakupan SPM BOK yang masih rendah untuk mencapai target program kesehatan nasional
khususnya MDGs bidang kesehatan. 4.
Kepala Puskemas harus memanfaatkan kegiatan lokakarya mini untuk menyusun perencanaan kegiatan BOK sesuai dengan anggaran dana
yang dialokasikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Implementasi
2.1.1 Definisi Implementasi
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Implementasi dianggap sebagai wujud utama dan sangat
menentukan dalam proses suatu kebijakan. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan
Winarno, 2012. Menurut Akib 2010 yang mengutip pernyataan Edwards III 1984 menyatakan bahwa tanpa implementasi yang efektif keputusan pembuat
kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan merupakan aktifitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu
kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan output atau
outcome bagi masyarakat Akib, 2010.
Menurut Winarno 2012 yang mengutip pendapat Ripley dan Franklin 1982 bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang
ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan benefit, atau suatu jenis keluaran yang nyata tangible output. Implementasi menunjukan
pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah.
Menurut Akib 2010 yang mengutip pendapat Grindle 1980 bahwa implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti
Universitas Sumatera Utara
pada tingkat program tertentu. Proses implementasi dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegaiatan telah tersusun, dana telah siap dan
disalurkan untuk mencapai sasaran Akib, 2010. Selanjutnya, Van Meter dan Van Horn 1975 yang dikutip oleh Winarno
2012 membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah ataupun
swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan yang telah digariskan.
Dari defenisi-defenisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan diawali dari adanya tujuan atau sasaran, kemudian proses
pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan akhirnya diperoleh hasil atau dampak dari implementasi kebijakan tersebut. Hal ini senada dengan pandangan Van Meter
dan Van Horn 1980 yang dikutip oleh Akib 2010, bahwa tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik
direalisasikan melalui aktifitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.
Adapun defenisi implementasi yang dimaksud oleh peneliti adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan ditetapkan dan implementasi
merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Implementasi kebijakan publik dapat dilihat dari beberapa perspektif atau pendekatan. Salah satunya ialah implementation problem approach yang
Universitas Sumatera Utara
diperkenalkan oleh Edwards III. Edwards III mengajukan pendekatan masalah implementasi terlebih dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni :
1. Faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan ?
2. Faktor apa yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan ?
Dapat dirumuskan bahwa empat faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap
birokrasi atau pelaksana dan struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi
suatu kebijakan Akib, 2010. Jika divisualisasikan akan terlihat bahwa suatu kebijakan memiliki tujuan
yang jelas yang diformulasikan ke dalam program pelaksanaan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana. Keseluruhan implementasi kebijakan dievaluasi
dengan cara mengukur luaran output program berdasarkan tujuan program. Luaran program dilihat melalui dampaknya terhadap sasaran yang dituju baik
individu, kelompok maupun masyarakat. Luaran implementasi kebijakan adalah adanya perubahan dan diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran Akib,
2010. Pendapat lain diutarakan oleh Grindle 1980 yang dikutip Subarsono
2010, menyatakan bahwa keberhasilan implementasi pubik dipengaruhi oleh dua variabel yang fundamental, yakni isi kebijakan content of policy dan lingkungan
implementasi context of implementation. 1.
Variabel isi kebijakan content of policy mencakup : a.
Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups.
Universitas Sumatera Utara
b. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups.
c. Sejauh mana perubahan yang diinginkan oleh kebijakan.
d. Apakah letak sebuah program sudah tepat.
e. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan
rinci. f.
Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai. 2.
Variabel lingkungan implementasi context of implementation mencakup : a.
Seberapa besar kekuatan, kepentingan dan strategi yang dimiliki para aktor yang terlibat.
b. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa.
c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
Mazmanian dan Sabatier 1983 juga mengemukakan pendapatnya yang dikutip oleh Subarsono 2010, bahwa keberhasilan implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh 3 variabel, yakni karakteristik dari masalah tractability of the problems, karakteristik kebijakanundang-undang ability of statute to structure
implementation dan variabel lingkungan nonstatutory variables affecting implementations.
1. Karakteristik dari masalah tractability of the problems meliputi :
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan
b. Tingkat kemajemukan kelompok sasaran
c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi
d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Karakteristik kebijakanundang-undang ability of statute to structure
implementation meliputi : a.
Kejelasan isi kebijakan b.
Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis c.
Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut d.
Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana
e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana
f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan
g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi
dalam implementasi kebijakan 3.
Lingkungan kebijakan nonstatutory variables affecting implementations meliputi :
a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi
b. Dukungan publik terhadap suatu kebijakan
c. Sikap kelompok pemilih
d. Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementor
Selain faktor-faktor diatas, Korten 1980 menambahkan pendapat yang dikutip oleh Akib 2010, bahwa suatuprogram akan berhasil dilaksanakan jika
terdapat kesesuaian dari 3 unsur implementasi program. Pertama, kesesuaian antara program dengan pemanfaat, yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan
oleh program denga apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran pemanfaat. Kedua, kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian
Universitas Sumatera Utara
antara tugas yang dipersyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi
pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok
sasaran program. Berdasarkan pola piker Korten dapat dipahami bahwa jika tidak terdapat
kesesuaian dari tiga unsur implementasi kebijakan maka kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Jika output program tidak
sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran maka jelas outputnya tidak dapat dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana program tidak memiliki kemampuan
melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh program maka organisasinya tidak dapat menyampaikan output program dengan tepat. Atau, jika syarat yang
ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat dipenuhi oleh kelompok sasaran maka kelompok sasaran tidak mendapatkan output program. Oleh karena
itu, kesesuaian antara 3 unsur implementasi kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai rencana yang telah dibuat Akib, 2010.
Hampir sama dengan Korten, Grindle 1980 dan Quade 1984 yang dikutip oleh Akib 2010 juga menyatakan bahwa dalam implementasi kebijakan
memerlukan 3 variabel yang bekerja sinergis demi keberhasilan implementasi kebijakan tersebut. Konfigurasi ketika variabel itu disebut hubungan segitiga
variabel yaitu variabel kebijakan, organisasi dan lingkungan kebijakan. Melalui pemilihan kebijakan yang tepat, maka masyarakat dapat berpartisipasi
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan kebijakan. Selanjutnya, ketika
Universitas Sumatera Utara
sudah ditemukan kebijakan yang terpilih perlu diwadahi oleh organisasi pelaksana yang memiliki kewenangan dan sumber daya yang mendukung pelaksanaan
program. Penciptaan situasi dan lingkungan kebijakan yang mendukung sangat dibutuhkan dalam pencapaian keberhasilan. Karena diasumsikan bahwa jika
lingkungan berpandangan positif terhadap suatu kebijakan maka diharapkan akan menghasilkan dukungan positif yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan
implementasi kebijakan. Sebaliknya, jika lingkungan berpandangan negative akan dapat mengancam kesuksesan implementasi kebijakan Akib, 2010.
2.1.2 Implementasi Model George Edwards III
Teori yang dikemukakan oleh Edwards ini disebut juga dengan Direct and Indirect Impact on Implementation. Menurut Edwards, ada 4 empat faktor yang
mempengaruhi implementasi suatu kebijakan yang antara satu faktor dengan faktor lain saling memengaruhi, yaitu :
1. Faktor Komunikasi
Suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan
informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan Akib, 2010. Semua hal tersebut dapat diperoleh melalui komunikasi yang efektif. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi komunikasi, yaitu : a.
Transmisi Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi hambatan dalam mentransmisikan perintah-perintah implementasi.
Universitas Sumatera Utara
Hambatan-hambatan tersebut dapat terjadi antara lain karena adanya pertentangan pendapat antara pelaksana dengan perintah yang dikeluarkan oleh
pengambil kebijakan, penyampaian informasi yang melewati berlapis-lapis hierarki birokrasi dan adanya persepsi dan ketidakmauan para pelaksana untuk
mengetahui persyaratan suatu kebijakan Winarno, 2012. b.
Kejelasan Komunikasi yang diterima oleh implementor haruslah jelas, akurat dan
tidak membingungkan, sehingga dapat dihindari terjadinya interpretasi yang salah. Menurut Edwards ada 6 faktor yang mendorong ketidakjelasan komunikasi
kebijakan, yaitu : kompleksitas kebijakan publik, keinginan untuk tidak mengganggu kelompok-kelompok masyarakat, kurangnya consensus mengenai
tujuan-tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai suatu kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban kebijakan dan sifat pembentukan kebijakan
pengadilan Winarno, 2012. c.
Konsistensi Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah
yang diberikan harus konsistensi dan jelas karena perintah yang tidak konsistensi akan mendorong pelaksana mengambil tindakan yang sangat longgar dalam
menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin cermat
keputusan dan perintah pelaksanaan diteruskan kepada pelaksana, maka semakin tinggi probabilitas keputusan dan perintah kebijakan tersebut untuk dilaksanakan
dengan baik Winarno, 2012.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Sumber Daya
Walaupun isi kebijakan sudah di komunikasikan dengan jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk
melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif Subarsono, 2010. Indicator untuk menilai kecukupan sumber daya adalah :
a. Staf
Sumber daya yang paling esensial dalam mengimplementasikan kebijakan adalah staf. Sumber daya yang efektif tidak hanya dinilai dari sisi jumlah staf
namun juga kompetensi atau kecakapan sumber daya manusianya. b.
Informasi Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan, informasi ada dalam 2
bentuk. Pertama, informasi mengenai bagaimana melaksanakan suatu kebijakan. Kedua, data dalam bentuk peraturan pemerintah. Para implementor mesti
mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam mengimplementasikan kebijakan melengkapi undang-undang yang diperlukan sebagai dasar legitimasi.
c. Wewenang
Kewenangan merupaka otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Kewenangan harus
bersifat formal untuk menghindari gagalnya proses implementasi karena dipandang oleh publik implementor tersebut tidak terlegitimasi.
3. Faktor Disposisi
Disposisi diartikan sebagai sikap atau perpektif implementor dalam melaksanakan kebijakan. Jika para implementor bersikap baik atau mendukung
Universitas Sumatera Utara
suatu kebijakan maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Namun sebaliknya, bila
tingkah laku atau perspektif implementor berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses diperhatikan berkaitan denga disposisi ini adalah :
a. Pengangkatan birokrat
Dalam memilih atau mengangkat pejabat pelaksana kebijakan sebaiknya berdasarkan kemampuan atau kapabilitas bukan berdasarkan atas kepentingan-
kepentingan lain. Karena personil yang tidak mendukung akan menghambat dalam pelaksanaan kebijakan.
b. Insentif
Mengubah personil dalam birokrasi pemerintah merupakan pekerjaan yang sulit dan tidak menjamin proses implementasi dapat berjalan lancer. Salah satu
teknik yang dikemukakan Edwards adalah dengan memanipulasi insentif. Dengan memberikan insentif diharapkan akan menjadi faktor pendorong yang membuat
implementor melaksanakan perin tah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan-kepentingan pribadi self-interest, organisasi atau
kebijakan substantif. 4.
Faktor Struktur Birokrasi Pada dasarnya, para implementor mungkin mengetahui apa yang harus
dilakukan dalam pelaksanaan kebijakan serta mempunyai cukup sumber daya dan keinginan namun terkadang mereka masih terhambat dengan struktur birokrasi
dimana mereka menjalankan kegiatan tersebut. Menurut Edwards III ada 2
Universitas Sumatera Utara
karakteristik yang dapat meningkatkan kinerja struktur birokrasi, yaitu membuat Standard Operating Procedures SOP dan Fragmentasi Winarno, 2012.
2.2 Bantuan Operasional Kesehatan BOK
2.2.1 Definisi BOK
Bantuan Operasional Kesehatan BOK adalah dana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara APBN Kementrian Kesehatan dan merupakan
bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang disalurkan melalui mekanisme tugas pembantuan untuk percepatan pencapaian target program
kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringanya, serta UKMB khususnya
PoskesdesPolindes, Posyandu, Usaha Kesehatan Sekolah UKS dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif
Kemenkes RI, 2015.
Pemerintah menyadari bahwa sumber pembiayaan pemerintah daerah yang bersumber dari APBD dianggap tidak mencukupi untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia secara signifikan karena sebagian besar masih dibawah dari kesepakatan BupatiWalikota seluruh Indonesia yang menetapkan
anggaran kesehatan daerah sebesar 10 dari APBD. Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas maka diupayakan modal pembiayaan baru yang lebih menitikberatkan kepada pembiayaan langsung dari
pusat ke pusat pelayanan kesehatan berbasis komunitas di tingkat Puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
Upaya pembiayaan ini diwujudkan melalui program Bantuan Operasional Kesehatan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, 2013.
2.2.2 Tujuan Program Bantuan Operasional Kesehatan BOK
Adapun tujuannya menurut buku Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan BOK Tahun 2015 adalah :
1. Tujuan Umum
Mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam mencapai target program kesehatan prioritas
nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015. 2.
Tujuan Khusus a.
Menyediakan dukungan dana operasional program bagi Puskesmas, untuk pencapaian program kesehatan prioritas nasional.
b. Menyediakan dukungan dana bagi penyelenggaraan manajemen
Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupatenkota dan Provinsi dalam pelaksanaan program kesehatan prioritas nasional.
c. Mengaktifkan penyelenggaraan manajemen Puskesmas mulai dari
perencanaan, penggerakanpelaksanaan lokakarya mini sampai dengan evaluasi.
2.2.3 Ruang Lingkup Kegiatan BOK
Bantuan Operasional Kesehatan BOK utamanya digunakan untuk kegiatan upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif di Puskesmas dan
jaringannya termasuk Posyandu dan Poskesdes, dalam rangka membantu pencapaian target SPM bidang kesehatan di Kabupatenkota guna mempercepat
Universitas Sumatera Utara
pencapaian target MDGs. Selain itu dana BOK juga dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan manajemen BOK di Dinas Kesehatan KabupatenKota.
Ruang lingkup kegiatan yang boleh didanai dari BOK menurut Buku Petunjuk Teknis BOK 2015, adalah sebagai berikut :
1. Dinas Kesehatan Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi memperoleh dana dukungan manajemen BOK yang digunakan untuk kegiatan antara lain :
a. Penyelenggaraan pertemuan koordinasi perencanaan, penggerakan,
evaluasi tingkat
provinsi yang
melibatkan KabupatenKotaPuskesmas, lintas program dan lintas sektor.
b. Penyelenggaraan rapat teknis pengelolaan BOK.
c. Penyelenggaraan pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan BOK
lingkup administrasi
dan program
ke Dinas
Kesehatan KabupatenKota, Puskesmas dan jaringannya serta UKMB.
d. Pelaksanaan konsultasikoordinasi teknis program BOK ke pusat.
2. Dinas Kesehatan KabupatenKota
Dinas Kesehatan KabupatenKota memperoleh dana dukungan manajemen BOK yang dipergunakan untuk kegiatan antara lain :
a. Penyelenggaraan pertemuan koordinasi perencanaan, penggerakan,
evaluasi tingkat KabupatenKota yang melibatkan Puskesmas, lintas program dan lintas sektor.
b. Penyelenggaraan rapat teknis pengelolaan BOK.
Universitas Sumatera Utara
c. Penyelenggaraan pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan BOK
lingkup administrasi dan program ke Puskesmas dan jaringannya serta UKMB.
d. Pelaksanaan konsultasikoordinasi teknis program BOK ke Provinsi.
e. Pelaksanaan
konsultasirekonsiliasi ke
Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara KPPNKantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Kanwil DJPBN.
f. Pelaksanaan konsolidasi laporan keuangan BOK ke pusat berdasarkan
undangan 3.
Puskesmas a.
Minimal 60 dari total alokasi dana BOK Puskesmas digunakan untuk program kesehatan priorita melalui berbagai kegiatan yang berdaya
ungkit tinggi untuk pencapaian tujuan MDGs bidang kesehatan. b.
Maksimal 40 dari total alokasi dana BOK Puskesmas digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen Puskesmas.
Rincian ruang lingkup program kesehatan dan manajemen Puskesmas meliputi :
1. Program Kesehatan Prioritas
Program kesehatan prioritas yang terkait pencapaian MDGs diarahkan pada pencapaian target :
a. MDG 1
Upaya menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk.
Universitas Sumatera Utara
b. MDG 4
Upaya menurunkan angka kematian balita. c.
MDG 5 Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu AKI dan mewujudkan
akses kesehatan reproduksi bagi semua. d.
MDG 6 a
Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIVAIDS Human Immunodeficiency VirusAcquired
Immune Deficiency Syndrome. b
Upaya memwujudkan akses terhadap pengobatan HIVAIDS bagi semua yang membutuhkan.
c Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus
baru malaria dan TB. e.
MDG 7 Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum
dan sanitasi dasar yang layak. Adapun kegiatan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan adalah sebagai
berikut : a.
Kesehatan Ibu Anak KIA dan Keluarga Berencana KB. b.
Pelayanan Gizi c.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. d.
Pelayanan kesehatan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
2. Program Kesehatan Lainnya
Ruang lingkup kegiatan program kesehatan lainnya meliputi : a. UKM esensial di luar kegiatan prioritas MDGs berdaya ungkit tinggi
antara lain pelaksanaan penjaringan kesehatan pada anak sekolah dan tindak lanjutnya dalam UKS, kegiatan kesehatan reproduksi bagi remaja dan calon
pengantin, penyuluhan gizi bagi pekerja perempuan termasuk kelompok resiko tinggi, senam nifas, pelaksanaan senam ibu hamil, pelaksanaan pemantauan
kebugaran jasmani anak sekolah, remaja dan pekerja, pelaksanaan penyuluhan pemanfaatan tanaman obat keluarga.
b. Upaya kesehatan lainnya sesuai dengan UKM pengembangan berdasarkan Permenkes Nomor 75 tahun 2014, pelacakan kasus kematian ibu dan
bayi, autopsi verbal kematian ibu dan bayi. c.
Penyegaranrefreshing kader kesehatan. d.
Upaya kesehatan lainnya yang bersifat local spesifik. 3.
Manajemen Puskesmas a.
Penyelenggaraan rapat lokakarya mini untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan RPK atau Plan of Action POA tahunan
setelah Puskesmas menerima alokasi dan BOK dari KabupatenKota. b.
Penyelenggaraan rapat lokakarya mini bulanan atau tribulanan untuk membahas evaluasi kegiatan bulan sebelumnya dan menyusun rencana
kegiatan bulan yang akan datang. c.
Penyelenggaraan rapat-rapat yang diperlukan ditingkat desa untuk membahas pelaksanaan program kesehatan di tingkat desa.
Universitas Sumatera Utara
d. Pelaksanaan pembinaansupervise kegiatan kelapangan oleh kepala
Puskesmas dan koordinasi programkegiatan. e.
Pelaksanaan konsultasi, pengiriman laporan, menghadiri undangan dan keperluan lainnya terkait dengan BOK ke KabupatenKota.
2.2.4 Pemanfaatan Dana BOK Puskesmas
1. Dana Manajemen
a. Pembelian ATK untuk kegiatan pendukung BOK.
b. Biaya administrasi perbankan, apabila sesuai ketentuan bank
setempat memerlukan biaya administrasi dalam rangka membuka dan menutup rekening bank Puskesmas.
c. Pembelian materai
d. Penggadaanfotocopy laporan
e. Pengiriman suratlaporan dan
f. Pembelian konsumsi rapat
2. Dana Operasional di Puskesmas
a. Perjalanan dinas sampai dengan delapan jam
Digunakan untuk membiayai transport bagi : Petugas Kesehatan, Kader Kesehatan, PKK, Dukun, Guru, Tokoh Masyarakat dan
Tokoh Agama : 1
Pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif ke luar gedung. 2
Pelaksanaan rapat lokakarya mini, musyawarah di desa. 3
Menghadiri pelaksanaan rapat, konsultasikoordinasi dan
kegiatan lain yang berkaitan dengan BOK di KabupatenKota.
Universitas Sumatera Utara
4 Kegiatan
refreshingpenyegaran kader
kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas. b.
Perjalanan dinas lebih dari delapan jam Membiayai transport, uang harian dan biaya akomodasi bila
diperlukan petugas kesehatan untuk melakukan kegiatan yang memerlukan waktu perjalanan dan penyelesaian pekerjaan terkait
kegiatan BOK. c.
Pembelian barang 1
Pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan PMT
penyuluhanpemulihan. 2
Pembelian konsumsi rapat, penyuluhan, refreshing. 3
Penggandaan pedomanjuklakjuknis program, mediabahan
penyuluhan pada masyarakat.
2.2.5 Pengelolaan Keuangan BOK
Besaran alokasi dana untuk tiap KabupatenKota ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kesehatan, sementara alokasi dana per Puskesmas ditetapkan
berdasarkan SK Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota dengan memperhatikan situasi dan kondisi antara lain :
1. Jumlah penduduk
2. Luas wilayah
3. Kondisi geografis
4. Kesulitan wilayah
5. Cakupan program
Universitas Sumatera Utara
6. Jumlah tenaga kesehatan Puskesmas dan jaringannya
7. Jumlah Poskesdes dan Posyandu
8. Situasi
dan kondisi yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan KabupatenKota bersangkutan dengan mempertimbangkan kearifan
lokal. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengelolaan keuangan dana BOK
di Puskesmas : 1.
Pembukaan rekening Puskesmas 2.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan RPK atau POA tahunan dan rencana penarikan dana
3. Permintaan dana
4. Pencairan dana dari bank
5. Pertanggungjawaban penggunaan dana BOK
6. Pencatatanpembukuan
2.2.6 Indikator Keberhasilan BOK
Untuk mengetahui keberhasilan Bantuan Operasional Kesehatan BOK di Puskesmas ditetapkan indikator keberhasilan yang meliputi :
1. Indikator Input, presentase Puskesmas yang menerima dana Bantuan
Operasional Kesehatan BOK dari SKPD. 2.
Indikator Proses, presentase Puskesmas yang melaksanakan Lokakarya Mini.
3. Indikator Output, presentase pencapaian target SPM bidang kesehatan,
dengan indikator :
Universitas Sumatera Utara
a. Cakupan kunjungan ibu hamil K4
b. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani.
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan memiliki
kompetensi kebidanan. d.
Cakupan pelayanan nifas. e.
Cakupan neonatus dengan komplikasi ditangani. f.
Cakupan kunjungan bayi. g.
Cakupan desa UCI. h.
Cakupan pelayanan anak balita. i.
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan. j.
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak 6-24 bulan dari keluarga miskin.
k. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat.
l. Cakupan peserta KB aktif.
m. Cakupan desa siaga aktif.
2.3 Puskesmas
2.3.1 Difinisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan mayarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya Permenkes Nomor 75, 2014.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Manajemen Puskesmas
Sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK Model yang digunanakan dalam manajemen Puskesmas adalah Model Manajemen P1-P2-P3 Kemenkes, 2012.
Manajemen Puskemas terdiri dari P1 Perencanaan, P2 Penggerakan dan Pelaksanaan dan P3 Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian.
1. P1 Perencanaan Puskesmas : Microplanning Puskesmas
Microplanning Puskesmas adalah penyusunan rencana lima tahunan dengan tahapan tiap-tiap tahun ditingkat Puskesmas. Tujuan umum
microplanning Puskesmas adalah meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar terhadap penurunan angka
kematian bayi, anak balita dan fertilitas dalam wilayah kerjanya yang pada gilirannya dapat meningkatkan fungsi Puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya
adalah : a.
Mengembangkan dan membina pos-pos pelayanan terpadu KB
Kesehatan di desa-desa wilayah kerja Puskesmas, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan masalah yang dihadapi sehingga dapat
dilaksanakan secara efektif dan efesien. b.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan. c.
Meningkatkan kemampuan staf Puskesmas dalam berfikir secaran analitik dan mendorong untuk berinisiatif untuk mengembangkan kreasi
dan motivasi.
Universitas Sumatera Utara
2. P2 Penggerakan dan Pelaksanaan Puskesmas
Tujuan penggerakan dan pelaksanaan Puskesmas adalah meningkatkan fungsi Puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga Puskesmas untuk
bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program dan lintas sektor. Komponen P2 Puskesmas dilakukan melalui lokakarya mini Puskesmas yang
terdiri dari empat komponen yang meliputi : a.
Penggalangan kerjasama tim yaitu lokakarya yang dilaksanakan setahun sekali di dalam rangka meningkatkan kerja sama antara petugas
Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas, melalui suatu proses dinamika kelompok yang diikuti dengan analisis beban kerja masing-
masing tenaga yang dikaitkan dengan berbagai kelemahan penampilan kerja Puskesmas menurut hasil Stratifikasi Puskesmas.
b. Penggalangan
kerja sama lintas sektor yaitu dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor
terkait melalui suatu pertemuan lintas sektor setahun sekali. c.
Rapat kerja atribulanan lintas sektor, sebagai tindak lanjut pertemuan penggalangan kerja sama lintas sektor untuk mengkaji hasil kegiatan
kerja sama dan memecahkan masalah yang dihadapi. d.
Lokakarya mini bulanan Puskesmas yaitu pertemuan antar tenaga Puskesmas pada setiap akhir bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan
kerja bulan yang lalu dan membuat rencana kegiatan di bulan yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan lokakarya mini Puskesmas adalah : a
Disampaikannya hasil rapat dari tingkat Kabupaten, Kecamatan dan lain sebagainya.
b Diketahuinya hasil dan evaluasi kegiatan Puskesmas bulan yang lalu
c Diketahuinya hambatan dan masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan
lalu d
Dirumuskannya cara pemecahan masalah e
Disusunnya rencana kerja harian petugas selama satu bulan yang akan datang
f Diberikannya hambatan pengetahuan baru bagi peserta rapat
g Disusunnya Plan of Action POA baik POA tahunan maupun bulanan
h Diketahuinya masalah di Puskesmas berdasarkan hasil stratifikasi
Puskesmas 3.
P3 Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Stratifikasi Puskesmas Stratifikasi Puskesmas adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi
kerja Puskesmas dengan mengelompokkan Puskesmas dalam tiga strata Puskesmas yaitu Puskesmas dengan prestasi kerja baik strata I, Puskesmas
dengan prestasi kerja cukup strata II, Puskesmas dengan prestasi kerja kurang strata III.
Aspek yang dinilai dalam stratifikasi Puskemas meliputi hasil kegiatan pokok Puskesmas, proses manajemen, termasuk berbagai lingkungan wilayah
kerja Puskesmas yang dapat berpengaruh terhadap penampilan kerja Puskesmas. Dalam stratifikasi Puskesmaas ada tiga area yang perlu dibina, yaitu : Puskesmas
Universitas Sumatera Utara
sebagai wadah pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pelaksanaan program-program sektor kesehatan maupun lintas sektoral yang secara langsung
maupun tidak
langsung menjadi
tanggungjawab Puskesmas
dalam pelaksanaannya maupun penunjangnya, dan peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan produktif Sulaeman, 2014.
2.3.3 Perencanaan Tingkat Puskesmas
Sesuai dengan Pedoman Tingkat Puskesmas Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI, 2006 penyusunan perencanaan
tingkat Puskesmas dilakukan melalui 4 empat tahap sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini staf Puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan perencanaan tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan
pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan
dengan cara :
a. Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusunan Perencanaan Tingkat
Puskesmas yang anggotannya terdiri dari staf Puskesmas. b.
Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi
keberhasilan penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas. c.
Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan KabupatenKota.
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan permaslahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis terhadap data
yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas melakukan
pengumpulan data, yaitu data umum dan data khusus.
a. Data Umum
a Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan. Data wilayah
mencakup luas wilayah, jumlah desa. b
Data sumber daya Puskesmas, termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa yang mencakup : ketenagaan, obat dan bahan habis
pakai. c
peralatan, sumber pembiayaan pusat, daerah, masyarakat dan sumber lainnya dan sarana prasarana.
d Data peran serta masyarakat. Data ini mencakup jumlah posyandu,
kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat. e
Data penduduk dan sasaran program f
Data sekolah g
Data kesehatan lingkungan b.
Data Khusus Hasil Penilaian Kinerja Puskesmas a
Status kesehatan terdiri dari : 1.
Data kematian 2.
Kunjungan kesakitan 3.
Pola penyakit
Universitas Sumatera Utara
b Kejadian Luar Biasa KLB
c Cakupan program pelayanan kesehatan 1 satu tahun terakhir dari
setiap desa dapat dilihat dari laporan kinerja Puskesmas d
Hasil survey bila ada, dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan RUK
Penyusunan rencana usulan kegiatan RUK dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah
dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang bermasalah.
b. Menyusun rencana kegiatan yang baru dan disesuaikan dengan kondisi
kesehatan diwilayah kerja dan kemampuan Puskesmas. Penyusunan RUK terdiri dari 2 langkah yaitu Analisa Masalah dan
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan. a.
Analisa Masalah Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim
penyusun perencanaan tingkat Puskesmas dan konsil kesehatan KecamatanBadan penyatun Puskesmas melalui tahap :
a Identifikasi masalah
b Menetapkan urutan prioritas masalah
c Merumuskan masalah
d Mencari akar penyebab masalah
Universitas Sumatera Utara
e Menetapkan pemecahan masalah
b. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan RUK
Penyusunan rencana usulan kegiatan RUK meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan.
1. RUK Upaya Kesehatan Wajib
a Menyusun RUK upaya kesehatan wajib ke dalam matriks.
b Mengajukan RUK upaya kesehatan wajib ke Dinas Kesehatan
Kabupaten untuk mendapat pembahasan pembiayaanya. Apabali sumber pembiayaan berasal dari nol Pemerintah maka
diusulkan kepada yang bersangkutan. c
Waktu penyusunan RUK dilaksanakan dengan memperhatikan siklus perencanaan Kabupaten. RUK harus sudah selesai atau
sudah diterima Dinas Kesehatan sebelu dilakukan pembahasan anggaran dengan Tim Anggaran Kabupaten.
2. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan
a Identifikasi upaya kesehatan pengembangan.
b Menyusun RUK upaya kesehatan pengembangan dalam bentuk
matriks. c
Mengajukan RUK upaya kesehatan pengembangan.
4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan RPK