Patogenesis Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa P.aeruginosa

2.2.2 Patogenesis Pseudomonas aeruginosa

Infeksi akibat bakteri Pseudomonas aeruginosa paling banyak terjadi di ICU sebuah rumah sakit dibanding unit lain di rumah sakit yang sama. Reservoir dari infeksi yang paling umum pada rumah sakit adalah alat-alat untuk pernafasan, cairan pembersih, endoskop, tanaman, desinfektan, dan kolam fisioterapi 4 . Pseudomonas aeruginosa menjadi bakteri patogen hanya jika bakteri ini melekat pada tempat yang kurang perlindungan dari infeksi patogen seperti luka bakar, kulit yang mengalami kerusakan langsung, dan membran mukosa. Selain itu, Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan infeksi pada orang yang mengalami immunocompromised atau fungsi protektif dari bakteri flora normal telah terganggu 14 . Faktor predisposisi lain terjadinya infeksi karena Pseudomonas aeruginosa adalah intubasi endotrakea, pemasangan kateter urin, pemakaian obat intravena, AIDS, kanker, diabetes mellitus, pemakaian steroid, pemakaian antibiotik broad-spectrum, dan terpajan lingkungan rumah sakit 4 . Perlekatan bakteri pada epitel yang kurang intak dapat membuat bakteri berkolonisasi dan berlanjut dengan invasi lokal serta kerusakan pada jaringan dibawahnya 15 . Pseudomonas aeruginosa menghasilkan sekelompok faktor virulensi seperti alkalin protease, elastase, fosfolipase C, alginate, lipopolisakarida endotoksin, pyocyanin, dan rhamnolipid 16 . Faktor virulensi tersebut dikendalikan oleh sistem sinyal kompleks yang dinamakan quorum sensing. Alginate berfungsi menghambat opsonofagositosis, pembentukan biofilm, dan menghambat transpor mucociliar. Elastase berfungsi merusak jaringan elastis termasuk pembuluh darah. Fosfolipase C digunakan untuk memecah lemak dan dapat mengakibatkan nekrosis jaringan. Lipopolisakarida merupakan endotoksin yang dapat dikenali oleh sistem imun manusia dan dapat menyebabkan demam, leukositosis atau leukopenia, dan sepsis. Pseudomonas aeruginosa juga memproduksi eksotoksin yaitu ExoS, ExoT, ExoU, dan ExoY. ExoA berfungsi menghambat sisntesis protein. ExoT dan ExoS berfungsi mengganggu integritas sitoskeleton selular. ExoU mengakibatkan toksisitas akut. Dan ExoY berfungsi meningkatkan cAMP intrasel. Melalui faktor virulensi tersebut, bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat berkolonisasi dan merusak sel tubuh manusia. Pada infeksi saluran napas, Pseudomonas aeruginosa merupakan penyebab ke-2 pneumonia. Bakteri ini masuk melalui inhalasi dan melekat pada epitel saluran napas atas. Kemudian dengan mengacaukan sistem pertahanan tubuh, bakteri dapat masuk ke paru. Di paru, terjadi kongesti dan edema di jaringan parenkim paru kemudian terjadi hepatisasi merah yang ditandai banyaknya sel darah yang keluar ke jaringan parenkim paru. Selanjutnya, terjadi hepatisasi kelabu yang ditandai eksudat purulen pada jaringan parenkim paru. Terakhir adalah fase resolusi yang ditandai dengan resorpsi, fagositosis, atau pengeluaran eksudat dengan batuk. Dalam hal ini, jaringan paru mengalami restorasi. Inflamasi fibrinosa dapat melebar dan memasuki ruang pleura yang dapat mengakibatkan friction rub pada auskultasi 4 . Selain itu, bakteri Pseudomonas aeruginosa juga merupakan penyebab ke-4 infeksi saluran kemih. Tanda-tanda klinis infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri Pseudomonas aeruginosa tidak berbeda dari infeksi bakteri lain seperti E.coli yang merupakan etiologi paling banyak dari infeksi saluran kemih. Terdapat ciri-ciri yang tidak biasa dalam infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu ulkus pada pelvis ginjal, ureter, dan kandung kemih. Dan yang kedua adalah ecthyma-like lession pada korteks ginjal yang berkaitan dengan sepsis Pseudomonas aeruginosa. Beberapa infeksi yang sering disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa adalah infeksi kulit yang terbakar, infeksi telinga, dan infeksi pada kornea mata. Infeksi yang cukup jarang adalah infeksi sistem saraf pusat, infeksi pada sendi dan tulang, dan infeksi pada jantung contohnya endokarditis 4 .

2.3 Metode Pengujian antibakteri