Uji Trend Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode Box-Jenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

Kriteria pengujian adalah: Jika � ℎ����� � ����� �−1, �−� maka � diterima tidak dipengaruhi musiman Jika � ℎ����� � ����� �−1, �−� maka � ditolak data dipengaruhi musiman

2.3.3 Uji Trend

Tujuan dari uji trend adalah untuk melihat apakah ada pengaruh komponen trend terhadap data dengan hipotesis ujinya sebagai berikut: � = frekuensi naik dan turun data adalah sama, artinya tidak ada trend � 1 = frekuensi naik dan turun data tidak sama, artinya dipengaruhi oleh trend Statistik penguji: � = �−� � di mana: � = �−1 2 2.14 � = � �+1 2 dengan: � = frekuensi naik � = jumlah data � = frekuensi naik � = standart error antara naik dan turun Kriteria pengujian adalah: Dengan taraf signifikan �, � diterima jika � ℎ����� � ����� dan � ditolak jika � ℎ����� � �����

2.4 Metodologi Untuk Menganalisis Data Deret Berkala

1. Plot Data Langkah pertama yang baik untuk menghasilkan data deret berkala adalah memplot data tersebut secara grafis yang bermanfaat untuk memplot berbagai versi data dan melihat plot data tersebut stasioner atau tidak dari data yang ingin diramalkan. 2. Stasioner dan Nonstasioner a. Stasioner Model ARIMA yang perlu diperhatikan adalah bahwa kebanyakan deret berkala bersifat nonstasioner dan bahwa aspek-aspek Autoregressive AR dan Moving Average MA dari model ARIMA hanya berkenaan dengan deret berkala stasioner. Stasioneritas berarti tidak mengalami pertumbuhan atau penurunan pada data. Data secara kasarnya harus horizontal sepanjang sumbu waktu. Dengan kata lain, fluktuasi data berada pada suatu nilai rata- rata yang konstan, tidak tergantung pada waktu, dan varians dari fluktuasi tersebut tetap konstan setiap waktu. Suatu data deret waktu dikatakan stasioner apabila memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: 1. Rata-ratanya konstan 2. Variansi-nya konstan 3. Kovarian antara dua periode bergantung pada jarak waktu antara dua periode waktu tersebut dan tidak bergantung pada waktu dimana kovarian dihitung. Pada deret waktu yang stasioner pada dasarnya ada gerakan yang sistematis, artinya perkembangan nilai variabel disebabkan oleh faktor random yang stokastis. Kestasioneritasan data dapat diperiksa dengan analisis autokorelasi dan autokorelasi parsial. Autokorelasi-autokorelasi dari data yang stasioner mengecil secara drastis membentuk garis lengkung kearah nol setelah periode kedua dan ketiga. Jadi apabila autokorelasi pada periode satu, dua ataupun ketiga tergolong signifikan sedangkan autokorelasi pada periode lainnya tidak signifikan maka data tersebut bersifat stasioner. b. Nonstasioner Menurut Box-Jenkins data deret berkala yang tidak stasioner dapat ditransformasikan menjadi data yang stasioner dengan melakukan proses pembedaan differencing pada data aktual. Pembedaan ordo pertama dari data aktual dapat dinyatakan sebagai berikut: � � = � � − � �−1 ; untuk t = 2,3,...,N Secara umum pembedaan differencing ordo ke-d dapat ditulis sebagai berikut: � � = 1 − � � � � 2.15 3. Operator Backward Shift Notasi yang sangat bermanfaat dalam metode pembedaan adalah operator shift mundur Backward Shift yang disimbolkan dengan B dan penggunaannya adalah sebagai berikut: �� � = � �−1 2.16 Notasi � yang dipasangkan pada � � mempunyai pengaruh menggeser data satu periode ke belakang, dua penerapan � untuk � � akan menggeser data tersebut dua periode ke belakang sebagai berikut: ��� � = � 2 � � = � �−2 2.17 Apabila suatu deret berkala tidak stasioner maka data tersebut dapat dibuat lebih mendekati stasioner dengan melakukan pembedaan pertama dari deret data dan persamaannya adalah sebagai berikut: � � ′ = � � − � �−1 Pembedaan pertama � � ′ = � t − �� � = 1 − �� � Pembedaan pertama dinyatakan oleh 1 − �. Sama halnya apabila pembedaan orde kedua yaitu pembedaan pertama dari pembedaan pertama sebelumnya harus dihitung, maka: Pembedaan orde kedua � � ′′ = � � ′ − � �−1 ′ = � � − � �−1 − � �−1 − � �−2 = � � − 2� �−1 + � �−2 = 1 − 2� + � 2 � � = 1 − � 2 � � Pembedaan orde ke dua diberi notasi 1 − � 2 . Pembedaan orde ke- d � � � = 1 − � � � � 4. Identifikasi Model Identifikasi model berkaitan dengan penentuan orde pada ARIMA. Oleh karena itu, identifikasi model dilakukan setelah melakukan analisis deret berkala untuk mengetahui adanya autokorelasi dan kestasioneran data sehingga dapat diketahui perlu tidaknya dilakukan transformasi dan pembedaan. Jika data tidak stasioner dalam hal varians maka dapat dilakukan transformasi dan jika data tidak stasioner dalam rata-rata maka dapat dilakukan pembedaan. Langkah pertama yang baik untuk menganalisis data deret berkala adalah dengan membuat plot data time series terlebih dahulu. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui adanya trend dan pengaruh musiman pada data tersebut. Langkah selanjutnya adalah menganalisis koefisien autokorelasi dan koefisien autokorelasi parsialnya dengan tujuan mengetahui kestasioneran data dalam rata-rata dan dari plot ACF, PACF tersebut dapat diidentifikasi orde model ARMAnya. 5. Keofisien Autokorelasi Secara matematis rumus untuk koefisien autokorelasi dapat dituliskan dengan rumus seperti pada persamaan sebagai berikut: � � = ∑ � � −��� �−� −�� �−� �=1 ∑ � � −�� 2 � �=1 2.18 di mana: � � = keofisien autokorelasi � � = nilai variabel Y pada periode t � �−� = nilai variabel Y pada periode t + k �� = nilai rata-rata variabel Y Apabila � � merupakan fungsi atas waktu, maka hubungan autokorelasi dengan lagnya dinamakan fungsi autokorelasi Autocorrelation Function sering disebut ACF dan dinotasikan oleh: � � = ∑ � � −��� �−� −�� �−� �=1 ∑ � � −�� 2 � �=1 2.19 Konsepsi lain pada autokorelasi adalah autokorelasi parsial Partial Autocorrelation Funcition sering disebut PAFC. Seperti halnya autokorelasi yang merupakan fungsi atas lagnya, yang hubungannya dinamakan autokorelasi ACF, autokorelasi parsial juga merupakan fungsi atas lagnya, dan disebut dengan fungsi autokorelasi parsial PACF. Koefisien autokorelasi merupakan alat yang berharga untuk menyelidiki kestasioneran deret berkala. Caranya adalah dengan mempelajari nilai-nilai � � tertentu secara nyata berbeda dari nol. Rumus sederhana yang bisa digunakan adalah: �� � � = 1 √� Dengan n adalah banyaknya data. Ini berarti bahwa 95 dari seluruh koefisien korelasi berdasarkan sampel harus terletak didalam daerah nilai tengah ditambah atau dikurangi 1,96 kali kesalahan standar Makridakis, 1993. -1.96 1 √� ≤ +1.96 1 √� 6. Koefisien Autokorelasi Parsial Autokorelasi parsial digunakan untuk mengukur tingkat keeratan association antara � � dan � �+� pengaruh dari time-lag 1,2,3,... dan seterusnya sampai k-1 dianggap terpisah. Satu-satunya tujuan di dalam analisis deret berkala adalah untuk membantu menetapkan model ARIMA yang tepat untuk peramalan.

2.5 Metode ARIMA

Autoregressive Integrated Moving Average Model ARIMA Autoregresive Integrated Moving Average merupakan metode yang secara intensif dikembangkan oleh George Box dan Gwilym Jenkins. Metode

Dokumen yang terkait

Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda (Linier Satu Parameter dari Brown) dan Metode Box-Jenkins dalam Meramalkan Curah Hujan di Kota Medan

6 78 78

Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter Terhadap Peramalan Jumlah Guru & Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas Tahun 2012-2015 Di Kecamatan Galang

2 29 71

Aplikasi Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dari Brown Untuk Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2010 Dan 2011

0 23 65

Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode Box-Jenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

5 79 141

Cover Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode BoxJenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

0 1 12

Abstract Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode BoxJenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

0 0 2

Chapter I Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode BoxJenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

0 0 9

Chapter II Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode BoxJenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

0 0 22

Reference Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode BoxJenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

0 1 1

Appendix Perbandingan Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda Dua Parameter Dari Holt Dan Metode BoxJenkins Dalam Meramalkan Hasil Produksi Kernel Kelapa Sawit PT. Eka Dura Indonesia.

0 0 60