pertanyaan kepada siswa dalam urutan manapun bergantung pada jawaban tanpa melupakan tujuan penelitian. Siswa pun bebas
menjawab, baik isi maupun panjang pendeknya paparan, sehingga dapat diperoleh informasi yang dalam dan rinci. Hal ini dapat
memperkaya informasi yang diperoleh.Rachmawati, 2011 2 Menentukan subjek wawancara
Penentuan subjek wawancara dilakukan dengan mengambil beberapa siswa dengan beberapa pertimbangan di antaranya, siswa tersebut me-
lakukan lebih banyak kesalahan daripada siswa yang lain dan kesalahan yang di lakukan bervariasi. Setelah jawaban siswa dianalisis,
di pilih 11 siswa sebagai subjek wawancara, yaitu siswa dengan nomor subjek 1, 4, 6, 8, 10, 13, 14, 16, 20, 27, dan 29.
3 Pelaksanaan wawancara Wawancara dilaksanakan setelah lembar jawaban tes siswa selesai
diidentifikasi. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal garis singgung lingkaran, serta apa saja yang menjadi penyebabnya ditinjau dari kesulitan dan kemampuan belajar
siswa.
D. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan survey untuk mengetahui jumlah siswa serta karakteristik siswa yang akan menjadi subjek penelitian, yaitu pada tanggal 1-3
Desember 2011. 2. Pembuatan proposal penelitian.
3. Menyusun instrumen penelitian. 4. Pelaksanaan penelitian
a. Tes b. wawancara
5. Melakukan analisis data. 6. Penyusunan laporan penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Data diambil dari hasil tes. Berdasarkan jawaban tes siswa, kesalahan- kesalahan siswa diidentifikasi dengan memperhatikan tahap demi tahap atau
langkah demi langkah yang dilakukan oleh siswa dalam menjawab soal. Kesalahan kesalahan dalam matematika yang dilakukan oleh siswa dibatasi
sebagai berikut: 1. Kesalahan penulisan rumus.
2. Kesalahan dalam mengorganisasikan data. 3. Kesalahan hitung.
4. Kesalahan dalam menarik kesimpulan. Untuk mempermudah proses identifikasi, kesalahan pertama, kedua, ketiga,
keempat, dan kelima di atas berturut-turut diberi kode K
1,
K
2,
K
3,
dan K
4.
Selanjutnya, data hasil tes dan wawancara dibandingkan untuk mendapatkan data yang valid.
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
QS. Al- Insyirah: 6 dan
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
Qs. Al- Baqarah: 286 Maka
Jangan terlalu mudah untuk menyerah dan jangan terlalu cepat untuk lelah, karena perjalanan ini masih panjang
dan
Tiada kemenangan tanpa perjuangan
Erma Mustika
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah kemajuan dan peningkatan kualitas hidup.
Pendidikan dapat merubah pola pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek kehidupan ke arah peningkatan
kualitas diri. Pada pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari tujuan pendidikan yang akan dicapai karena tercapai atau tidaknya tujuan
pendidikan merupakan tolak ukur dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan, Sunarsi, 2009
Salah satu pandangan dalam pendidikan adalah bahwa kecerdasan diukur dari nilai-nilai sempurna yang diperoleh seseorang di setiap mata pelajaran. Hal ini
sering membuat evaluasi tidak dilaksanakan dengan sebenarnya, misalnya terjadi kecurangan-kecurangan Ujian Nasional UN. Ketua Persaudaraan
Guru Nusantara Perguntara Provinsi Lampung, Ahmad Nurkholish, mengemukakan bahwa kemurnian tingkat kelulusan UN baik di Lampung
maupun secara nasional masih diragukan. Pasalnya sebelum UN saja, menurutnya banyak terjadi kecurangan, di antaranya mulai penginstruksian
untuk membuat kunci jawaban dan lainnya. Beliau juga mengatakan bahwa sudah menjadi rahasia umum tingginya angka kelulusan tersebut penuh
kebohongan, yakni nilai UN itu bukan murni hasil siswa, melainkan sudah ada campur tangan berbagai pihak, termasuk oknum guru yang terpaksa curang
karena tekanan atasan Tim Redaksi, 2011. Kejadian serupa juga terjadi di SDN Gadel 2, Surabaya. Guru berharap supaya hasil ujian anak didiknya
memuaskan dengan memplot anak didiknya yang lumayan pintar untuk memberikan contekan pada anak-anak lainnya. Bahkan warga juga
menyatakan bahwa mencontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus, Evilanti
, 2012 Di sisi lain, guru yang tidak mau dianggap gagal karena tidak bisa mencerdas-
kan siswa atau sekolah yang tidak mau disebut sebagai sekolah tidak bermutu akan melakukan manipulasi nilai seiring dengan tuntutan belajar tuntas, harus
naik, dan lulus 100 sebagai ukuran mutu keberhasilan. Penentuan standar ketuntasan belajar yang terlampau tinggi juga memicu terjadinya manipulasi
nilai. Manipulasi nilai yang diharapkan dapat meningkatkan martabat guru dan sekolah, hanya akan mematikan kecerdasan dan motivasi siswa. Siswa yang
dapat nilai baik, padahal dia tahu bahwa dia tidak berhak memperoleh nilai itu, cenderung akan meremehkan guru. Begitu juga dengan siswa yang benar-
benar cerdas, akan mati semangat belajarnya karena merasa jerih payahnya selama ini tidak dihargai. Akan lebih celaka lagi ketika anak-anak yang
mendapat nilai fantastis di raport, tidak lolos tes masuk SMA atau SNMPTN. Angka-angka itu tidak berguna lagi, dan kepercayaan masyarakat terhadap
sekolah pun luntur, Darwono, 2010
Kecurangan seperti di atas juga terkadang dipicu oleh ketidak percaya dirian siswa dalam menyelesaikan soal secara mandiri. Hal ini disebabkan oleh