ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL URAIAN BERBENTUK SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

(1)

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL URAIAN BERBENTUK SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

SRI WAHYUNI KURNIA D

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika dan penyebab kesalahan tersebut. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Metode pengumpulan data adalah metode tes dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita yaitu (1) kesalahan memahami soal, (2) kesalahan membuat model matematika, (3) kesalahan melakukan perhitungan, (4) kesalahan menarik kesimpulan. Penyebab siswa melakukan kesalahan tersebut ialah karena rendahnya minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika.


(3)

(4)

(5)

(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Soal Uraian ... 9

2. Pembelajaran Matematika ... 12

3. Soal Cerita Matematika ... 14

4. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita ... 21

5. Penyebab Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita ... 23

B. Kerangka Pikir ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 32


(7)

vi

C. Waktu Penelitian ... 32

D. Subjek Penelitian ... 32

E. Prosedur Penelitian ... 33

F. Data penelitian ... 33

G. Teknik Pengumpulan data ... 34

H. Instrumen Penelitian ... 35

I. Teknik Analisis Data ... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ... 47

B. Deskripsi Pelaksanaan ... 48

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

D. Pembahasan ... 61

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 79

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA 83


(8)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang masa. Pendidikan menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat karena pendidikan dapat mempengaruhi dan mengubah pola pikir seseorang untuk selalu melakukan perbaikan dalam segala aspek kehidupan ke arah peningkatan kualitas diri sesuai harapan pelaku pendidikan. Hal ini senada dengan pendapat Notoatmodjo (Hakim, 2013), yang mengatakan bahwa pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tanpa pendidikan sama sekali tidak mungkin suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari tujuan pendidikan yang akan dicapai karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan merupakan tolok ukur dari ke-berhasilan penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3:


(9)

2 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bengsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga Perguruan Tinggi dan merupakan salah satu bidang pendidikan yang ber-peran penting dalam kehidupan dan perkembangan IPTEK. Sebagian besar siswa memandang matematika sebagai pelajaran yang paling sulit dibandingkan dengan pelajaran lain. Walaupun demikian, tidak hanya siswa yang diharuskan mem-pelajari matematika tetapi semua orang harus memmem-pelajari matematika karena matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan hampir semua bidang studi memiliki kaitan dengan matematika. Matematika dapat membantu kita untuk dapat berpikir secara logis, kritis, dan kreatif. Oleh karena itu, matematika sangatlah penting untuk dipelajari. Hal ini senada dengan pendapat Cockroft (Abdurrahman, 2003:253) bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena selalu digunakan dalam segala segi kehidup-an, semua bidang membutuhkan keterampilan matematika, dan matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis.

Dasar hukum lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006, menyebutkan bahwa dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan penggunaan masalah yang sesuai dengan situasi. Lebih lanjut dikemukakan salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.


(10)

3 Untuk itu dalam pembelajaran matematika hendaknya dibiasakan dengan me-ngajukan masalah nyata, yaitu pembelajaran yang mengaitkan masalah dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu pembelajaran yang memenuhi tuntutan tersebut adalah dengan pembelajaran soal cerita. Dalam pembelajaran soal cerita ini siswa dituntut untuk dapat memecahkan permasalahan melalui kemampuannya dalam memahami, merancang, dan menyelesaikan soal cerita tersebut.

Penyajian soal dalam bentuk cerita merupakan usaha untuk menerapkan konsep yang sedang dipelajari sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Haji (Raharjo, 2009:2) berpendapat bahwa soal cerita merupakan hasil dari modifikasi soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita sangat bermanfaat untuk perkembangan proses berpikir siswa karena dalam penyelesaiannya diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang membutuhkan pemahaman dan penalaran.

Soal cerita dapat dipastikan ada pada beberapa ujian, antara lain ujian tengah semester, ujian akhir semester, bahkan ujian akhir nasional. Oleh sebab itu, ke-mampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita menentukan prestasi akademik siswa. Namun, pada kenyataannya banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita. Tentu saja hal ini akan berdampak pada rendah-nya prestasi akademik yang dicapai oleh siswa.

Abdurrahman (2003:257) mengatakan bahwa dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami kesulitan sehingga menyebabkan anak me-lakukan kesalahan. Rahardjo (2011:14) menambahkan kesalahan-kesalahan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal yang disajikan dalam bentuk cerita secara


(11)

4 mekanik meliputi kesalahan memahami soal, kesalahan membuat model (kalimat) matematika, kesalahan melakukan komputasi (penghitungan), dan kesalahan menginterpretasikan jawaban kalimat matematika. Berikut contoh kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita:

Ibu membeli 10 butir telur yang harganya Rp 2.000 tiap butir dan 5 kg beras yang harganya Rp 8.000 tiap kg. Ibu membayar barang-barang tersebut dengan me-nyerahkan uang Rp 100.000. Berapakah uang kembali yang diterima oleh Ibu? Penyelesaian:

1) Kesalahan memahami soal

Diketahui: Ibu membeli 10 butir telur yang harganya Rp 2.000 tiap butir dan 5 kg beras yang harganya Rp 8.000 tiap kg. Ibu membayar barang-barang tersebut dengan uang Rp 100.000.

Ditanya: Berapakah uang kembali yang diterima oleh Ibu? Jawaban yang benar:

Diketahui: Telur yang dibeli Ibu = 10 butir Harga telur tiap butir = Rp 2.000 Beras yang dibeli Ibu = 5 kg Harga beras tiap kg = Rp 8.000

Uang yang diserahkan oleh Ibu = Rp 100.000 Ditanya: Uang kembali yang diterima oleh Ibu

2) Kesalahan membuat model matematika 100.000 10 X 2.000 + 5 X 8.000 = Jawaban yang benar:


(12)

5 3) Kesalahan melakukan komputasi

100.000 20.000 + 40.000 = 40.000 Jawaban yang benar:

100.000 (20.000 + 40.000) = 100.000 60.000 = 40.000

4) Kesalahan mengintepretasikan jawaban akhir Jadi, Rp 40.000 adalah uang Ibu.

Jawaban yang benar:

Jadi, uang kembali yang diterima oleh Ibu adalah Rp 40.000

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung, diketahui bahwa kemampuan akademik siswa relatif di bawah rata-rata. Penguasaan siswa kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 dalam me-nyelesaikan soal cerita matematika juga masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari hasil uji blok pada materi Aljabar yang disajikan dalam soal uraian berbentuk cerita. Terdapat 63,8% siswa yang mendapat nilai rata-rata kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 63. Tingginya persentase siswa yang men-dapat nilai kurang dari KKM tersebut merupakan salah satu indikasi adanya kesulitan yang dialami siswa sehingga menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita pada pembelajaran matematika. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat menjadi salah satu pe-tunjuk untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi. Oleh karena itu, adanya kesalahan-kesalahan dan penyebab kesalahan tersebut perlu diidentifikasi. Kesalahan yang dilakukan siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantara-nya yaitu minat dan motivasi. Minat dan motivasi dapat di ukur dengan melihat


(13)

6 kebiasaan siswa dalam pembelajaran. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan ajar yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Sedangkan, tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Dengan demikian, informasi tentang kesalahan dan penyebab kesalahan yang di-lakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal uraian berbentuk cerita matematika tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran sehingga prestasi belajar matematika siswa dapat meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu diadakan penelitian untuk menganalisis kesalahan dan penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika?

2. Apa yang menjadi penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika?


(14)

7 C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam me-nyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika. 2. Untuk mengetahui penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan

soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika yang berkaitan dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita dan penyebab kesalahan tersebut.

2. Sebagai dasar bagi guru untuk dapat memberikan alternatif solusi/penyelesaian dalam mengatasi masalah tersebut, serta guru dapat melakukan usaha perbaikan terhadap pembelajaran agar siswa tidak melakukan kesalahan yang sejenis dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita pada pembelajaran matematika.

3. Sebagai masukan bagi kepala sekolah dalam upaya pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

4. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dan referensi untuk penelitian se-jenis.


(15)

8 E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita adalah pengamatan yang dilakukan secara detail terhadap kekeliruan atau ke-tidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita.

2. Soal uraian adalah serangkaian pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanya-an dengpertanya-an mengunakpertanya-an kata-kata dpertanya-an bahasa sendiri.

3. Soal cerita adalah pertanyaan yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada materi pokok bilangan bulat.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Soal Uraian

Menurut Collegiate (Arikunto, 2008:32), tes adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sedangkan menurut Widoyoko (2013:45), tes adalah salah satu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek, dapat berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi, dan sebagainya. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Tes dibedakan atas dua bentuk, tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif meliputi true-false test (tes bentuk benar-salah), matching test (tes bentuk menjodohkan), completion test (tes bentuk penyempurnaan), dan multiple choice test (tes bentuk pilihan ganda). Sedangkan tes subjektif pada umumya berbentuk uraian. Arikunto (2008:162) mengatakan ciri-ciri pertanyaan pada tes berbentuk uraian didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya. Ada dua bentuk tes uraian, yaitu bentuk tes uraian objektif dan subjektif. Bentuk tes dikatakan subjektif apabila penilaian yang dilakukan


(17)

10 cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai dan kamampuan peserta didik dituntut untuk menyampaikan gagasan yang telah dimilikinya dengan mengguna-kan kata-katanya sendiri. Sedangmengguna-kan bentuk tes uraian objektif, yaitu jawaban-nya singkat dan melengkapi, serta sistem penskoran dapat dibuat dengan jelas dan rinci. Bentuk tes uraian objektif biasanya digunakan pada mata pelajaran matematika. Hal ini senada dengan pendapat Widoyoko (2013:92) yang mengata-kan sebagai berikut:

Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas, misalnya mata pelajaran matematika, fisika, kimia, biologi, dan teknik. Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, yaitu mulai dari memilih rumus yang tepat, memasukkan angka dalam rumus, menghitung hasil dan menafsirkan hasilnya.

Soal uraian menuntut siswa untuk dapat menyusun dan memadukan gagasan-gagasan tentang hal yang telah dipelajarinya, dengan cara mengekspresikan atau mengemukakannya secara tertulis dengan kata-kata sendiri. Thoha (2001) ber-pendapat bahwa ada beberapa kelebihan soal uraian, yaitu :

(a) Siswa dapat mengorganisasikan jawaban dengan pikiran sendiri. (b) Siswa dapat terhindar dari sifat terkaan dalam menjawab soal.

(c) Melatih siswa untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan, serta mengorganisasikannya sehingga dapat diungkapkan menjadi satu hasil pemikiran terintegrasi secara utuh.

(d) Melatih siswa untuk dapat menyusun kalimat dengan bahasa yang baik, benar dan tepat.

(e) Soal bentuk uraian ini tepat untuk mengukur kemampuan analitik, sintetik dan evaluatik.


(18)

11 Sedangkan kelemahan soal uraian, yaitu:

(a) Bahan yang diujikan relatif sedikit.

(b) Apabila digunakan terus menerus, maka peserta didik hanya mempelajari soal-soal yang sering dikeluarkan.

(c) Penilaian yang dilakukan cenderung subjektif.

(d) Membutuhkan banyak waktu untuk memeriksa hasilnya.

(e) Sulit mendapatkan soal yang memiliki validitas dan reliabilitas tinggi, serta standar nasional maupun regional.

Dalam membuat atau menyusun soal uraian tidak boleh sembarangan tetapi harus ada petunjuk penyusunannya. Adapun petunjuk penyusunan soal uraian menurut Arikunto (2008:163), yaitu:

(a) Soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan. (b) Soal tidak disalin langsung dari buku.

(c) Soal dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penskoran. (d) Pertanyaannya bervariasi.

(e) Rumusan soal dibuat semudah mungkin sehingga mudah dipahami oleh siswa.

(f) Pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.

Dari uraian tersebut jelas bahwa soal uraian merupakan serangkaian pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan mengunakan kata-kata dan bahasa sendiri.


(19)

12 2. Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses yakni proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru, proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1999:17) menambahkan, proses belajar terjadi akibat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Menurut Djamarah (2008:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan Hamalik (2004:27) merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi mencakup kegiatan yang lebih luas yaitu meng-alami. Dan hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan suatu perubahan tingkah laku.

Pendapat lain dikemukakan oleh Soemanto (2006:104) bahwa belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia me-lakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya ber-kembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.


(20)

13 Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Rusman (2011) menambahkan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Pembelajaran yang dimaksud disini adalah pem-belajaran matematika di sekolah.

Pengertian mengenai matematika berbeda-beda, tetapi pengertian matematika dapat diterima dalam berbagai sudut pandang. Menurut Daryanto (1997:430), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Sedangkan menurut Paling (Abdurrahman, 2003:252), matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Soedjadi (2000:11) yang mendefinisikan matematika kedalam beberapa pengertian, yaitu sebagai berikut:

(a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik.

(b) Matematika adalah pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi. (c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran yang logik dan

ber-hubungan dengan bilangan.

(d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.


(21)

14 (e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. (f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut Mathematical Sciences Education Board (Walle, 2008:12-13), matematika merupakan ilmu tentang pola dan urutan. Pola tidak hanya terdapat pada bilangan dan persamaan, tetapi juga berada pada setiap sesuatu di sekeliling kita. Pola dan urutan ditemukan dalam perdagangan, pabrik, sains, obat-obatan, dan sosiologi. Matematika menyelidiki pola ini, memberi arti, dan menggunakan-nya dalam berbagai cara yang menarik untuk memperbaiki dan memperluas ke-hidupan kita.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku baru individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu itu sendiri dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan, pembelajaran matematika adalah suatu proses mem-peroleh ilmu yang berkaitan dengan bilangan, ukuran, bentuk dan juga pe-nyelesaian masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

3. Soal Cerita Matematika

Pada pembelajaran matematika, siswa diharapkan untuk dapat menguasai konsep setiap materi dan juga dituntut untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan siswa. Cornelius (Abdurrahman, 2003:253) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika, yaitu karena matematika merupakan:

(a) Sarana berpikir yang jelas dan logis


(22)

15 (c) Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman

(d) Sarana untuk mengembangkan kreativitas

(e) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Menurut Soedjadi (2000:44), salah satu tujuan umum matematika dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yaitu mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aktivitas sehari-hari, manusia pasti berhadapan dengan masalah. Keberhasilan se-seorang dalam kehidupannya ditentukan oleh kemampuannya dalam memecahkan masalah tersebut. Manusia dituntut untuk nalar dalam setiap pemecahan masalah. Penalaran sering digunakan dalam pendidikan matematika khususnya yang ber-kaitan dengan penyelesaian soal cerita.

Pelajaran matematika bagi siswa dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit, terutama soal uraian yang berbentuk soal cerita. Soal cerita erat kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari. Menurut Ahmad (Rahardjo dan Astuti, 2011:8) soal cerita penting sekali diberikan dalam pembelajaran matematika karena pada umumnya soal cerita dapat digunakan untuk melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dan berguna bagi perkembangan proses berfikir siswa dalam pembelajaran matematika. Hal senada diungkapkan oleh Driscol (Herman, 2000:1), bahwa kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah erat sekali hubungannya dengan pemecahan masalah. Disadari atau tidak setiap hari manusia dihadapkan dengan berbagai masalah yang dalam penyelesaiannya pelik dan tidak bisa diselesaikan dengan segera. Dengan demikian, penyelesaian soal cerita merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.


(23)

16 Menurut Abidia (Raharjo, 2009:2) soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek yang diungkapkan dan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Hal serupa diungkapkan oleh Ahmad (Trueno, 2009) bahwa soal cerita biasanya merupakan soal terapan dari suatu pokok bahasan yang dihubungkan dengan masalah sehari-hari. Sedangkan menurut Solichan (Yasin, 2011) soal cerita dalam mata pelajaran matematika adalah soal yang disajikan dalam bentuk uraian atau cerita baik secara lisan maupun tulisan yang wujudnya berupa kalimat verbal sehari-hari yang makna dari konsep dan ungkapannya dapat dinyatakan dalam simbol dan relasi matematika.

Menurut Abdurrahman (2003:257), dalam menghadapi masalah matematika khususnya soal cerita, siswa harus melakukan analisis dan intrepretasi informasi sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan keputusan. Dalam memecahkan masalah matematika siswa harus menguasai cara mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan komputasi dalam berbagai situasi yang berbeda. Penyelesaian suatu soal cerita matematika bukan sekedar memperoleh hasil yang berupa jawaban dari hal yang ditanyakan, tetapi yang lebih penting siswa harus mengetahui dan memahami proses berpikir karena di dalam menyelesaikan soal cerita diperlukan kemampuan dasar seperti kemampuan penalaran, kemampuan verbal dan kemampuan numerik. Oleh sebab itu, kemampuan siswa yang diperlu-kan untuk menyelesaidiperlu-kan soal cerita tidak hanya kemampuan skill (keterampilan) tetapi juga algoritma (urutan logis pengambilan keputusan).

Di samping itu dalam menyelesaikan soal, diperlukan juga pemahaman terhadap langkah-langkah penyelesaiannya. Ada beberapa ahli yang berpendapat tentang


(24)

17 langkah-langkah untuk menyelesaikan soal cerita. Dalam teori Polya (Rahardjo dan Astuti, 2011:10-12) ada empat langkah, yaitu :

(1) Memahami masalah

Pada langkah ini yang harus dilakukan adalah membaca soal dengan seksama sehingga benar-benar dimengerti arti dari sebuah kata dalam soal, membuat tanda-tanda khusus untuk beberapa istilah yang digunakan kalimat dalam soal, menentukan apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui.

(2) Menyusun rencana penyelesaian

Dalam menyusun rencana banyak strategi dan teknik yang digunakan, banyak pertanyaan yang bisa digunakan untuk membantu merancang penyelesaian masalah, misalnya sebagai berikut :

a) Adakah gambar, diagram atau tanda bantu lainnya yang dapat membantu menyusun data dalam soal?

b)Apakah terdapat hubungan dari keterangan-keterangan yang dapat diguna-kan sebagai petunjuk dalam menyelesaidiguna-kan masalah?

c) Adakah rumus yang dapat digunakan?

d)Apakah masalah ini pernah diselesaikan dengan cara yang berbeda? (3) Melaksanakan rencana penyelesaian

Jika dalam langkah kedua telah berhasil diperinci dengan lengkap, maka dalam pelaksanaan rencana penyusunan soalnya menjadi bentuk yang sederhana dan melakukan perhitungan. Perencanaan yang mantap membuat pelaksanaan rencana menjadi baik.

(4) Memeriksa kembali


(25)

18 menjadi dasar yang penting untuk penyelesaian masalah yang akan datang. Langkah ini penting walaupun kadang sering dilupakan dalam menyelesaikan masalah. Beberapa pertanyaan yang muncul dalam langkah ini antara lain sebagai berikut :

a) Apakah jawabanya sudah tepat?

b)Adakah cara untuk memeriksa jawaban?

c) Adakah ditemukan cara lain yang mungkin untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah ini?

d)Apakah masalah ini berhubungan dengan masalah lain yang pernah digunakan sebelumnya?

Selain Polya, Mardjono (Sumargiyani, 2010:4) pun berpendapat bahwa ada empat langkah dalam menyelesaikan soal cerita, yaitu:

(1) Membaca soal dan memikirkan hubungan-hubungan antara bilangan-bilangan yang terdapat dalam soal itu

(2) Menuliskan kalimat matematika yang menyatakan hubungan-hubungan itu dalam bentuk operasi bilangan-bilangan

(3) Menyelesaikan kalimat matematika tersebut, yaitu menentukan bilangan-bilangan yang memenuhi agar kalimat matematika itu menjadi benar

(4) Menggunakan penyelesaian itu untuk menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam soal.

Sedangkan Haji (Raharjo, 2009:2) mengungkapkan bahwa untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan beberapa langkah, yaitu:


(26)

19 (1) Menentukan hal yang diketahui dalam soal

(2) Menentukan hal yang ditanyakan (3) Membuat model matematika (4) Melakukan perhitungan

(5) Menginterpretasikan jawaban model ke permasalahan semula.

Soedjadi (2000) mengatakan bahwa untuk menyelesaikan soal matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-langkah:

(1) Membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat.

(2) Memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan dalam soal, operasi pengerjaan apa yang diperlukan. (3) Membuat model matematika dari soal.

(4) Menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga (5) Mendapatkan jawaban dari model tersebut.

(6) Menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa soal cerita adalah per-tanyaan yang disajikan dalam bentuk cerita, yang biasanya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan untuk menyelesaikan soal cerita dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Memahami soal cerita dengan memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal.

(2) Membuat model (kalimat) matematika, yaitu menerjemahkan kalimat soal ke bentuk kalimat matematika dengan menyatakan hubungan antara bilangan-bilangan yang terdapat dalam soal ke dalam bentuk operasi matematika.


(27)

20 (3) Melakukan perhitungan, yaitu menyelesaikan model matematika yang telah

dibuat dengan menentukan bilangan-bilangan yang memenuhi sesuai prosedur matematika.

(4) Menarik kesimpulan, yaitu menuliskan jawaban akhir sesuai dengan pertanyaan yang ada di dalam soal.

Untuk merealisasikan langkah-langkah tersebut, maka diberikan contoh kasus sebagai berikut:

Pak Yanto menyusun kardus-kardus berisi gelas di lantai tokonya. Susunan kardus gelas itu berbentuk balok dengan jumlah 160 kardus, berukuran tinggi 5 kardus, dan panjang dua kali lebar. Menurutmu, berapa panjang dan lebar kardus gelas yang disusun Pak Yanto?

Langkah-langkah menyelesaikan soal cerita tersebut yaitu :

(1) Siswa memahami soal cerita dengan menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Diketahui : Susunan kardus gelas berbentuk balok Jumlah susunan gelas = 160 kardus Panjang = 2 x lebar Tinggi = 5 kardus

Ditanya : Panjang dan lebar kardus gelas yang disusun (2) Siswa membuat model matematika.

Misalkan jumlah susunan gelas = V

lebar kardus = y cm, maka panjangnya 2y cm. V = p x l x t


(28)

21 (3) Siswa melakukan perhitungan

160 = 10y2 16 = y2 y2 = 16 y = √ y = 4

sehingga diperoleh y = p = 2y = 2 x 4 = 8 (4) Siswa menarik kesimpulan

Jadi, panjang kardus gelas adalah 8cm dan lebarnya 4 cm.

4. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Uraian Berbentuk Cerita

Kesalahan siswa perlu dianalisis khususnya dalam menyelesaikan soal cerita untuk mengetahui kesalahan apa saja yang dilakukan dan mengapa kesalahan tersebut dilakukan siswa. Penyebab kesalahan siswa perlu untuk diidentifikasi agar kesalahan-kesalahan yang sama tidak kembali dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi selanjutnya sehingga prestasi akademik siswa dalam pelajaran matematika akan meningkat. Jika suatu kesalahan telah dilakukan dan tidak segera diatasi maka kesalahan yang dilakukan akan terus berlanjut, apalagi bila kesalahan tersebut akan terus dibawa ke jenjang pendidikan yang selanjutnya. Melalui analisis kesalahan akan diperoleh bentuk


(29)

22 dan penyebab kesalahan siswa, sehingga guru dapat memberikan jenis bantuan kepada siswa.

Terdapat beberapa kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal berbentuk cerita, seperti kesalahan pemahaman konsep, kesalahan interpretasi bahasa dan kesalahan dalam komputasi. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dapat diketahui berdasarkan langkah-langkah menyelesaikan soal cerita. Apabila siswa melakukan kesalahan pada salah satu tahap, kemungkinan pada tahap selanjutnya juga salah.

Kesalahan menurut Daryanto (1997:522), kesalahan adalah perihal salah; kekeliruan; kealpaan. Sukirman (Sahriah dkk, 2012) berpendapat bahwa kesalahan merupakan penyimpangan terhadap hal-hal yang benar yang sifatnya sistematis, konsisten, maupun insidental pada daerah tertentu. Kesalahan yang sistematis dan konsisten dapat terjadi dikarenakan tingkat penguasaan materi yang kurang pada siswa. Sedangkan kesalahan yang bersifat insidental adalah kesalahan yang bukan merupakan akibat dari rendahnya tingkat penguasaan materi pelajaran, melainkan oleh sebab lain misalnya kurang cermat dalam membaca untuk memahami maksud soal, kurang cermat dalam menghitung atau bekerja secara tergesa-gesa.

Menurut Daryanto (1997:40), analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah; proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya. Analisis mempunyai tujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya (sebabnya, duduk perkaranya, dan sebagainya), menguraikan suatu pokok atas berbagai bagiannya dan menelaah bagian itu sendiri serta


(30)

23 hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dalam penelitian ini, analisis dilakukan terhadap hasil pekerjaan siswa pada tes kemampuan penyelesaian soal cerita matematika.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita adalah pengamatan yang dilakukan secara detail terhadap kekeliruan atau ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita ditinjau dari langkah penyelesaian soal cerita matematika.

5. Penyebab Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

Suatu kesalahan dapat terjadi tentu ada faktor penyebabnya. Penyebab terjadinya kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal khususnya soal cerita dapat bermacam-macam antara lain dapat berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar diri siswa (eksternal). Faktor-faktor internal yang mempe-ngaruhi proses belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:228-235), yaitu (1) sikap terhadap belajar, (2) motivasi belajar, (3) konsentrasi belajar, (4) mengolah bahan ajar, (5) menyimpan perolehan hasil belajar, (6) menggali hasil belajar yang tersimpan, (7) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja, (8) rasa percaya diri siswa, (9) inteligensi dan keberhasilan belajar, (10) kebiasaan belajar, (11) cita-cita siswa. Sedangkan, faktor ekternal yang berpengaruh terhadap proses belajar meliputi: (1) guru, (2) prasarana dan sarana pembelajaran, (3) kebijakan penilaian, (4) lingkungan sosial siswa di sekolah (5) kurikulum sekolah.


(31)

24 Pendapat lain dikemukakan oleh Djaali (2006:99) faktor dari dalam diri meliputi: (1) Kesehatan

Apabila orang sedang mengalami sakit mengakibatkan tidak bergairah belajar, dan secara psikologis mengalami pikiran dan perasaan kecewa karena konflik.

(2) Inteligensi dan Bakat

Inteligensi dan bakat merupakan dua hal yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar.

(3) Minat dan motivasi

Minat/keinginan merupakan modal besar dalam mencapai tujuan dan motivasi merupakan keadaan yang mendorong untuk melakukan keinginan itu guna pencapaian suatu tujuan.

(4) Cara belajar

Yang termasuk cara belajar yaitu teknik belajar, bentuk catatan yang dipelajari dan pengaturan waktu belajar, tempat, serta fasilitas belajar lainnya.

Slameto (2003) berpendapat, bahwa minat merupakan salah satu faktor psikologis penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika. Minat didefinisikan sebagai rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Hal ini sependapat dengan Suryabrata (Yasin, 2012), bahwa minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu. Sadirman (1994:76) menambahkan, bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang terhadap


(32)

25 sesuatu karena merasa memiliki kepentingan dengan sesuatu itu, kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Bernard dalam Sadirman (1994:76) mengatakan, bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat ada partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar, dan selalu berkaitan dengan kebutuhan atau keinginan. Semakin besar minat semakin besar juga pengaruhnya terhadap belajar. Minat dalam hal ini ialah ketertarikan dan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika.

Untuk mengetahui siswa yang berminat dan yang tidak berminat dalam belajar dapat dilihat dari ciri-cirinya. Adapun ciri-ciri siswa yang berminat dalam belajar menurut Slameto (2003) adalah sebagai berikut:

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. 4) Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati. 5) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya. 6) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Menurut Safari (Zone, 2011) ada beberapa indikator minat belajar siswa, yaitu sebagai berikut :

(a) Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu pelajaran, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan


(33)

26 pelajaran tersebut. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

(b) Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, atau bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

(c) Perhatian Siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, maka dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.

(d) Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan sesuatu obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.

Menurut Makmun (Yusril, 2012), motivasi merupakan suatu kekuatan atau tenaga atau daya atau keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Sadirman (1994:75) menambahkan bahwa siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar akan optimal jika ada motivasi. Frandsen (Sadirman, 1994:4) menyatakan ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar, yakni: (1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki sesuatu yang lebih luas (2) Adanya keinginan untuk selalu maju


(34)

27 (3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati

(4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru

(5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran

Dalam menilai motivasi siswa, diperlukan aspek-aspek yang terukur. Menurut Aritonang (Suci, 2013), motivasi belajar siswa meliputi beberapa dimensi yang dapat dijadikan indikator, antara lain:

(1) Ketekunan dalam belajar, meliputi: (a) Kehadiran di sekolah

(b) Mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelas (c) Belajar di rumah

(2) Ulet dalam menghadapi kesulitan, meliputi: (a) Sikap terhadap kesulitan

(b) Usaha mengatasi kesulitan

(3) Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, meliputi: (a) Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran

(b) Semangat dalam mengikuti PBM (4) Berprestasi dalam belajar, meliputi:

(a) Keinginan untuk berprestasi (b) Kualifikasi hasil

(5) Mandiri dalam belajar (a) Penyelesaian tugas/PR


(35)

28 Menurut Handoko (Prasti, 2011), untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: kuatnya kemauan untuk berbuat, jumlah waktu yang disediakan untuk belajar, kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain dan ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita, terdiri dari dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern ialah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan faktor ekstern ialah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah faktor intern, yang meliputi:

(a) Minat

Minat adalah kecenderungan yang mengarahkan manusia terhadap bidang-bidang yang ia sukai dan tekuni tanpa adanya keterpaksaan dari siapapun. Minat pula yang mengarahkan manusia untuk berprestasi dalam berbagai hal atau bidang yang ia sukai dan tekuni. Seseorang yang mempunyai minat ter-hadap suatu hal atau bidang tertentu, maka ia akan merasa memiliki kepentingan terhadap hal tersebut, senantiasa mengarahkan dirinya terhadap bidang tersebut dan senang menekuninya dengan sungguh-sungguh tanpa ada yang menyuruh.

(a) Motivasi

Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan suatu kegiatan, yang menjamin kelangsungan dan menimbul-kan arah pada kegiatan tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh


(36)

29 orang tersebut dapat tercapai. Seseorang yang memiliki motivasi, maka ia akan selalu tekun menyelesaikan tugas dan berusaha dalam mengatasi kesulitan yang sedang dihadapinya secara mandiri.

B. Kerangka Pikir

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting bagi semua manusia karena seluruh kegiatan manusia sehari-hari pasti membutuhkan ilmu matematika dalam pemecahan masalahnya. Dalam sekolah, matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Kesulitan ini me-nyebabkan siswa melakukan kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika, termasuk soal berbentuk cerita. Soal cerita merupakan pertanyaan yang disajikan dalam bentuk cerita yang biasanya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menyelesaikan soal cerita, siswa diharuskan untuk memahami empat langkah penyelesaian soal cerita, seperti: (1) memahami soal cerita, (2) membuat model matematika, (3) melakukan perhitungan, dan (4) menarik kesimpulan.

Langkah pertama, yaitu memahami soal cerita. Pada langkah ini, siswa diminta untuk membaca ulang soal yang ada, memahami kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan memikirkan hubungan (operasi matematika) antara bilangan-bilangan yang ada pada soal. Kemudian mengidentifikasi apa yang diketahui dari masalah atau soal tersebut dan mengidentifikasi juga apa yang hendak dicari dengan memisahkan dan mengungkapkan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan. Siswa diharapkan dapat mengabaikan hal-hal yang tidak relevan dengan


(37)

30 permasalahan dan tidak menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalah-nya menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi.

Langkah kedua, yaitu membuat model matematika. Memodelkan matematika dapat diartikan menerjemahkan kalimat soal ke bentuk kalimat matematika. Siswa mengubah soal ke dalam kalimat matematika dengan menentukan rumus atau cara apa yang tepat digunakan agar permasalahan dalam soal dapat diselesai-kan secara sistematis. Pemodelan matematika dapat dilakudiselesai-kan dengan menentu-kan hubungan-hubungan antara bilangan-bilangan yang diketahui dari soal dalam bentuk operasi bilangan.

Langkah ketiga, yaitu melakukan perhitungan. Siswa diminta untuk menjalankan atau menyelesaikan model matematika yang telah dibuat dengan menentukan bilangan-bilangan yang memenuhi sesuai aturan-aturan matematika. Dalam hal ini memuat kemampuan berhitung, seperti: penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan bulat sehingga menghasilkan bilangan-bilangan yang memenuhi agar kalimat matematika menjadi benar. Selain kemampuan, yang dibutuhkan dalam proses ini yaitu ketepatan, ketelitian dan kebenaran dalam menyelesaikan perhitungan tersebut.

Langkah keempat, yaitu menarik kesimpulan. Pada langkah ini, siswa me-ngembalikan hasil perhitungan ke dalam konteks soal. Siswa harus memeriksa setiap langkah pengerjaan dengan benar dan teliti, kemudian menuliskan jawaban akhir sesuai permasalahan yang ditanyakan dalam soal agar kesimpulan yang di-tarik sesuai dengan permintaan soal.


(38)

31 Berdasarkan langkah-langkah penyelesaian soal cerita, maka kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dapat diketahui. Langkah-langkah tersebut menggambarkan langkah pemikiran siswa. Langkah yang tidak terstruktur akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Setelah mengetahui letak kesalahan siswa maka dapat ditentukan penyebab terjadinya kesalahan tersebut. Penyebab siswa melakukan kesalahan dapat berasal dari dalam diri siswa (intern), seperti minat dan motivasi. Semakin besar minat dan motivasi siswa terhadap matematika maka akan semakin berdampak baik pada prestasi belajarnya dan juga sebaliknya, semakin rendah minat dan motivasi siswa terhadap matematika maka akan berdampak buruk pada prestasi belajarnya khususnya pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, dengan diketahuinya kesalahan dan penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dapat membantu guru untuk mengatasi masalah siswa supaya siswa tidak melakukan kesalahan yang sama saat menyelesaikan soal cerita pada materi selanjutnya dan dapat membangkitkan minat serta motivasi siswa melalui kegiatan belajar yang menyenangkan sehingga akan membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.


(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya berusaha menggambarkan secara jelas terhadap pertanyaan penelitian yang telah ditentukan sebelum peneliti terjun ke lapangan.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang terletak di Jl. R.A Basyid Sinar Semendo Labuhan dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli hingga bulan September 2013 yang berlangsung selama 8 pertemuan dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas VII A SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

D. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 20 Bandar Lampung.


(40)

33 E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan sebagai berikut : a. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian. b. Menentukan subjek penelitian.

c. Menetapkan materi pelajaran dan membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

d. Membuat instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

3. Tahap Pengumpulan Data 4. Tahap Analisis Data

5. Penyusunan Hasil Penelitian

F. Data Penelitian

Data pada penelitian ini yaitu data yang berupa bentuk-bentuk kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita yang diperoleh melalui hasil post-test pada materi bilangan bulat terhadap kelas yang dipilih sebagai subjek penelitian.


(41)

34 G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: 1. Metode Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian dan bersifat diagnosis, yaitu tes yang mengungkap kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Tes diberikan ketika materi bilangan bulat telah selesai atau di akhir pembelajaran (post-test).

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengkonfirmasikan jawaban tes siswa serta untuk mengetahui tentang penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita matematika. Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur (terbuka) dimana peneliti atau pewawancara belum mengetahui secara pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh dan pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam hal ini, pewawancara mengadakan percakapan se-demikian hingga pihak yang diwawancarai (responden) bersedia terbuka me-ngeluarkan pendapatnya. Yang diminta bukanlah kemampuan tetapi informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Pelaksanaan wawancara dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai tetapi dapat pula tidak langsung. Namun, pada penelitian dini wawancara dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai.


(42)

35 H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian, yaitu: 1. Instrumen Tes

Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat tes penyelesaian soal cerita matematika. Soal tes berupa butir soal berbentuk uraian yang terdiri dari empat soal. Soal bentuk uraian dipilih karena dalam penelitian ini akan dilihat langkah siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita matematika yang digunakan adalah: (1) memahami soal, (2) membuat model matematika, (3) melakukan perhitungan, (4) menarik kesimpulan. Untuk mendapatkan tes yang baik dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat, meminta pertimbangan kepada guru mitra dan dosen pembimbing untuk mendapatkan kesesuaian kisi-kisi dan soal terhadap kurikulum yang berlaku. Sebelum soal tes digunakan, terlebih dahulu diujicoba-kan pada kelas di luar subjek penelitian, yaitu pada kelas VIII G. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka butir soal yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi kualifikasi soal yang layak digunakan untuk tes. Oleh karena itu, dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

(a) Validitas

Alat ukur dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ketepatan suatu alat ukur. Untuk


(43)

36 menghitung koefisien validitas butir tes ini didasarkan pada pendapat Widoyoko (2013:137) menyatakan bahwa untuk mengetahui validitas butir digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:

∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan:

rxy = koefisien korelasi suatu butir N = jumlah subyek

X = skor butir Y = skor total

Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan harga dengan harga rxy kritik. Adapun harga kritik untuk validitas butir instrumen adalah 0,3. Widoyoko (2013:143) mengatakan bahwa apabila rxy 0,3 maka nomor butir tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila rxy 0,3 maka nomor butir tersebut dikatakan tidak valid. Interpretasi hasil perhitungan validitas butir tes tertera pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rangkuman Validitas Butir Tes Penyelesaian Soal Cerita Matematika

No.

Butir Soal rxy Interpretasi Validitas

1 0,18 Tidak Valid

2 0,72 Valid

3 0,41 Valid

4 0,42 Valid

Berdasarkan hasil uji coba pada tingkat validitas butir tes, diperoleh 1 soal tidak valid dan 3 soal valid. Soal yang tidak valid, yaitu nomor satu dilakukan revisi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1 (Halaman 163).


(44)

37 (b) Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama apabila pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau waktu yang berlainan. Arikunto (2006:195) menyatakan bahwa untuk meng-hitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

             

2

2 11 1 1 t i n n r   dengan 2 2 2                  

N X N

Xi i

t

 Keterangan :

11

r = nilai reliabilitas instrumen (tes)

n = banyaknya butir soal (item)

2

i

 = jumlah varians dari tiap-tiap item tes σt2 = varians total

N = banyaknya data ∑ = jumlah semua data

∑ = jumlah kuadrat semua data

Harga r11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas. Arikunto (2006:195), mengatakan bahwa kriteria indeks reliabilitas adalah sebagai berikut:

a. Antara 0,800 sampai dengan 1,000: sangat tinggi b. Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi c. Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup d. Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah

e. Antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah.

Tes dikatakan baik apabila memiliki nilai reliabilitas ≥ 0,600. Kriteria yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah antara 0,600 sampai dengan 1,000. Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai r11= 0,80 untuk soal tes.


(45)

38 Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 (Halaman 164). Berdasarkan pendapat Arikunto (2006), harga

11

r tersebut telah memenuhi kriteria

reliabilitas tinggi karena koefisien reliabilitasnya antara 0,600 sampai dengan 0,800. Oleh karena itu, instrumen tes penyelesaian soal cerita matematika tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

(c) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak terlalu sukar, dan tidak terlalu mudah seperti yang diungkapkan Sudijono (2008:372). Perhitungan tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Sudijono (2008:372) yang tertera pada Tabel 3.2.


(46)

39 Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

Sangat Sukar

Sukar

Sedang

Mudah

Sangat Mudah

Kriteria soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang memiliki intepretasi sedang, yaitu memiliki nilai tingkat kesukaran 0.30TK0.70. Soal

yang memiliki interpretasi mudah dan sukar perlu direvisi, sedangkan soal yang memiliki interpretasi sangat mudah dan sangat sukar dibuang. Interpretasi hasil perhitungan tingkat kesukaran tes tertera pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Rangkuman Uji Tingkat Kesukaran Tes Penyelesaian Soal Cerita Matematika

No.

Butir Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 0,45 Sedang

2 0,48 Sedang

3 0,54 Sedang

4 0,53 Sedang

Berdasarkan hasil uji coba pada tingkat kesukaran, keempat soal memiliki interpretasi sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 (Halaman 165).

(d) Daya Pembeda

Daya pembeda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Untuk


(47)

40 menghitung daya pembeda, terlebih dahulu mengurutkan siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Karena banyak siswa dalam penelitian ini kurang dari 100 siswa, maka menurut Arikunto (2008: 212) diambil 50% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 50% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Daya pembeda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi atau angka yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda. Menurut Sudijono (2008:389-390) rumus yang akan digunakan untuk menghitung daya beda adalah sebagai berikut.

Keterangan :

DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA : Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : Skor maksimum butir soal yang diolah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif ≤aDPa≤a0.09 Sangat buruk 0.10a≤aDPa≤a0.19 Buruk

0.20a≤aDPa≤a0.29 Agak baik, perlu revisi

0.30a≤aDPa≤ 0.49 Baik

DPa≥ 0.50 Sangat baik


(48)

41 Kriteria soal tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki interpretasi baik, yaitu memiliki nilai daya pembeda 0,30. Interpretasi hasil perhitungan daya pembeda tertera pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Rangkuman Uji Daya Pembeda Tes Penyelesaian Soal Cerita Matematika

No.

Butir Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,15 Buruk

2 0,34 Baik

3 0,31 Baik

4 0,31 Baik

Berdasarkan hasil uji coba daya pembeda, diperoleh tiga soal dengan interpretasi baik dan satu soal dengan interpretasi buruk. Soal dengan interpretasi buruk, yaitu soal nomor satu dilakukan revisi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 (Halaman 165).

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Penyelesaian Soal Cerita Matematika

No.

Soal Validitas Reliabilitas

Tingkat Kesukaran

Daya Pembeda 1 0,18 (Tidak Valid)

0,80 (Raliabilitas

Tinggi)

0,45 (sedang) 0,15 (Buruk)

2 0,72 (Valid) 0,48 (sedang) 0,34 (Baik)

3 0,41 (Valid) 0,54 (sedang) 0,31 (Baik)

4 0,42 (Valid) 0,53 (sedang) 0,31 (Baik)

Dari tabel rekapitulasi hasil uji coba di atas, terlihat bahwa ada tiga soal yaitu soal nomor dua, tiga, dan empat masuk dalam kategori soal yang baik, dengan interpretasi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang layak


(49)

42 digunakan dalam pengambilan data. Sedangkan soal nomor satu tidak valid dan tidak memenuhi kriteria daya pembeda yang baik. Oleh karena itu, soal yang tidak memenuhi kriteria tersebut direvisi agar layak digunakan dalam peng-ambilan data.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan supaya hasil wawancara tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan dan disusun berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Untuk menghindari adanya informasi yang hilang, maka digunakan alat perekam pada saat wawancara berlangsung. Alat perekam berguna sebagai alat bantu tanpa harus mencatat jawaban-jawaban dari subjek.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dengan tujuan untuk memperoleh bentuk nyata dari responden sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Data yang terkumpul berupa hasil tes dan hasil wawancara. Untuk memperoleh data tentang kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa tahap demi tahap. Sedangkan, wawancara digunakan untuk mengetahui penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita.


(50)

43 Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada data kualitatif, maka deskripsi data ini dilakukan dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap responden. Ali (1992:167) berpendapat bahwa dalam pengumpulan data, bila penelitian dilakukan oleh orang yang belum berpengalaman ada kemungkinan data yang terkumpul tidak sesuai dengan kerangka kerja ataupun fokus masalahnya. Oleh karena itu, análisis data menempuh tiga langkah utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

a. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu data perlu dirinci melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.

Adapun proses reduksi data terhadap hasil tes dan hasil wawacara adalah sebagai berkut:

(1) Memeriksa lembar jawaban hasil pekerjaan siswa berdasarkan langkah-langkah menyelesaikan soal cerita matematika dengan cara penskoran terhadap jawaban siswa hasil post-test. Siswa yang menjawab salah diberi skor 1 dan siswa yang menjawab benar diberi skor 0. Pemberian skor ditentukan oleh jawaban yang salah sesuai langkah-langkah menyelesaikan soal cerita matematika.


(51)

44 (2) Mendeskripsikan data tiap butir soal yang dikelompokkan berdasarkan

langkah-langkah penyelesaian soal uraian berbentuk cerita. Dari variasi jawaban siswa dapat diketahui kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa.

(3) Mengurutkan siswa berdasarkan frekuensi atau keseringannya melakukan kesalahan

(4) Menentukan subjek wawancara

Untuk mengetahui penyebab siswa melakukan kesalahan dalam, dapat dilakukan dengan wawancara. Reduksi data hasil wawancara dilakukan dengan menyederhanakan hasil wawancara dan membuang yang tidak perlu. Dalam pelaksanaan wawancara ada beberapa langkah yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (Sugiyono, 2012:235), yaitu:

(1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

Penentuan ini dilakukan dengan cara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tersebut yaitu siswa melakukan lebih banyak kesalahan daripada siswa yang lain. Dalam hal ini, wawancara dilakukan kepada 12 siswa yang melakukan kesalahan terbanyak. Siswa-siswa tersebut kemudian akan diklasifikasikan men-jadi 4 kelompok sesuai banyaknya kesalahan berdasarkan langkah-langkah menyelesaikan soal cerita matematika. Dari masing-masing kelompok akan dipilih 3 orang sebagai subjek wawancara (responden) (2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan

pem-bicaraan


(52)

45 (3) Membuka alur wawancara

(4) Melangsungkan alur wawancara

(5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.

b. Penyajian Data

Penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, diagram, dan sejenisnya. Penyajian data akan memudahkan untuk menyusun ke dalam urutan, sehingga strukturnya dapat dipahami. Dalam hal ini, data yang disajikan berupa kesalahan hasil pekerjaan siswa pada lembar jawab yang disusun berdasarkan langkah-langkah penyelesaian soal cerita matematika, serta petikan hasil wawancara. Kegiatan ini memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau informasi yang terorganisasi dan terkategori sehingga memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau tindakan.

Tahap penyajian data dalam penelitian ini meliputi:

(1) Menyajikan hasil pekerjaan siswa yang berupa bentuk-bentuk kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita matematika ditinjau dari langkah-langkah menyelesaiakan soal cerita.

(2) Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam pada Hand Phone. Data yang disajikan berupa petikan wawancara yang berkaitan dengan penyebab kesalahan yang dilakukan siswa.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, kesimpulan tergantung pada catatan-catatan lapangan, penyimpanan


(53)

46 data, dan kecakapan peneliti. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya remang-remang atau gelap maka setelah diteliti menjadi jelas, sehingga mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

d. Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini yaitu dengan triangulasi. Triangulasi data sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Teknik yang digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber-sumber data lainnya yang ditempuh dengan cara membandingkan dan memadukan data hasil tes, hasil wawancara, dan diskusi antara peneliti, dosen pembimbing dan guru matematika.


(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita yaitu:

1) Kesalahan memahami soal

Kesalahan memahami soal cerita yang dilakukan siswa yaitu: (a) Tidak menuliskan informasi diketahui dan ditanya

(b) Tidak lengkap dalam menuliskan informasi diketahui dan ditanya (c) Menuliskan informasi (diketahui/ditanya) yang salah

(d) Menuliskan informasi yang diketahui atau ditanya saja

(e) Menuliskan informasi diketahui dan ditanya persis dengan soal

(f) Menuliskan informasi diketahui pada baris untuk mengisi informasi ditanya

2) Kesalahan membuat model matematika

Kesalahan membuat model matematika yang dilakukan siswa yaitu: (a) Tidak membuat model matematika

(b) Model matematika tidak sesuai dengan aturan-aturan/prosedur matematika


(55)

80 (c) Menggunakan model matematika yang salah

3) Kesalahan melakukan perhitungan

Kesalahan melakukan perhitungan yang dilakukan siswa yaitu: (a) Tidak melakukan perhitungan

(b) Hasil perhitungan salah

(c) Hasil perhitungan benar tetapi salah dalam menggunakan aturan-aturan matematika

4) Kesalahan menarik kesimpulan

Kesalahan menarik kesimpulan yang dilakukan siswa yaitu: (a) Tidak menuliskan kesimpulan

(b) Kesimpulan tidak sesuai pertanyaan soal

(c) Kesimpulan menggunakan hasil perhitungan yang salah

2. Penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita yaitu:

1) Minat

Penyebab terjadinya kesalahan dalam memahami soal yang berkaitan dengan minat antara lain:

(a) Tidak menyukai pelajaran matematika

(b) Merasa bahwa matematika tidak memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari

(c) Lupa

(d) Tidak memperhatikan atau mengobrol ketika guru sedang me-nyampaikan materi


(56)

81 2) Motivasi

Penyebab terjadinya kesalahan dalam memahami soal yang berkaitan dengan motivasi antara lain:

(a) Tidak bertanya ketika menghadapi kesulitan atau tidak memiliki rasa ingin tahu yang lebih luas terhadap materi pada pelajaran matematika (b) Mencontek ketika menyelesaikan tugas/PR

(c) Tidak rajin belajar atau tidak meluangkan waktu untuk belajar matematika di luar jam pelajaran sekolah

3) Penyebab lain siswa melakukan kesalahan, yaitu tidak mampu mengubah kalimat dalam soal menggunakan bahasa sendiri, kurang mahir berhitung dan memahami soal, terburu-buru, tidak teliti, serta tulisan yang tidak terbaca.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru hendaknya tidak hanya berfokus pada materi yang disampaikan tetapi juga fokus untuk dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika.

2. Selain itu, guru juga perlu untuk memberi tahu siswa tentang aturan-aturan matematika dimana siswa banyak melakukan kesalahan dalam hal ini, misalnya cara penulisan tanda positif/negatif, penulisan tanda bagi, cara menyelesaikan soal dengan satuan yang berbeda.


(57)

82 3. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai

analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk cerita pada pembelajaran matematika disarankan agar meneliti aspek-aspek kesalahan lain yang mungkin dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dan jika ingin melakukan wawancara kepada siswa disarankan untuk melakukan pendekatan terlebih dahulu agar siswa dapat mengungkapkan informasi yang diperlukan dengan sebenar-benarnya tanpa ada yang ditutupi.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, Mohammad. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali, H. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hakim, Naufa El. 2013. Pengertian dan Definisi Pendidikan Menurut Para ahli. [Online]. Tersedia: http://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-definisi-pendidikan.html (6 Maret 2013)

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Herman,Tatang. 2000. Strategi Pemecahan Masalah (Problem-Solving) dalam Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/ FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196210111991011-TATANG_ HERMAN/Artikel/Artikel14.pdf (16 Maret 2013)

Nurmeidina, Rahmatya. 2012. Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Matematika dan Faktor-Faktor yang Menyebabkannya. [Online]. Tersedia: http://tya nurdina.wordpress.com/2012/04/23/kesalahan-dalam-menyelesaikan-soal-matematika-dan-faktor-faktor-yang-menyebabkannya/ (3 Mei 2013)

Prasti, Herlin Febriana Dwi. 2011. Indikator Motivasi Belajar Siswa. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2114607-indikato -indikator-motivasi-belajar-siswa/ (9 Juli 2013)


(59)

84 Rahardjo, Marsudi dan Astuti Waluyati. 2011. Pembelajaran Soal Cerita Operasi

Hitung Campuran di Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http://www.p4tk matematika.org/file/Bermutu%202011/SD/9.PEMBELAJARAN%20SOAL %20CERITA%20OPERASI%20HITUNG%20....pdf (16 Maret 2013) Raharjo, Marsudi dkk. 2009. Pembelajaran Soal Cerita di SD. [Online]. Tersedia:

http: //masqi.web.id/file.php/1/1.Pembelajaran_soal_cerita_SD.pdf(16 Ma-ret 2013)

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

S, Daryanto S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo. Sadirman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sahriah, Sitti dkk. 2012. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Operasi Pecahan Bentuk Aljabar Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang. [Online]. Tersedia: http://jurnal-online.um.ac.id/ data/artikel/artikel9EEC8FEB3F87AC825C375098E45CB689.pdf (16 Ma-ret 2013)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suci, Febrina Ari. 2013. Makalah Motivasi. [Online]. Tersedia: http://febrinatik. blogspot.com/2013/04/makalah-motivasi.html (9 Juli 2013)

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumargiyani. 2010. Meningkatkan Kemampuan dalam Menyelesaian Soal Cerita Berpandu pada Teori Polya. [Online]. Tersedia: jurnal.unimus.ac.id/ index.php/psn12012010/article/view/456/505 (16 Maret 2013)

Thoha, M Chabib. 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(60)

85 Trueno. 2009. Proses Belajar Matematika dan Hakekat Matematika. [Online].

Tersedia: http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/proses-belajar-mate- matika-dan-hakekat-matematika/ (2 April 2013)

Van De Walle, John A. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga.

Widoyoko, S. Eko Putro. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yasin, Sanjaya. 2011. Konsep Soal Cerita Pecahan. [Online]. Tersedia: http:// www.sarjanaku.com/2011/01/konsepsoal-cerita-pecahan.html (15Mei 2013) Yasin, Sanjaya. 2012. Pengertian Minat Menurut Para Ahli Artikel Definisi

Minat, Faktor, Macam Fungsi, Peukuran, Proses. [Online]. Tersedia:

http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-menurut-para-ahli.html (2 Apri 2013)

Yusril. 2012. Minat dan Motivasi. [Online]. Tersedia: http://yusinspiration.word press.com/2012/03/16/minat-dan-motivasi/ (9 Juli 2013)

Zone, Dm. 2011. Indikator Minat Belajar. [Online]. Tersedia: http://pedoman-skripsi.blogspot.com/2011/07/indikator-minat-belajar.html (9 Juli 2013)


(61)

88

Lampiran A.1 Silabus

SILABUS

Nama Sekolah : SMP Negeri 20 Bandar Lampung

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/Ganjil

Materi Pembelajaran : Bilangan Bulat

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

Kompetensi

Dasar Kegiatan pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi

Nilai Karakter Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar/ Alat-Bahan Teknik Bentuk

Instrumen Contoh Instrumen Melakukan operasi hitung bilangan bulat

 Menjelaskan pengertian bilangan bulat

 Membahas cara menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan

 Membahas cara menyelesai-kan operasi penjumlahan dengan garis bilangan

 Membahas cara menyelesai-kan operasi penjumlahan, pe-ngurangan, perkalian, pemba-gian, operasi hitung campuran, perpangkatan, akar kuadrat dan akar pangkat tiga bilangan bulat

Memberikan contoh bilangan bulat Menentukan letak

bilangan bulat pada garis bilangan

Menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurang-an, perkalipengurang-an, pembagipengurang-an, termasuk operasi campur-an pada bilcampur-angcampur-an bulat Menghitung bilangan

bulat berpangkat, akar kuadrat, akar pangkat tiga bilangan bulat

Dapat dipercaya

Menghargai Tanggung jawab individu & sosial Adil Peduli Bertanya

Memberikan ide atau pendapat Menjadi pendengar yang baik Kerjasama Tes Individu

Uraian Lembar postest

8x40’ Salamah, Umi. 2008. Berlogika dengan

Matematika 1. Solo: Tiga Serangkai.


(62)

89

Kompetensi

Dasar Kegiatan pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi

Nilai Karakter Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar/ Alat-Bahan Teknik Bentuk

Instrumen Contoh Instrumen Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.

 Melakukan diskusi tentang sifat-sifat penjumlahan, perkalian, dan perpangkatan pada bilangan bulat

 Membahas cara

menyelesaiakan soal yang berkaitan dengan sifat-sifat penjumlahan, perkalian, dan perpangkatan pada operasi campuran bilangan bulat

 Melakukan diskusi cara menggunakan operasi hitung tambah, kurang, kali atau bagi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan bilangan bulat

 Menemukan sifat-sifat penjumlahan dan perkalian pada bilangan bulat

 Menggunakan sifat-sifat penjumlahan, perkalian, dan perpangkatan pada operasi campuran bilangan bulat

 Menggunakan sifat-sifat operasi bilangan bulat untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Dapat dipercaya

Menghargai Tanggung jawab individu Tanggung jawab sosial Adil Peduli Bertanya

Memberikan ide atau pendapat Menjadi pendengar yang baik kerjasama Tes Individu

Uraian Lembar postest

6x40’ Salamah, Umi. 2008. Berlogika dengan

Matematika 1. Solo: Tiga Serangkai.


(63)

90

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP )

Nama Sekolah : SMP N 20 Bandar Lampung Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/semester : VII/Ganjil Tahun Pelajaran : 2013/2014

Materi : Bilangan Bulat

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (pertemuan ke-1)

Standar Kompetensi : 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan penggunaannya dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar : 1.1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat A.Indikator

1. Kognitif

a. Memberikan contoh bilangan bulat.

b. Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan. 2. Afektif

a. Nilai Karakter 1)Dapat dipercaya 2)Menghargai

3)Tanggung jawab individu 4)Tanggung jawab sosial 5)Adil

6)Peduli

b. Keterampilan Sosial 1) Bertanya

2) Memberikan ide atau pendapat 3) Menghargai


(64)

91

B.Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

a. Siswa dapat memberikan contoh bilangan bulat. b. Siswa dapat menentukan letak bilangan bulat. c. Siswa dapat menentukan urutan bilangan bulat. 2. Afektif

a. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan karakter:

1) Dapat dipercaya: diantaranya adalah siswa jujur, mampu mengikuti komitmen, mencoba melakukan tugas yang diberikan, menjadi teman yang baik dan membantu orang lain.

2) Menghargai: diantaranya adalah siswa memperlakukan teman/guru dengan baik, sopan dan hormat, peka terhadap perasaan orang lain, tidak pernah menghina atau mempermainkan teman/guru, tidak pernah mempermalukan teman/guru.

3) Tanggung jawab individu: diantaranya siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, tidak pernah membuat alasan atau menyalahkan orang lain atas perbuatannya.

4) Tanggung jawab sosial: diantaranya siswa mengerjakan tugas kelompok untuk kepentingan bersama, secara suka rela membantu teman/guru.

5) Adil: diantaranya siswa tidak pernah curang, menyontek hasil kerja siswa/kelompok lain, bermain/berbuat berdasarkan aturan.

6) Peduli: diantaranya siswa peka terhadap perasaan orang lain, mencoba untuk membantu siswa/guru yang membutuhkan.


(65)

92

b. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses belajar mengajar berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan keterampilan sosial:

a) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan. b) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau

pendapat.

c) Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik.

d) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

C.Strategi Pembelajaran: Metode Ceramah, tanya jawab, penugasan D.Langkah-Langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Pendahuluan (± 10 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1. Motivasi:

Suatu ketika, ada siswa kelas satu SMP yang mendapat nilai ulangan 100. Anak tersebut sangat gembira. Dalam hatinya ia bertekad akan memberikan hasil ulangan itu kepada ibunya nanti di rumah.

Usai pulang sekolah, ia langsung pulang menuju rumahnya. Seperti biasa, ia akan melewati rel kereta api menuju rumahnya. Namun, dia melihat banyak orang berkerumun di tengah rel itu. Ada seorang wanita yang baru saja tertabrak kereta api.

Menghargai, menjadi pendengar yang baik, peduli


(66)

93

Ternyata, wanita yang tertabrak itu adalah seorang tukang jamu gendong. Betapa sedihnya ia begitu tahu bahwa tukang jamu itu tak lain ibunya sendiri.

Dia menangis sejadi-jadinya karena tak bisa membendung kesedihan. Tiba-tiba saja, ia berucap dalam hati sambil membuka kembali hasil ulangannya lalu memperlihatkan kepada ibunya yang sudah meninggal. "Aku sangat mencintai ibu. Aku berjanji, sampai kapanpun aku akan belajar dengan tekun agar menjadi anak pintar dan baik. Ibu sudah membiayai sekolahku dengan susah payah, maka aku akan berusaha menjadi anak baik sampai kapanpun juga."

Inti dari cerita ini adalah kita harus belajar dengan tekun sampai kapanpun. Kita tak boleh menyia-nyiakan masa belajar kita, karena orang tua kita sudah susah-payah menyekolahkan kita.

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

Menghargai, menjadi pendengar yang baik, peduli


(67)

94

2. Kegiatan Inti (±60 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu Eksplorasi

1. Guru menjelaskan materi tentang pengertian bilangan bulat dan letak bilangan bulat pada garis bilangan sedangkan siswa memperhatikan.

Menjadi pendengar yang baik

20’ 2. Guru memberikan kesempatan

bertanya kepada siswa jika masih ada yang kurang jelas dari materi yang telah dibahas.

Bertanya

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru tersebut.

Dapat dipercaya, menghargai

4. Guru memberikan latihan kepada setiap siwa.

Menjadi pendengar yang baik

Elaborasi

5. Siswa mengerjakan latihan, sedangkan guru memperhatikan.

Dapat dipercaya, tanggung jawab individu

30’

6. Guru meminta beberapa siswa untuk menuliskan jawabannya di papan tulis.

Memberikan ide atau pendapat

Konfirmasi

7. Guru memperhatikan jawaban siswa dan memberi penegasan pada jawaban yang dikemukakan siswa.

Memberikan idea tau pendapat, menjadi

pendengar yang baik 10’ 8. Guru menyimpulkan dan menjelaskan

tentang hal-hal yang belum diketahui.

Menjadi pendengar yang baik


(1)

208 Lampiran D.13 Petikan Wawancara R-1

P : Bagaimana dengan jawaban mu untuk soal nomor 3, berdasarkan langkah-

langkah penyelesaian soalnya? Ada yang salah tidak?

R : Apa ya bu, nggak tahu bu.

P : Yang diketahui hanya ini saja? Coba kamu baca soalnya

R : Banyak sih bu tapi saya cuma dikit nulisnya.

P : Kenapa kok cuma dikit?

R : Nggak bisa mindahin pakai kata-kata sendiri, jadi sedikit aja.

P : Kalau hal yang ditanyakan apa?

R : Total soal nilai Adi bu.

P : Coba baca di soalnya.

R : Eh total nilai Adi bu, bukan total soal.

P : Nah ini yang membuat kamu salah dalam membuat model dan per-

hitungannya. Bahasa dalam soalnya bagaimana?

R : Agak susah sih bu, soalnya kebanyakan.

P : Kalau besok ada pelajaran matematika, malamnya kamu belajar nggak?

R : Nggak bu.

P : Pelajaran apa yang kamu sukai?

R : Bahasa Indonesia bu.

P : Menurutmu ada pengaruh tidak sebelum dan sesudah belajar matematika?

R : Tadinya nggak ngerti jadi ngerti bu, tapi besok lupa lagi.

P : Kalau kamu kesulitan dikelas apa yang kamu lakukan?


(2)

209

P : Ada nggak manfaat belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari?


(3)

210


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI FAKTOR KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN (Studi pada Siswa Kelas VIIIA Semester Genap SMPN 10 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

2 17 57

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 11 53

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 52

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL URAIAN BERBENTUK SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 26 186

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 12 51

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SMP

1 2 11