Rumusan Masalah Metode Pengujian antibakteri

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah: Bagaimana efek ekstrak Nigella sativa terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek ekstrak Nigella sativa terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.

1.3.2 Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui efek konsentrasi ekstrak Nigella sativa terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa.  Untuk mengkaji hikmah dan manfaat Nigella sativa yang dianjurkan Rasulullah saw.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi peneliti

 Menerapkan dan memanfaatkan ilmu kedokteran dan keislaman yang telah didapat selama pendidikan.  Menambah pengetahuan tentang daya hambat ekstrak jintan hitam.

1.4.2 Manfaat bagi institusi

Menambah kepustakaan tentang penelitian terhadap jintan hitam.

1.4.3 Manfaat bagi masyarakat

Mengetahui efek dan jumlah kadar dari ekstrak jintan hitam yang berfungsi sebagai terapi infeksi bakteri. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jintan Hitam Nigella sativa

2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Jintan Hitam Nigella sativa

Tanaman jintan hitam memiliki banyak potensi dalam kehidupan manusia. Salah satu potensi yang dimiliki adalah efek terapeutik. Penggunaan tanaman sebagai obat menjadi kebijakan WHO sejak 1970 2 . Jintan hitam dilaporkan memiliki efek antioksidan, antikanker, antimikroba, dan antiinflamasi 7,8 . Jintan hitamBlack cumin Nigella sativa banyak ditemukan di negara Timur Tengah seperti Turki. Tanaman ini merupakan tanaman asli Eropa Selatan. Tanaman jintan hitam memiliki tinggi kurang lebih 30 cm. Batangnya tegak, kemerahan, lunak, beralur, berbulu kasar, dan disertai bulu-bulu berkelenjar. Daunnya berbentuk lonjong dengan panjang 1,5-2 cm. Daunnya tunggal dan runcing pada pangkal dan ujungnya, tepinya beringgit dan berwarna hijau. Tulang daunnya menyirip dengan tiga tulang daun yang berbulu. Buah jintan hitam berbentuk bulat panjang dan berwarna coklat kehitaman. Bijinya bulat, hitam, kecil, jorong bersudut tiga tidak beraturan, sedikit berbentuk kerucut, dan panjangny 3 mm 9 . 3 Gambar 2.1 Jintan Hitam 4 Rostika 2012, dalam penelitiannya menyatakan klasifikasi dari jintan hitam adalah sebagai berikut: Kingdom :Plantae Divisi :Sprematophyta Kelas :Dicotyledoneae Bangsa :Ranunculales Genus :Nigella Species : Nigella sativa

2.1.2 Manfaat Jintan hitam Nigella sativa

Tanaman Nigella sativa merupakan salah satu tanaman yang paling banyak diteliti secara fotokemikal dan farmakologi. Ekstrak Nigella sativa telah banyak digunakan untuk menyembuhkan gangguan atau penyakit gejala abdominal seperti diare, nyeri perut, dan flatulensi. Penelitian lain menyatakan bahwa tanaman ini memiliki efek anti inflamasi; antibakteri, antikanker; antiparasit; antijamur; antivirus; immunopotentiating; antihipertensi; dan lain-lain 2 10 . Jintan hitam memiliki komposisi yang sangat banyak dan beragam, secara garis besar, yaitu asam amino, karbohidrat, fixed dan minyak atsiri. Bahan aktif yang terdapat pada jintan hitam salah satunya adalah thymoquinon TQ. TQ pada minyak atsiri dianggap sebagai bahan aktif yang memberi efek farmakologi seperti antiinflamasi, antibakteri, antikanker, dan lain-lain. Pada minyak atsiri telah ditemukan mengandung ±54 TQ, dan monoterpenes lainnya seperti p- cymene dan α-pinene, serta carvacrol. Zat inilah yang banyak diteliti tentang kemampuan antibakteri. Selain itu ditemukan juga karbonil polimer dari TQ yaitu nigellon yang memiliki efek antioksidan, antibakteri , dan antitumor 2 . Efek antibakteri dari jintan hitam sudah cukup banyak diteliti. Dalam sebuah penelitian, penggunaan Nigella sativa pada bakteri Gram positif sama dengan antibiotik aminoglikosida, makrolida, dan tetrasiklin 5 . Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan Arici 2005, setiap peningkatan jumlah konsentrasi ekstrak etanol Nigella sativa menunjukan semakin besarnya zona hambat pada koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa 6 . Selain efek antibiotik atau antibakteri, kandungan aktif dari Nigella sativa yaitu thymoquinone juga banyak diteliti sebagai antimitotik atau antikanker. Dikatakan dalam Hosain et al, Thymoquinone memiliki efek antiproliferatif pada sel derivat dari kanker kolon, ovarium, paru, dan osteosarkoma 11 .

2.2 Pseudomonas aeruginosa P.aeruginosa

2.2.1 Morfologi Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri berbentuk batang, yang bersifat Gram negatif, aerob, motil, dan familinya adalah pseudomonadaceae. Bakteri Gram negatif memiliki struktur permukaan yang rumit. Lapisan tersebut terdiri dari outer membrane, ruang periplasmic yang mengandung lapisan tipis peptidoglikan dan membran sitoplasma. Hal inilah yang membedakan bakteri Gram negatif dengan bakteri Gram positif. Pseudomonas aeruginosa memiliki satu flagel di salah satu kutubnya. Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di tanah, air, Gambar 2.2 pewarnaan Gram bakteri Pseudomonas aeruginosa sumber: Brooks,2010. Jawetz, Melnick Adelbergs Medical Microbiology tanaman, hewan, serta manusia; bakteri tersebut juga terdapat di lingkungan yang lembap di rumah sakit dan dapat berkolonisasi di kulit, telinga luar, saluran napas atas, dan usus besar. Ukuran dari bakteri ini kira-kira 0.6x2 mikrometer. Saat diidentifikasi di bawah mikroskop dengan pewarnaan Gram, bakteri dapat terlihat tunggal, berpasangan, atau membentuk rantai pendek 4,12 . Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh di berbagai media, salah satunya nutrient agar. Pada media kultur, kadang-kadang bakteri ini menghasilkan bau seperti anggur 12 . Bakteri ini membentuk koloni bulat halus dengan warna hijau fluorescent. Bakteri Pseudomonas aeruginosa pada umumnya menghasilkan pigmen saat dikultur di media. Bakteri ini menghasilkan salah satu dari tiga pigmen yaitu, pyocyanin, pyomelanin, dan pyorubin. Pigmen yang dihasilkan bergantung pada strain dari bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pigmen pyocyanin merupakan pigmen yang cukup sering dihasilkan oleh bakteri ini, pyocyanin memberi warna kebiruan nonfluorescent yang berdifusi pada media kultur. Pigmen pyoverdin memberikan warna kehijauan pada agar. Strain lain dari bakteri ini menghasilkan pyorubin yang berwarna merah atau pyomelanin yang berwarna hitam 13 . Pseudomonas aeruginosa dapat membentuk berbagai tipe koloni. Perbedaan tipe koloni kemungkinan juga dapat mempengaruhi aktivitas biokimia dan enzimatik, tetapi masih belum jelas apakah perbedaan tipe koloni merupakan representasi dari perbedaan strain atau variasi dari strain yang sama. Bakteri ini tumbuh subur pada suhu 37-42 o C. Pseudomonas aeruginosa tidak memfermentasikan karbohidrat dan bersifat oksidase positif. Pseudomonas aeruginosa juga memiliki pilifimbrae yang memanjang dari permukaan sel yang berfungsi sebagai alat untuk menempel pada sel epitel. Bakteri ini memiliki lipopolisakarida dalam berbagai immunotypes, lipopolisakarida ini merupakan substansi endotoksin 12 13 .

2.2.2 Patogenesis Pseudomonas aeruginosa

Infeksi akibat bakteri Pseudomonas aeruginosa paling banyak terjadi di ICU sebuah rumah sakit dibanding unit lain di rumah sakit yang sama. Reservoir dari infeksi yang paling umum pada rumah sakit adalah alat-alat untuk pernafasan, cairan pembersih, endoskop, tanaman, desinfektan, dan kolam fisioterapi 4 . Pseudomonas aeruginosa menjadi bakteri patogen hanya jika bakteri ini melekat pada tempat yang kurang perlindungan dari infeksi patogen seperti luka bakar, kulit yang mengalami kerusakan langsung, dan membran mukosa. Selain itu, Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan infeksi pada orang yang mengalami immunocompromised atau fungsi protektif dari bakteri flora normal telah terganggu 14 . Faktor predisposisi lain terjadinya infeksi karena Pseudomonas aeruginosa adalah intubasi endotrakea, pemasangan kateter urin, pemakaian obat intravena, AIDS, kanker, diabetes mellitus, pemakaian steroid, pemakaian antibiotik broad-spectrum, dan terpajan lingkungan rumah sakit 4 . Perlekatan bakteri pada epitel yang kurang intak dapat membuat bakteri berkolonisasi dan berlanjut dengan invasi lokal serta kerusakan pada jaringan dibawahnya 15 . Pseudomonas aeruginosa menghasilkan sekelompok faktor virulensi seperti alkalin protease, elastase, fosfolipase C, alginate, lipopolisakarida endotoksin, pyocyanin, dan rhamnolipid 16 . Faktor virulensi tersebut dikendalikan oleh sistem sinyal kompleks yang dinamakan quorum sensing. Alginate berfungsi menghambat opsonofagositosis, pembentukan biofilm, dan menghambat transpor mucociliar. Elastase berfungsi merusak jaringan elastis termasuk pembuluh darah. Fosfolipase C digunakan untuk memecah lemak dan dapat mengakibatkan nekrosis jaringan. Lipopolisakarida merupakan endotoksin yang dapat dikenali oleh sistem imun manusia dan dapat menyebabkan demam, leukositosis atau leukopenia, dan sepsis. Pseudomonas aeruginosa juga memproduksi eksotoksin yaitu ExoS, ExoT, ExoU, dan ExoY. ExoA berfungsi menghambat sisntesis protein. ExoT dan ExoS berfungsi mengganggu integritas sitoskeleton selular. ExoU mengakibatkan toksisitas akut. Dan ExoY berfungsi meningkatkan cAMP intrasel. Melalui faktor virulensi tersebut, bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat berkolonisasi dan merusak sel tubuh manusia. Pada infeksi saluran napas, Pseudomonas aeruginosa merupakan penyebab ke-2 pneumonia. Bakteri ini masuk melalui inhalasi dan melekat pada epitel saluran napas atas. Kemudian dengan mengacaukan sistem pertahanan tubuh, bakteri dapat masuk ke paru. Di paru, terjadi kongesti dan edema di jaringan parenkim paru kemudian terjadi hepatisasi merah yang ditandai banyaknya sel darah yang keluar ke jaringan parenkim paru. Selanjutnya, terjadi hepatisasi kelabu yang ditandai eksudat purulen pada jaringan parenkim paru. Terakhir adalah fase resolusi yang ditandai dengan resorpsi, fagositosis, atau pengeluaran eksudat dengan batuk. Dalam hal ini, jaringan paru mengalami restorasi. Inflamasi fibrinosa dapat melebar dan memasuki ruang pleura yang dapat mengakibatkan friction rub pada auskultasi 4 . Selain itu, bakteri Pseudomonas aeruginosa juga merupakan penyebab ke-4 infeksi saluran kemih. Tanda-tanda klinis infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri Pseudomonas aeruginosa tidak berbeda dari infeksi bakteri lain seperti E.coli yang merupakan etiologi paling banyak dari infeksi saluran kemih. Terdapat ciri-ciri yang tidak biasa dalam infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu ulkus pada pelvis ginjal, ureter, dan kandung kemih. Dan yang kedua adalah ecthyma-like lession pada korteks ginjal yang berkaitan dengan sepsis Pseudomonas aeruginosa. Beberapa infeksi yang sering disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa adalah infeksi kulit yang terbakar, infeksi telinga, dan infeksi pada kornea mata. Infeksi yang cukup jarang adalah infeksi sistem saraf pusat, infeksi pada sendi dan tulang, dan infeksi pada jantung contohnya endokarditis 4 .

2.3 Metode Pengujian antibakteri

Pengujian antibakteri menurut Clinical and Laboratory Standard Institute CLSI terdapat beberapa pengujian yang dapat diulang dan diproduksi terus menerus yaitu: 1. Disc difusion Metode disc difusion merujuk kepada difusi agen antibakteri dalam konsentrasi spesifik dari disc, tablet, atau strip, kedalam media kultur solid yang sudah ditanam benih dengan inokulum pilihan didalam kultur murni 17 . Metode ini lebih mudah dan lebih murah. Disc diffusion diukur berdasarkan zona hambat proporsional terhadap kerentanannya terhadap antibakteri yang terdapat pada disc 3 . Hal ini tergantung dari konsentrasi antibiotik pada disc dan kemampuan antibakteri berdifusi ke dalam agar. Disc sebaiknya terdistribusi secara merata sehingga zona hambat disekitar disc antimikroba dan tidak bertumpang tindih ke tingkatan tertentu yang menyebabkan zona hambat tidak dapat dinilai 3 17 . Untuk menilai efektivitas suatu zat antibakteri dapat diklasifikan sebagai berikut 18 : Diameter Zona hambat Kategori efektivitas zat antibakteri 20mm Kuat 16-20mm Sedang 10-15mm Lemah 10mm Tidak ada 2. Broth dilution Broth dilution merupakan teknik yang menggunakan suspensi bakteri yang diuji dengan berbagai macam konsentrasi agen antimikroba pada media cairan. Pengujian ini dapat digunakan dengan pipa dengan volume minimum 2 ml macrodilution atau dengan plat mikrotitrasi microdilution. Kenyatannya hampir semua mikrodilusi panel uji disediakan secara komersil sehingga metode ini kurang fleksibel daripada disc diffusion atau agar diffusion. Metode ini dinilai dengan menghitung Tabel 2.1 klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri Sumber: Greenwood,1995 konsentrasi paling kecil dari antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang diuji MIC dalam µgml atau mgl 3 . 3. Agar dilution Agar dilution melibatkan inkorporasi dari berbagai macam konsentrasi agen antimikroba ke dalam medium agar, biasanya dilusi serial sebanyak dua kali, diikuti dengan alokasi inokulum bakteri ke permukaan agar. Hasilnya sering dinyatakan sebagai data yang paling dapat dipercaya untuk penilaian MIC untuk tes antimikroba atau kombinasi antimikroba 3 . 4. Ditch-plate technique Teknik ini dilakukan dengan membuat potongan membujur pada agar sehingga berbentuk seperti parit. Untuk itu, teknik ini disebut juga dengan metode parit yang kemudian parit ini akan diisi dengan agen antibakteri dan bakteri yang akan diuji digoreskan ke parit 19 . 5. E-test Teknik ini menggunakan strip-strip plastik degan agen antibakteri dengan konsentrasi tertinggi hingga terendah diletakan pada media agar darah yang telah ditanami bakteri uji. Kemudian dapat dilihat zona hambat disekitar strip. Teknik ini digunakan untuk menghitung kadar hambat minimum dari suatu agen antibakteri. 6. Cup-plate technique Teknik ini dilakukan dengan membuat sumurlubang pada media agar yang telah ditanami bakteri uji yang didalamnya akan dimasukan agen antibakteri. Prinsip dari teknik ini sama dengan metode disc diffusion 19 . 7. Gradient plate technique Teknik ini dapat dilakukan dengan konsentrasi agen antibakteri yang bervariasi dari nol hingga maksimal. Pertama, media agar dicairkan dan ditambahkan zat antibakteri, kemudian dimasukan kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring. Kemudian tuangkan nutrisi diatasnya. Plate dalam cawan tersebut diinkubasi selamak 24 jam agar agen antibakteri dapat berdifusi maksimal dan permukaan agar mengering. Selanjutnya bakteri uji maksimal 6 jenis dioleskan ke plate dari konsentrasi tinggi hingga ke rendah. Kemudian dilihat panjang total maksimal pertumbuhan bakteri yang diuji dan panjang pertumbuhan hasil goresan yang aktual 19 .

2.4 Mekanisme kerja antibakteri