c. Intensitas Cahaya
Dari Tabel 4.5. diperoleh nilai intensitas cahaya tertinggi terdapat pada stasiun 2 yang merupakan daerah pariwisata dengan nilai 428 x 2000 Candella dan terendah
pada stasiun 4 yang merupakan daerah PLTA dengan nilai 401 x 2000 Candella. Adanya perbedaan intensitas cahaya ini disebabkan karena adanya perbedaan
tutupan vegetasi kanopi pada setiap stasiunnya.
Menurut Barus 2004, terjadinya penurunan nilai penetrasi cahaya disebabkan oleh kurangnya intensitas cahaya matahari yang masuk ke badan
peairan, adanya kekeruhan oleh zat-zat terlarut dan kepadatan plankton di suatu perairan menyebabkan penetrasi cahaya pada suatu ekosistem perairan pada
umumnya lebih tinggi dan faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari akan diabsorbsi
dan sebagian lagi akan dipantulkan keluar permukaan air.
d. pH
Dari Tabel 4.5. diperoleh pH tertinggi terdapat pada stasiun 1 dan 3 dengan nilai 7,8 sedangkan pH terendah terdapat pada stasiun 4 dengan nilai 7,3. Tinggi
rendahnya pH air pada setiap stasiun dapat disebabkan oleh adanya berbagai macam aktifitas yang menghasilkan senyawa organik maupun anorganik yang
mengalami penguraian sehingga mempengaruhi pH suatu perairan. Kisaran pH di perairan ini masih mendukung kehidupan plankton yang hidup di dalamnya.
Menurut Sinambela 1994, dalam Surbakti 2009, kehidupan di dalam air masih dapat bertahan bila perairan mempunyai kisaran pH 5-9 Barus 2004,
menambahkan pada ekosistem perairan yang mengalami laju fotosintesis yang tinggi akan dibutuhkan karbondioksida yang banyak. Nilai pH suatu ekosistem air
dapat berfluktuasi terutama dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis.
e. Oksigen Terlarut DO
Dari Tabel 4.5. diperoleh nilai DO tertinggi terdapat pada stasiun 4 yang merupakan daerah bebas aktifitas dengan nilai 6,3 mgL sedangkan nilai DO
terendah pada stasiun 2 yang merupakan daerah pariwisata. Hal ini dipengaruhi adanya pergerakan massa air dengan adanya kontak antara permukaan air dan
udara, proses fotosintesis dan respirasi dari orgainisme perairan termasuk fitoplankton dan alga, sehingga kadar oksigen terlarut lebih tinggi dan rendahnya
oksigen terlarut disebabkan adanya masukansenyawa organik dan anorganik sehingga dibutuhkan oksigen untuk menguraikan senyawa tersebut dan tingginya
suhu yang menimbulkan konsumsi oksigen meningkat oleh biota air yang menyebabkan terjadinya defisit oksigen terlarut di stasiun tersebut.
Menurut Siregar 2009, bahwa banyaknya tumbuhan air akan memberikan suplai oksigen terhadap perairan tersebut dan penguraian secara
aerob hanya sedikit pada suhu yang tidak terlalu tinggi dan Barus 2004 juga menambahkan bahwa fluktuasi dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis dari
tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Nilai oksigen terlarut dalam perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mgL.
f. BOD