Analisis Kausalitas Antara Kredit Investasi Yang Di Salurkan Bank Umum Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi
Medan
SKRIPSI
ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KREDIT INVESTASI YANG DI SALURKAN BANK UMUM DENGAN PERTUMBUHAN
EKONOMI DI SUMATERA UTARA
Di ajukan Oleh:
NAMA : FENNY PRATIWI NIM : 050501123
DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan 2009
(2)
Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi
Medan
Penanggung Jawab Skripsi Nama : Fenny Pratiwi
N I M : 050501123
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Moneter dan Perbankan
Judul Skripsi : Analisis Kausalitas Antara Kredit Investasi Yang
Di Salurkan Bank Umum Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Utara
Tanggal,________________
Pembimbing,
(Paidi Hidayat, SE, MSi) NIP: 132 307 086
(3)
Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi
Medan
Berita Acara Ujian
Hari :
Tanggal :
Nama : Fenny Pratiwi
Nim : 050501123
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Moneter dan Perbankan
Judul Skripsi : Analisis Kausalitas Antara Kredit Investasi Yang
Di Salurkan Bank Umum Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Utara
Ketua Departemen, Pembimbing,
(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (Paidi Hidayat, SE, MSi) NIP: 132 206 574 NIP: 132 307 086
Penguji I, Penguji II,
(Jonathan Sinuhaji, SE, MSi) (Rujiman, SE, MA) NIP. 130 702 279 NIP. 131 127 371
(4)
Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi
Medan
Persetujuan Administrasi Akademik
Nama : Fenny Pratiwi
Nim : 050501123
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Moneter dan Perbankan
Judul Skripsi : Analisis Kausalitas Antara Kredit Investasi Yang
Di Salurkan Bank Umum Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Utara
Tanggal,________________ Ketua Departemen,
(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) NIP: 132 206 574
Tanggal,________________ Dekan,
(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec) NIP: 131 285 98
(5)
ABSTRACT
Target of this research is to analyse causality between investment loan (Cr) and Economic growth in North Sumatera include from 1980 until 2007. This research use method of Granger Causality Test to see relation direction investmen loan (Cr) and economic growth in North Sumatera.
The unit roots test result that both investment loan (Cr) and economic growth data ware stationary at the first difference process. The granger causality test result that is has feedback relationship between investment loan (Cr) and economic growth. Result of research indicate that there are feedback investment loan with economic growth in North Sumatera.
Keywords: investment loan , economic growth, unit root test and granger
(6)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kausalitas antara kredit investasi (Cr) dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara dengan menggunakan data runtun waktu dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2007. Penelitian ini menggunakan metode Granger Causality Test untuk melihat arah hubungan antara kredit investasi (Cr) dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.
Hasil uji akar-akar unit memperlihatkan bahwa data kredit investasi (Cr) dan
pertumbuhan ekonomi stasioner pada derajat pertama (first difference). Sedangkan
dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan timbal balik (feedback)
antara kredit investasi (Cr) dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.
Kata kunci : penerimaan pajak, pengeluaran pemerintah, kointegrasi, dan granger causality
(7)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala atas
limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dan
shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah shalallallahu
‘alaihi wa sallam, keluarga beliau, sahabat serta orang-orang yang mengikuti beliau
hingga hari akhir.
Skripsi yang berjudul “Analisis Kausalitas Penerimaan Pajak Dan
Pengeluaran Pemerintah di Kota Tebing Tinggi dengan Metode Granger Causality” ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Sebagaimana ada pepatah yang berbunyi “Tak ada gading yang tak retak”
sehingga penulispun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentu belum
sempurna. Karena penulis hanyalah manusia yang tidak luput dari kekhilafan dan
kesalahan oleh karena itu penulis mohon maaf dan berharap dalam kesempatan lain
akan lebih baik lagi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan serta
dorongan dari pihak lain. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati,
penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Untuk orang tua saya yang sangat saya cintai ayahnda Wahyudi Wazar, SH .dan
(8)
yang mencurahkan segenap waktu dan kasih sayangnya serta mendoakan saya
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan kepada kedua adik saya Novita Kartika
dan Mhd. Rizky Prawira atas semua motivasinya.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis PhD, sebagai sekretaris Depertemen Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi sebagai dosen pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan yang baik
mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.
6. Bapak Arifin Siregar, SE, MSp sebagai dosen wali penulis yang telah memberikan
bimbingan selama masa perkuliahan penulis.
7. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
8. Seluruh staf Bank Indonesia (BI) Medan dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Sumatera Utara yang telah membantu untuk memperoleh data.
9. Buat sahabat – sahabat saya Yani, Anggita, Zulaika, Sifa, Eka, dan Shinta atas
segala motivasinya, tempat mencurahkan keluh kesah, selalu saja ada semangat
(9)
10.Buat teman – teman saya Ekonomi Pembangunan 2005, terutama untuk Nia yang
semangatnya membuat aku jadi termotivasi dari awal kuliah hingga menyelesaikan
skripsi ini, dan juga buat Ade Ilham, Aidil, Polek, Isan, Dina, Ade Suryani,
Wenny, Indri, Marina, Riri, Andri, Lidya, Yola, Yesi, Yenni, Maysarah, Herna,
yang telah membingkai cerita tersendiri yang tak bisa di ulang lagi, dan menjadi
kenangan indah selama kuliah di Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi
Pembangunan. Dan teruntuk orang yang sangat berarti dan mengenal diriku lebih
dari orang lain, bang Adolf. Terimakasih atas segalanya.
Akhir kata, kiranya Allah Subhana Wata’ala membalas segala kebaikan dan
pengorbanan yang diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca.
Medan, Februari 2009
Penulis
(10)
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... ... i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... ... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... ... ix
DAFTAR GAMBAR... ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xi
BAB I . PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... ... 7
1.3. Hipotesis ... ... 7
1.4. Tujuan Penelitian ... ... 7
1.5. Manfaat Penelitian ... ...8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ...9
2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ...10
2.3. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi ...14
2.3.1. Teori Klasik ...14
2.3.2. Teori Neoklasik ...18
(11)
2.4. Bank Umum ... 27
2.4.1. Pengertian Bank dan Bank Umum ... 27
2.4.2. Kegiatan Bank Umum ...28
2.5. Kredit Investasi ... 28
2.5.1.Fungsi Kredit ... 28
2.5.2.Tujuan kredit investasi ...29
2.5.3.Jangka waktu kredit investasi ...30
2.5.4.Proyek– proyek/perusahaan–perusahaan prioritas dan nonprioritas..30
2.5.5.Ketentuan pembiayaan dan tanggungjawab kredit investasi ...31
2.5.6.Penilaian proyek/perusahaan berdasarkan pertimbangan bank teknis dan bank ability ...32
2.5.7. Syarat Dollar Clause ... 32
2.5.8. Penggunaan kredit investasi ...33
2.5.9. Jaminan kredit investasi ...33
2.5.10.Prinsip – prinsip pemberian kredit ...34
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 40
3.2. Jenis dan Sumber Data ... ... 40
3.3. Metode dan teknik pengumpulan data ...40
3.4. Pengolahan data ... ...41
(12)
3.6. Metode Analisis ... ...42
3.7. Defenisi Operasional ... ...45
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif ... 46
4.1.1. Gambaran umum provinsi Sumatera Utara... ... 46
4.2. Perkembangan Bank Umum di Sumatera Utara... ...48
4.2.1. Eksistensi bank umum pemerinah di Sumatera Utara ... ...50
4.3. Perkembangan kredit investasi di Sumatera Utara ... ...51
4.4. Perkembangan ekonomi di Sumatera Utara ... ...55
4.5. Analisis data ... ...57
4.5.1. Uji akar – akar unit (unit root test) dan derajad integrasi...57
4.5.2. Uji Granger Causality ... ...60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... ... 63
5.2. Saran... ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... ... 65 LAMPIRAN
(13)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1. : Luas Daerah Menurut Kabupaten / Kota ... ...47
Tabel 2. : Perkembangan Bank Umum di Sumatera Utara... ...40
Tabel 3. :Perbandngan Dana yang Dihimpun dan Disalurkan serta Persentase Penyalurnya oleh Bank di Sumatera Utara tahun 2000 – 2006...51
Tabel 4. : Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Sumut tahun 2001 – 2006 ... ... 53
Tabel 5. : Kredit Investasi yang Disalurkan Bank Umum di Sumatera Utara... 54
Tabel 6. :Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara 1998 – 2006 ... 56
Tabel 7. : Hasil Analisis Root Test Menggunakan ADF ...58
(14)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1. : Perkembangan Jenis Bank Umum di Sumatera Utara ...49
Gambar 2 : Perkembangan Kredit Investasi di Sumatera Utara ... ... 52
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 : PDRB atas Harga Berlaku (juta rupiah)
Lampiran 2 : Hasil Regresi Uji Unit Root Test PDRB
Lampiran 3 : Hasil Regresi Uji Unit Root Test Kredit Investasi
(16)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fenny Pratiwi
Nim : 050501123
Departemen : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi
Adalah benar telah membuat skripsi ini, guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara dengan judul : “ Analisis Kausalitas Antara Kredit Investasi Yang
Di Salurkan Bank Umum Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Utara”.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, untuk
dapat di pergunakan seperlunya.
Medan, Februari 2009
Yang Membuat Pernyataan
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peran yang penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Standar ekonomi tentang investasi
memaparkan bahwa ketersediaan dana dalam perekonomian merupakan salah satu
langkah awal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, sehingga peranan bank juga
penting dalam menghimpun dana dari masyarakat. Sebagai badan usaha tentunya
mempunyai strategi dalam rangka memobilisasi dana dari masyarakat. Dalam
kaitannya dengan pemanfaatan dana dari masyarakat tidak bisa dipungkiri bahwa
peranan dunia perbankan sangat besar sebagai lembaga keuangan yang peran penting
dalam sirkulasi dana bank, dimana merupakan badan usaha yang berfungsi
menghimpun dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kembali dalam berbagai
alternatif investasi usaha dalam rangka meningkatkan perekonomian bangsadan taraf
hidup rakyat pada khususnya sesuai dengan fungsinya menghimpun dana dari
masyarakat.
Nilai jumlah tabungan masyarakat mempunyai pengaruh terhadap
investasi yang akan di biayai bank umum pemerintah di Sumatera Utara, maka pihak
bank itu sendiri harus melakukan pemberian kredit dengan hati – hati sebab akan
(18)
meningkatkan pendapatan yang maksimal dengan resiko yang minimum. Oleh karena
itu bank harus melihat hal –hal yang mempengaruhi investasi. Investasi menempatkan
dana dan uang dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu
atas usaha atau dana tersebut. Investasi yang dilakukan perusahaan – perusahaan
dapat berupa pembelian barang modal riil untuk mendirikan perusahaan baru ataupun
perusahaan yang ada. Investasi merupakan salah satu komponen penting dalam GDP
dan mempunyai peranan penting dalam permintaan agregat. Oleh karena itu, tanpa
investasi tidak akan ada ekspansi ekonomi.
Menurut Nuryakin dan Wajiyo (2006), secara natural, bank tidak berbeda
dengan perusahaan komoditas atau perusahaan jasa lainnya. Dalam hal ini, bank
menghasilkan output berupa kredit dari input berupa dana simpanan masyarakat.
Dengan melakukan proses produksi seperti itu, bank menjembatani kepentingan
pihak pemilik dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Dengan kata lain,bank
menjalani fungsinya sebagai lembaga intermediasi Fungsi bank yang pokok adalah
sebagai intermediasi dan transmisi dimana menggambarkan kedudukan bank sebagai
jantung dan urat nadi kehidupan ekonomi, sehingga berpengaruh besar terhadap
investasi, distribusi, produksi, penghasilan, tingkat harga, dan sebagainya. Bank
menjalankan dengan berbagai cara diantaranya memberi pelayanan kepada
masyarakat, memberi kredit usaha dengan resiko usaha yang dihadapi oleh bank,
salah satunya resiko investasi.
Dalam menjalani peran penting dalam intermediasi keuangan dalam
(19)
tertentu, memperkuat perekonomian dengan menyediakan kebutuhan kredit kepada
nasabah dan memberikan tempat yang nyaman untuk keseimbangan uang individu (
Mercy Ada Anyiwe, 2003). Bank bukanlah perusahaan jasa biasa. Kegiatan
perbankan menempati posisi yang penting dalam tataran perekonomian makro. Hal
ini disebabkan karena bank selain memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi,
bank juga memiliki fungsi sebagai media transmisi kebijakan moneter Bank Sentral.
Dengan fungsinya yang khusus ini, bank kemudian menjadi obyek penting dalam
analisis efektifitas kebijakan moneter.
Perkreditan tidak dapat dipisahkan dari gerak pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dan Provinsi Sumatera Utara. Sebagaimana diketahui bahwa untuk
memenuhi kebutuhan manusia, manusia selalu berusaha untuk mencapai sasaran
tujuan dengan memanfaatkan sumber – sumber ekonomi. Salah satunya adalah
permodalan. Bank sebagai lembaga yang memfasilitasi pemberian kredit kepada
perusahaan untuk pembiayaan barang – barang modal atau aktiva tetap perusahaan.
Ada berbagai kondisi yang dialami perusahaan dengan tingkatan yang berbeda, pada
waktu dimana pembiayaan proyek tidak mencukupi maka perusahaan memerlukan
bantuan pembiayaan dalam bentuk kredit bank. Apabila perusahaan membutuhkan
investasi baru untuk membeli barang modal. Disisi lain perusahaan seperti mesin –
mesin, kendaraan, dan lain – lain. Perkembangan pemberian kredit mengikuti
pertumbuhan ekonomi. Lee (2005), menjelaskan secara apriori setidaknya terdapat
dua kemungkinan hubungan antara variabel-variabel kredit dan variabel-variabel riil..
(20)
sehingga menghasilkan kenaikkan aktivitas pasar keuangan dan kredit. Dengan
demikian, perkembangan permintaan kredit merupakan demand-following. Teori lain,
mendalilkan jika perkembangan permintaan kredit merupakan determinan
perkembangan ekonomi. Hipotesis supply leading ini menunjukkan kausalitas berasal
dari perkembangan permintaan kredit ke arah pertumbuhan riil, dimana
perkembangan permintaan kredit merupakan necessary condition but not sufficient
untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang sustainable.
Menurut Djoko Retnadi ( 2006), ekspansi kredit bank sangat diharapkan
karena akan dapat menjadi tambahan amunisi bagi suatu sektor untuk dapat lebih
berkembang. Pola penyaluran kredit perbankan sejak tahun 2003 yang kurang
memberikan peluang pada pengembangan proyek baru (investasi),harus dicarikan
jalan keluarnya. Penyebab kurang tertariknya perbankan untuk membiayai proyek
baru karena tingginya risiko yang dihadapi. Suku bunga yang belum stabil pada
tingkat yang rendah, dan buruknya prasarana dan sarana ekonomi tampaknya menjadi
alasan utama masih seretnya pengucuran kredit investasi.
Pada periode 1969 – 1982, pemerintah mulai menggalakkan investasi
nasional, baik melaui anggaran pembangunan maupun partisipasi swasta. Untuk
mencapai upaya yang dimaksud, pada tanggal 1 April 1969 bank sentral
mengeluarkan ketentuan tentang kredit investasi berjangka waktu tiga sampai lima
tahun dengan suku bunga relative rendah. Untuk mendorong bank – bank pemerintah
berpartisipasi dalam program kredit investasi, Bank Indonesia mentediakan kredit
(21)
investasi kepada proyek – proyek yang produktif, pemberian kredit berpedoman pada
Daftar Skala Prioritas ( DSP) yang di keluarkan Badan Koordinasi Penanaman
Modal ( BKPM ) ( Aulia Pohan, 2008 :151).
Peranan kredit investasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sumatera Utara dapat berarti penciptaan lapangan pekerjaan, pemerataan
kesempatan berusaha melalui alokasi pemberian kredit menurut prioritas
pembangunan dan golongan ekonomi sehingga pada gilirannya dapat memperluas
pemerataan hasil – hasil pembangunan. Mengingat peranan kredit investasi
sedemikian pentingnya dalam pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara
khususnya, dan Indonesia pada umumnya, menjadi pertimbangan pemerintah, bahwa
kebijakan perkreditan juga harus disesuaikan dengan tantangan yang dihadapi untuk
menghindari resiko kredit macet, suku bunga yang belum stabil pada tingkat yang
rendah, dan buruknya prasarana dan sarana ekonomi.
Berbagai studi empiris mengaitkan bahwa pertumbuhan kredit menjadi
penggerak pertumbuhan ekonomi seperti yang dilteliti Moustain (2004) bahwa
pertumbuhan GDP yang positif muncul selama periode dimana ketersediaan uang dan
pemberian kredit oleh sektor perbankan bagi ekonomi sebagai hasil dari tingkat
perekonomian yang semakin tinggi. Begitu juga studi yang dilakukan Chaido Dritsaki
(2006) bahwa terdapa bilateral causal relationship antara perkembangan pemberian
kredit dan pertumbuhan ekonomi. Adapun penelitian Kar and Pentecost (2000)
tentang perkembangan kredit dan pertumbuhan ekonomi di Turki dengan
(22)
antara pemberian kredit dan pertumbuhan ekonomi adalah sensitif untuk memilih
ukuran perkembangan kredit di Turki. Dan mereka menyimpulkan bahwa tidak
mudah untuk menerima pendapat bahwa pemberian kredit mengakibatkan
pertumbuhan, atau pemberian kredit akibat dari pertumbuhan. Dan bagaimanapun,
hasil penelitian mereka daloam studi kasus di Turki pemberian kredit mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi.
Secara teori sendiri kredit investasi memiliki hubungan kausalitas yang
positif. Hubungan dua arah ini terjadi karena semakin tinggi kredit yang di salurkan
oleh pihak bank, maka akan memacu meningkatnya pertumbuhan pembiayaan,
ekspansi, dan rehabilitasi perusahaan, yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kredit investasi digunakan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, dimana kredit
investasi sebagai fungsi pertumbuhan ekonomi. Pihak bank akan menyalurkan kredit
investasi tersebut dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan kondisi ekonomi
dan pertumbuhan ekonomi pada saat itu untuk menghindari kemungkinan terjadinya
kredit macet, maka pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari kredit. Ini
merupakan tugas bank sentral untuk menetapkan peraturan dan membuat kebijakan
untuk memajukan perkembangan yang sehat mengenai urusan kredit, dan akan
berdampak pada bank – bank yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Maka penulis tertarik untuk menganalisis tentang Kausalitas antara Kredit
Investasi yang di Salurkan Bank – Bank Umum dengan Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara dalam bentuk skripsi
(23)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang dikaji dan di bahas dalam penelitian ini adala sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kredit investasi dan pertumbuhan ekonomi di
Sumatera Utara?
2. Bagaimana kausalitas antara kredit investasi dan pertumbuhan ekonomi di
Sumatera Utara?
1.3Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah
diatas, maka hipotesisnya adalah terdapat hubungan kausalitas antara kredit
investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara, cateris paribus.
1.4Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar perkembangan kredit investasi dan
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui hubungan kausalitas antara kredit investasi dengan
(24)
1.5Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu
yang penulis tekuni.
2. Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa / I
Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya.
3. Sebagai pertimbangan dalam memproyeksi dan mengambil kebijakan
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output perkapita dalam jangka panjang yang di tekankan dalam tiga aspek yaitu
proses, output perkapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu
proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Pnekanan pertumbuhan itu
pada perubahan atau perkembangan itu sendiri dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita, yang di
perhatikan adalah sisi output totalnya ( GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output
perkapita adalah output total di bagi dengan jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan
output perkapita harus di analisa dengan melihat apa yang terjadi dengan output total
di satu pihak, dan jumlah penduduk di lain pihak. Suatu teori pertumbuhan ekonomi
haruslah bias menjelaskan apa yang terjadi dengan GDP total dan jumlah penduduk.
Dengan kata lain, teori itu harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP total
dan mengenai teori pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek
(26)
Aspek ketiga dari defenisi pertumbuhan ekonomi adalah perspektif waktu
jangka panjang. Kenaikan output perkapita selama satu atau dua tahun yang
kemudian diikuti dengan penurunan output perkapita bukan pertumbuhan ekonomi.
Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama
mengalami kenaikan output perkapita. Tentu saja bisa terjadi bahwa pada satu tahun,
output perkapita menurun. Tetapi apabila selama jangka waktu yang cukup panjang
tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang jelas untuk meningkat,
maka dikatakan bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi. Makna perspektif jangka
panjang ini bisa dilihat pula dari prosos intern perekonomian tersebut. Jadi dari
kecenderungan tersebut, haruslah berasal dari kekuatan yang berasal dari dalam
perekonomian sendiri, bukan berasal dari luar dan bersifat sementara. Istilahnya,
proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self – generating , yang berarti bahwa
proses pertumbuhan itu sendiri menimbulkan kekuatan atau momentum bagi
timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode – periode selanjutnya.
2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Proses pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
ekonomi dan faktor non – ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara
bergantung dari sumber alamnya, sumber daya alam, modal, usaha, teknologi, dan
sebagainya. Semua itu merupakan faktor ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi
tidak mungkin terjadi selama lembaga sosial, kondisi politik, nilai – nilai moral dalam
(27)
sikap budaya, nilai moral, kondisi politik, dan kelembagaan merupakan faktor non –
ekonomi ( Jhingan , 1995 ).
Para ahli ekonomi menganggap faktor ekonomi sebagai kekuatan utama yang
mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya
merupakan konsekwensi dari perubahan yang terjadi dalam faktor produksi tersebut.
Beberapa faktor yang dipandang sebagai sumber penting yang dapat mewujudkan
pertumbuhan ekonomi adalah tanah dan kekayaan alam lainnya, jumlah dan mutu
dari penduduk dan tenaga kerja, barang – barang modal dan tingkat teknologi, sistem
sosial dan sikap masyarakat, serta luas pasar ( Sukirno, 2002 ).
1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Kekayaan alam suatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim
dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat di peroleh, dan
jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan
mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada
masa – masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Bila pertumbuhan baru di
mulai dan terdapat hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di
luar sektor primer ( pertanian dan pertambangan ), bisa di atasi bila mempunyai
kekayaan alam yang dapat di usahakan dengan menguntungkan. Kemungkinan untuk
memperoleh keuntungan tersbut akan menarik pengusaha – pengusaha dari negara
lain untuk mengusahakan kekayaan alam tersebut. Namun perkembangan ekonomi
(28)
2. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja
Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan
pertambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Sebagai akibat
dari pedidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja, kemahiran penduduk akan selalu
bertambah tinggi. Maka produktivitas akan bertambah dan menimbulkan
pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja.
Pengusaha adalah bagian dari penduduk, apabila tersedianya pengusaha dalam
sejumlah penduduk berjumlah banyak, lebih banyak kegiatan ekonomi yang
dijalankan. Dorongan lain yang timbul dari perkembanga penduduk terhadap
petumbuhan ekonomi bersumber dari akibat pertambahan itu kepada luas pasar.
Apabila didalam perekonomian sudah berlaku keadaan di mana pertambahan tenaga
kerja tidak dapat menaikkan produksi yang lebih cepat dari pertambahan penduduk,
pendapatan perkapita akan menurun.
3. Barang – barang Modal dan Tingkat Teknologi
Barang – barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi
pertumbuhan ekonomi. Apabila barang – barang modal bertambah sedangkan tingkat
teknologi tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang di capai akan jauh lebih
rendah dari yang dicapai masa kini. Kemajuan teknologi menimbulkan akibat positif
dalam pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi dapat mempertinggi efisiensi
(29)
kemajuan teknologi menimbulkan penemuan barang – barang baru yang belum
pernah di produksi sebelumnya.
4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Mengenai masalah pembangunan di negara berkembang, ahli ekonomi telah
menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat menjadi hal penting dalam
pembangunan. Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk
menggunakan cara – cara produksi yang modern yang produktivitasnya tinggi. Sikap
masyarakat juga menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat di capai.
Di sebagian masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan dorongan
yang besar pada pertumbuhan ekonomi. Antara lain sikap berhemat untuk
mengumpulkan uang untuk berinvestasi, dan sikap selalu berusaha untuk menambah
pendapatan dan keuntungan.
5. Luas Pasar sebagai Sumber Pertumbuhan.
Adam Smith menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi luasnya pasar, dan
spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi. Apabila luas pasar
terbatas tidak terdapat dorongan kepada para pengusaha untuk menggunakan
teknologi modern yang tingkat produktivitasnya sangat tinggi. Para pengusaha lebih
suka menggunakan cara memproduksi yang teknologinya rendah. Karena
produktivitas yang rendah maka pendapatan para pekerja tetap rendah, dan ini
(30)
negara miskin secara serentak melakukan pembanguan di segala bidang yang di kenal
dengan teori pembangunan seimbang.
2.3 Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai penjelasan mengenai faktor –
faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.dan
bagaimana faktor – faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses
pertumbuhan. Adapun teori – teori pertumbuhan di kelompokkan menjadi
a) Teori Klasik
1. Adam Smith (1729 – 1790)
Pengakuan terhadap ekonomi sebagai cabang ilmu tersendiri baru di berikan
pada tahun 1776, terbitnya buku berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of
The Wealth of Nations. Dalam buku ini dibahas tentang mekanisme pasar bebas, teori nilai (value theory) , teori pembagian kerja (devision of labour ) , teori akululasi capital, dan teori keunggulan absolut.
Dalam mekanisme pasar bebas, Smith menghendaki agar pemerintah tidak
terlalu banyak campur tangan mengatur perekonomian. Biarkan perekonomian
berjalan dengan wajar tanpa campur tangan pemerintah, nanti akan ada invisible hand
yang akan membawa perekonomian tersebut ke arah keseimbangan. Jika pemerintah
banyak campur tangan, pasar akan mengalami distorsi yang akan membawa
(31)
pasar sangat sederhana walaupun tiap orang mengerjakan sesuatu berdasarkan
kepentingan pribadi masing – masing tapi hasilnya bisa selaras dengan tujuan
masyarakat.
Mengenai teori nilai, Smith menyatakan bahwa barang mempunyai dua nilai,
yaitu nilai guna dan nilai tukar. Nilai tukar atau harga suatu barang di tentukan oleh
jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut, dan nilai
tukar sebagai kemampuan suatu barang untuk memperoleh barang lain yang berarti
nilai tukar suatu barang sama dengan harga dari barang itu sendiri. Dalam teori
pembagian kerja, Smith mengambil kesimpulan bahwa produktifitas tenaga kerja
dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja yang akan mendorong spesialisasi
dimana orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan
kemampuannya masing – masing. Pembagian tugas tadi telah menyebabkan tiap
orang ahli di bidangnya atau tersusialisir, dengan demikian produktifitasnya juga
akan meningkat.
Karena Smith menganggap pentingnya arti akumulasi kapital bagi
pembangunan ekonomi maka sistem ekonomi yang dianut sesuai dengan pemikiran
Smith disebut sisten liberal karena memberi keleluasaan yang besar bagi individu
untuk bertindak dalam perekonomian. Dalam teori keunggulan absolut, menurut
Smith perdagangan antara dua negara di dasrkan pada keunggulan absolute. Jika
sebuah negara lebih efisien terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah
(32)
yang memiliki keunggulan absolut. Melalui proses ini sumber daya di kedua negara
digunakan dalam cara yang paling efisien.
2. Thomas Robert Malthus ( 1766 – 1834 )
Dalam bukunya Essay of Population Maltus berpendapat bahwa kemajuan
manusia tidaklah mungkin karena kemiskinan dan penderitaan merupakan hal yang
tidak terelakkan dalam mayoritas dari setiap masyarakat. Ia berpendapat bahwa
semua usaha untuk mengurangi kemiskinan baik dengan tujuan yang baik atau yang
dipikirkan dengan baik hanya akan memperburuk keadan. Hal ini di sebabkan hasrat
kesenangan seksual yang tak pernah puas sehingga meningkatkan populasi penduduk
yang tumbuh menurut deret geometris, sedangkan produksi makanan meningkat
menurut deret hitung.
Pada level kebijakan, Malthus memberi penjelasan mengapa ekonomi
dikuasai oleh depresi periodik atau kelebihan persediaan atau barang yang diproduksi
tidak mampu untuk dibeli / tidak dijual. Masa dimana pengusaha tidak bisa menjual
barang atau tingkat pengangguran tetap tinggi. Jawaban yang diberi Malthus adalah
situasi tersebut berkaitan dengan permintaan yang sangat sedikit. Sebaliknya
penjelasan Malthus mengapa harga – harga naik adalah karena terlalu banyak
pengeluaran yang terjadi didalam ekonomi. Karena alasan inilah Keynes
menyebutkan Malthus sebagai pendahulu penting dari teorinya tentang lingkaran
(33)
Pada level teoritis, Malthus memberika justifikasi untuk laba. Adam Smith
tidak punya teori keuntungan dan tidak dapat menjelaskan apa yang menentukan
tingkat keuntungan. Menurut Malthus, keuntungan adala pengembalian kepada
kapitalis karena usahanya memproduksi barang. Buruh yang memiliki alat –alat dan
mesin akan lebih produktif dibanding buruh yang kekurangan peralatan modal ini.
Dengan mengizinkan modal tersebut digunakan dalam proses produksi. Kapitalis
telah menyumbang untuk produksi dank arena itu layak dibayar berdasarkan atas
sumbangannya itu.
3. Jhon Stuart Mill ( 1806 – 1873)
Ia adalah figur tradisional dalam ilmu ekonomi. Buku karangannya adalah
Principal of Political Economy (1848) yang merupakan textbook yang meringkaskan kebijakan ekonomi yang berlaku di Inggris pada abad ke 19. Sebagian besar ahli
ekonomi klasik khawatir akan berakhirnya pertumbuhan ekonomi. Mill sebaliknya
berpendapat bahwa keadaan yang tidak berubah akan mempunyai banyak
keuntungan. Keuntungan yang paling penting adalah berakhirnya pertumbuhan
ekonomi yang mengakhiri kesibukan kehidupan industri yang terus menerus.
Sumbangan Mill yang abadi kepada ilmu ekonomi adalah dialah ekonom
pertama yang membicrakan permintaan ( demand ) dan penawaran sebagai schedules.
Dalam karya Smith, Ricardo, dan ahli ekonomi klasik lainnya, penawran dan
permintaan di perlakukan sebagai jumlah barang yang dibawa kepasar dan jumlah
(34)
perubahan dalam harga. Ketika harga naik, pengusaha akan memasukkan lebih
banyak barang ke pasar. Sebaliknya ketika harga turun, konsumen akan membeli
lebih banyak harga yang ditawarkan oleh pengusaha.
b) Teori Neoklasik
1. Schumpeter
Teori Schumpeter menyatakan bahwa sumber kemabjuan ekonomi adalah
daya kreasi manusia pelaku – pelakunya, dan bukan sekedar akumulasi kapital atau
pertumbuhan penduduk. Orang mungkin masih bisa memperdebatkan apakah daya
kreasi manusia tersebut tumbuh paling subur dalam sistem kapitalisme atau sistem
lain. Tetapi bahwa kretivitas manusia merupakan faktor sentral dalam proses
kemajuan ekonomi sulit di bantah.
Teori Schumpeter juga menyoroti satu faktor fundamental yang merupakan
penghambat pembangunan ekonomi dinegara – negara sedang berkembang, yaitu
sangat langkanya calon – calon inovator dan belum adanya lingkungan yang
menunjang inovasi. Teorinya menggarisbawahi pentingnya pembaharuan
kelembagaan sosial politik dalam mengembangkan lingkungan yang subur bagi
kegiatan inovasi.
Schumpeter percaya bahwa pertumbuhan ekonomi melalui jalur kapitalisme
akhirnya akan membawa kemakmuran bagi rakyat tanpa perlunya campur tangan
yang bersifat fundamental dari pmerintah Pemerintah cukup menyediakan lingkungan
(35)
kemakmuran yang cukup merata. Bahkan Schumpeter berpendapat bahwa tanpa
campur tangan pemerintah pun sistem kapitalis itu akhirnya akan secara gradual dan
otomatis mengubah dirinya menjadi sistem yang sosialistis. Pendapat semacam inilah
yang bertolak belakang dengan pendapat sebagian ahli – ahli ekonomi pembangunan
saat ini, bahwa memang diperlukan kebijaksanaan yang secara sadar dilakukan secara
sadar dilaksanakan untuk mengkoreksi ketidakmerataan yang timbul dari proses
pertumbuhan ekonomi. Tentunya ini bukan berarti bahwa sembarang campur tangan
pemerintah akan lebih baik daripada tanpa campur tangan pemerintah.
2. Alfred Marshal ( 1842 – 1924 )
Marshal mempelajari pasar individu dalam isolasi atau tidak menyatukan
pasar – pasar lain ), mengabaikan dampak dari suatu pasar teradap pasar lain dan pada
gilirannya dampak dari pasar lain ini terhadap semua pasar. Hal ini membuatnya
menjadikan penemu analisis keseimbangan parsial. Analisis keseimbangan parsial
memiliki keuntungan karena lebih focus pada masalah praktis yang dihadapi oleh
perusahaan dan industri tertentu. Untuk mempelajari pasar individu Marshall
mengembangkan alat analisis permintaan dan penawaran. Marshall berpendapat
bahwa persaingan akanmendorong harga actual menuju harga keseimbangan. Marhall
mendefenisikan perubahan dalam permintaan sebagai pembelian barang yang lebih
(36)
3. Solow – Swan
Robert Solow dari MIT dan Trevor Swan dari Australian National
University secara sendiri – sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi
neoklasik. Model ini memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan
penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi
dalam proses pertumbuhan ekonomi. Walaupun kerangka model ini mirip dengan
model Harrod – Domar, tetapi model Sollow Swan lebih “luwes” karena menghindari
masalah ketidakstabilan yang merupakan ciri warranted tare of growth dlam model
Hrrod Domar, dan bisa lebih luwes untuk menjelaskan masalah – masalah distribusi
pendapatan.
Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan Swan
menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah di manipulasi secara aljabar.
Dalam model Harrod – Domar, output dan kapitak dan output dan tenaga kerja
masing – masing di hubungkan oleh suatu “ fungsi poduksi “ dengan koefisien yang
tidak bisa berubah, yaitu Q p = h K dan Q n = n N. Dalam model Neo klasik dari
Solow Swan dipergunakan suatu fungsi produksi yang lebih umum, yang bisa
menampung berbagai kemungkinan substitusi antara Kapital (K) dan tenaga kerja (L).
Bentuk fungsi produksi ini adalah : Q = F ( K, L ), yang memungkinkan berbagai
kombinasi penggunaan K dan L untuk mendpatkan suatu tingkat output. Fungsi
produksi semacam ini di sebut fungsi produksi neoklasik. Dengan menggunakan
(37)
“ketidakstabilan” dan mengambil kesimpulan – kesimpulan baru mengenai distribusi
pendapatan dalam proses pertumbuhan.
Dengan digunakannya fungsi produksi neo klasik tersebut, ada suatu
konsekuensi lain yang penting. Konsekuensi ini adalah bahwa seluruh faktor yang
tersedia baik berupa K maupun L akan selalu terpakai atau di gunakan secara penuh
dalam proses produksi. Ini di sebabkan Karena dengan fungsi produksi neoklasik
tersebut berapapun K dan L yang tersedia akan bisa di kombinasikan untuk proses
produksi, sehingga tidak ada lagi kemungkinan kelebihan atau kekurangan faktor
produksi seperti dalam model misalnya, Harrod – Domar atau Lewis. Posisi full
employment bagi semua faktor produksi akan selalu tercapai pada setiap saat, apabila
fungsi produksi neo klasik di pergunakan. Aspek full employment ini membedakan
model neo klasik dengan model Keynesian maupun model Klasik. Jadi jelas bahwa
penggunaan fungsi produksi neo klasik sehingga selalu terdapat full employment
merupakan ciri utama yang membedakan model ini dengan model – model
pertumbuhan lain.
c) Teori Modern
1. Harrod – Domar
Teori ini merupakan kesimpulan dua ahli ekonomi yang mendasarkan
teorinya terhadap pengalaman negara maju dalam mencapai speed grow (
keseimbangan yang mantap). Menurut teori ini pembangunan dan pertumbuhan
(38)
anggap sebagai elemen fundamental dalam mencapai keberhasilan pembangunan
ekonomi tersebut.
Sebaliknya keterbelakangan atau kemunduran negara – negara membangun
terjadi semata – mata hanya karena di sebabkan oleh kurangnya faktor modal.
Dengan kata lain Harrod Domar meyakini bahwa sekiranya faktor modal cukup pada
suatu negara, maka berbagai masalah pembangunan ekonomi dengan sendirinya akan
teratasi dan keberhasilan dari pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan tercapai.
Harrod - Domar menyatakan bahwa peran kunci keberhasilan ekonomi
adalah investasi karena dianggap memiliki watak ganda sebab mnciptakan
pendapatanyang selanjutnya menciptakan dampak permintaan, dan memperbesar
kapasitas produksi ekonomi yang berdampak pada penawaran. Hal ini berpihak
kepada prdusen / pengusaha.
Harrod – Domar menyatakan bahwa pendapatan riil dan output harus
meningkat dalam laju pertumbuhan yang sama sehingga tingkat equilibrium ekonomi
akan di capai dan pekerjaan penuh tercipta sehingga tidak ada kapasitas yang
menganggur. Teori Harrod – Domar ini mendapat tanggapan dari para ahli antara lain
:
• Jika suatu negara di beri modal ang cukup, tetapi faktor tenaga kerjanya tidak
maksimal, maka belum tentu keberhasilan pembangunan ekonomi tersebut
tercapai. Harrod – Domar kurang memperhatikan faktor sumber daya
(39)
• Harrod – Domar menentukan bahwa dalam menjalankan ekonomi tersebut ( tabungan dan investasi ) tidak ada campur tangan pemerintah.
• Perekonomian berjalan secara tertutup, yang menyangkut antara masyarakat,
perusahaan, dan pemerintah.
• Tidak ada kesulitan dalam penyesuaian antara investasi dengan penciptaan
kapasitas produksi. Pada kenyataannya bila kenaikan modal sebanyak 100%
hasil yang di capai tidak ada jaminan naik 100% juga.
2) Teori Rostow
Rostow menjelaskan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melalui
pendekatan sejarah dan menurut Rostow untuk mencapai keberhasilan pembanguna
dan pertumbuhan ekonomi yang mantap maka negara – negara membangun
hendaklah mengikuti dan mengaplikasikan tahap – tahap pertumbuhan ekonomi ini.
Rostow membagi tahap – tahap tersebut dalam 5 tahap:
• Tahap masyarakat tradisional
a) maksudnya suatu kondisi masyarakat yang strukturnya berkembang di
sepanjang fungsi produksi dan berdasarkan suatu keadaan masyarakat yang
masih terbelakang.
b) Penggunaan teknologi produksi yang sangat sederhana
c) Hubungan darah dan kekeluargaan sangat dominan dalam kehidupan
(40)
d) Kekuasaan terpusat di daerah dan di tangan bangsawan pemilik tanah.
e) 75% masyarakat bertani, dan hasil pertanian merupakan sumber utama
pendapatan negara.
• Tahap prasyarat tinggal landas
a. Masa pencerahan ( renaissance)
b. Kekuatan penalaran dan ketidakpercayaan menggantikan kepercayaan dan
kewenangan.
c. Feodalisme berakhir di gantikan dengan negara kebangsaan
d. Pengembaraan yang menghasilkan penemuan baru dan mulai mewujudnya
kaum – kaum elit di perkotaan.
e. Perubahan sikap, harapan, struktur, dan nilai sosial.
• Tahap tinggal landas
Menurut Rostow pada tahap ini terjadi revolusi industri yang dalam waktu
singkat menimbulkan beberapa konsekwensi yang menentukan. Rostow menyebutkan
pada tahap ini akan terjadi cirri – cirri seperti terjadinya kenaikan laju investasi yang
bersifat produktif 5 s.d 10% dari pendapatan nasional negara yang bersangkutan. Ciri
lai yaitu terjadinya perkembangan satu atau lebih sector manufaktur yang vital
dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi, hal ini terjai karena permintaan efektif
(41)
dan terlebih dahulu ada keuntungan investasi dan modal yang memadai. Ciri
selanjutnya adalah timbul kerangka politik, sosial, dan organisasi yang menampung
hasrat ekspansi sehingga hal ini memberi daya dorong bagi pertumbuhan.
• Tahap dorongan menuju kedewasaan
Pada tahap ini masyarakat dikataan efektif menerapkan teknologi modern
terhadap seluruh sumber daya yang ada. Pada tahap ini cirri – cirri yang berlaku
adalah:
a) Terjadi tahap pertumbuhan swadaya jangka panjang, artinya pengusaha
kedudukannya tinggi dalam hal modal.
b) Teknik produk baru yang menggantikan produk yang lama meliputi banyak
sektor.
c) Tingkat investasi lebih besar dari 10% dari pendapatan nasional.
d) Pemerintah mampu menahan goncangan krisis ekonomi.
• Tahap era konsumsi massa besar – besaran
Pada tahap ini menurut Rostow terjadi perubahan perhatian masyarakat
secara umum dari hal – hal yang bersifat penawaran ( berorientasi penawaran )
berubah menjadi hal – hal yang bersifat permintaan ( berorientasi permintaan ) .
(42)
dan kesejahteraan. Jika sebelumnya dilihat bagaimana cara memproduksi, sekarang
lebih dilihat bagaimana cara menggunakannya, dll.
Pada tahap ini setidaknya ada 3 ciri yang terjadi dan ketiga cirri tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain :
o Penerapan kebijakan nasional untuk meningkatkan kekuasaan dan pengaruh
melewati batas nasional negara yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan
negara tersebut harus campur tangan dengan negara lain, kalau tidak
kesejahteraan masyarakat tidak terwujud.
o Pemerataan pendapatan nasional melaui pajak progresif
o Jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi pekerja
o Membangun pusat – pusat perdagangan.
Teori Rostow ini mempunyai beberapa kelemahan seperti tidak semua
negara maju yang ada sekarang ini melewati tahap masyarakat tradisional, terjadi
tumpangtindih tahapan misalnya perkembangan seperti perkembangan sektor
pertanian terus saja terjadi walaupun negara sudah berada pada tahapan tinggal landas
sehingga batas tahapan tidak jelas. Lalu kemungkinan kegagalan untuk tidak di
perhitungkan, penyamaan dunia dengan dunia penerbangan mengabaikan timbulnya
tabrakan dan kegagalan pendapatan. Kemudian keberhasilan investasi 0% dari
pendapatan nasional tidak ada data histories yang membuktikannya, dan tidak ada
dasar yang kuat untuk menentukan suatu sektor sebagai sektor utama dan mengapa
(43)
Faktor – faktor non ekonomi bersama – sama faktor ekonomi saling
mempengaruhi kamajuan perekonomian. Faktor non ekonomi juga memiliki arti
penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Menurut Nurkse ( dalam Jhingan ; 1995 ) pembangunan ekonomi berkaitan
dengan peranan manusia, pandangan masyarakat, kondisi politik, dan latar belakang
histories. Didalam pertumbuhan ekonomi, faktor sosial, budaya, dan politik dan
psikologis adalah sama penting nya dengan faktor ekonomi.
2.4 Bank Umum
2.4.1 Pengertian Bank dan Bank Umum
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992, Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Sedangkan pengertian Bank Umum sesuai dengan Undang – Undang Nomor
10 Tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah
operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri
(44)
2.4.2 Kegiatan Bank Umum
Bank umum merupakan bank yang paling banyak beredar di Indonesia. Bank
umum juga memiliki berbagai keunggulan jika di bandingkan dengan Bank
Perkreditan Rakyat yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan kegiatannya lebih sempit daripada kegiatan bank umum.
2.5 Kredit Investasi
Menurut Kasmir ( 2003 ), kredit investasi merupakan kredit jangka panjang
yang biasanya digunakan untuk perluasan usaha atau membangun proyek / pabrik
baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Sedangkan menurut O.P Simorangkir (2004)
kredit investasi merupakan fasilitas pinjaman yang diberikan dala jangka pendek,
menengah, dan panjang untuk membiayai capital goods seperti pendirian pabrik,
perluasan, perbaikan perusahaan, pembelian mesin,dll.
2.5.1 Fungsi Kredit
Kredit mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak untuk
tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari –
hari. Suatu kredit mencapai fungsinya baik bagi debitur, kreditur, maupun masyarakat
apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak
debitur dan kreditur mereka sama – sama memperoleh keuntungan dan juga
mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari pajak, serta membawa dampak
(45)
Kredit dalam kehidupan perekonomian sekarang mempunyai fungsi sebagai
berikut:
a) Meningkatkan daya duna uang
b) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
c) Meningkatkan daya guna dan peredaran uang
d) Sebagai salah satu alat stbilitas ekonomi
e) Meningkatkan kegairahan berusaha
f) Meningkatkan pemerataan pendapatan
g) Meningkatkan hubungan internasonal
2.5.2 Tujuan Kredit Investasi
Tujuan kredit investasi adalah:
a) Memberi kelonggaran cash flow pada nasabah sehingga dapat lebih leluasa
mengelola usahanya atau mengembangkan tingkat penjualan.
b) Memberi jangka waktu kredit yang cukup panjang
c) Memberi kemungkinan diterapkan suatu grace period dan pencicilannya
Dalam pelaksanaan pembangunan, perbankan memegang peranan penting
dalam pembiayaan dengan kredit investasi. Kredit investasi dimaksudkan sebagai
bantuan dari petbankan untuk menambah modal guna rehabilitasi, perluasan, dan
pendirian proyek baru. Oleh sebab itu maka jangka waktu kredit investasi melebihi
(46)
2.5.3 Jangka waktu kredit investasi.
Agar dana – dana yang tersedia dan terbatas jumlahnya di manfaatkan sebaik
– baiknya dan dapat memberikan bantuan kepada sebanyak mungkin perusahaan /
proyek yang membutuhkan, maka jangka waktu kredit investasi di tetapkan sampai
lima tahun. Dengan penetapan jangka waktu tersebut diharapkan dana – dana yang
ada dapat di pergunakan kembali secepatnya. Dengan demikian proyek – proyek /
perusahaan –perusahaan yang di biayai pada tahap pertama terbatas pada proyek –
proyek / usaha – usaha yang quick yielding.
2.5.4 Proyek –proyek / perusahaan – perusahaan prioritas dan non prioritas.
Perusahaan – perusahaan / proyek – proyek di golongkan dalam proyek –
proyek yang prioritas dan non prioritas dengan mengingat keadaan dan kebutuhan
yang telah mendesak. Untuk membiayai yang prioritas, bank umum selaku pemberi
kredit akan memperoleh intensif berupa dana kredit dari anggaran, tanpa bunga, yang
persentasenya lebih besar daripada yang non prioritas.
Bappenas telah menentukan daftar proyek – proyek yang di prioritaskan
berdasarkan prioritas yang telah di tentukan dalam rencana. Jika di tentukan menurut
sektor, antara lain berdasarkan strategi pembangunan lima tahun, maka daftar proyek
– proyek yang di prioritaskan oleh Bappenas adalah merupakan daftar yang
terperinci, khususnya untuk memberikan arah kebijakan kredit investasi. Pada
dasarnya penentuan prioritas sangat penting artinya karena faktor – faktor modal,
(47)
a. sektor pertanian yaitu bahan amakanan, perkebunan rakyat, perkebunan
besar,perikanan, kehutanan,peternakan, irigasi.
b. Sektor industri
c. Sektor perhubungan, meliputi rehabilitasi, perbaikan, serta perluasan alat – alat
prasarana.
2.5.5 Ketentuan pembiayaan dan tanggung jawab kredit investasi.
Proyek – proyek / usaha pembangunan harus turut di biayai oleh pihak –
pihak yang berkepentingan, yaitu pengusaha dan pihak bank. Para pengusaha yang
menerima kredit investasi tersebut diwajibkan membiayai sendiri minimal 25% dari
jumlah kebutuhan biaya investasi, sedangkan bank pemerintah pemberi kredit harus
membiayai 10% sampai 20% dari jumlah kredit investasi yang di setujui. Sisa
pembiayaan yang diperlukan dipenuhi dengan kredit Bank Sentral dan dana anggaran
yang disalurkan melaui Bank Sentral. Meskipun demikian tanggung jawab kredit
investasi tersebut sepenuhnya diletakkan pada Bank Pemerintah yang bersangkutan.
Disamping mengerahkan dana – dana pengusaha dan perbankan dalam usaha
– usaha pembangunan tersebut diharapkan bahwa usaha – usaha pembangunan
didasarkan atas kemampuan dan kesanggupan yang riil sehingga lebih terjamin akan
berhasil. Turut sertanya dana pengusaha dan perbankan dalam proyek – proyek
investasi tersebut akan menambah kesungguhan dan tanggung jawab untuk
(48)
membatasi usaha – usaha yang bersifat spekulatif dan manipulatif maupun proyek –
proyek yang idealistis.
2.5.6 Penilaian proyek / perusahaan berdasarkan pertimbangan Bank teknis dan Bank ability.
Perusahaan – perusahaan / proyek – proyek yang membutuhkan kredit
investasi baik prioritas maupun tidak di nilai berdasarkan pertimbangan bank teknis
dan bank ability. Jadi kredit investasi itu hanya dapat dipertimbangkan bagi
pengusaha – pengusaha yang bonafid untuk usaha / proyek yang memenuhi
persyratan. Apabila dianggap perlu bank pemerintah dapat meminta bantuan kepada
biro konsultan untuk mengadakan penilaian atau survey terhadap rencana penggunaan
kredit investasi baik yang merupakan appraisal secara keseluruhan ataupun
penyelidikan secara parsial, misalnya aspek teknis, aspek pemasaran, aspek
keuangan/ pembiayaan, dan sebagainya. Bantuan Biro Konsultan baru diminta setelah
bank pemberi kredit mengetahui bahwa pemohon berdsarkan data / informasi yang
ada pada bank yang bersangkutan adalah bonafid.
2.5.7 Syarat Dollar Cause
Kredit investasi diberikan dengan syarat Dollar cause baik untuk pelunasan
hutang pokok maupun untuk pembayaran bunga. Dollar cause merupakan
pembayaran angsuran kredit maupun bunga kredit diperhitungkan atas dasar kurs
(49)
Ketentuan tersebut dimaksud untuk menjamin baik kepentingan pihak pemilik dana (
bank ) maupun para debitur dalam hal – hal terjadi perubahan nilai Rupiah.
2.5.8 Penggunaan kredit investasi
Untuk pembuatan kredit investasi harus dibuat rencana pemakaian sesuai
dengan rencana pembangunan proyek yang bersangkutan. Oleh pihak bnk perlu di
atur sedemikian rupa sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan sebelumnya. Di
samping itu agar bank – bank melaksanakan disbursement dengan memperhatikan
rencana penggunaan sehingga dana – dana dari kredit investasi tersebut disediakan.
2.5.9 Jaminan kredit investasi
a) kredit investasi di berikan dengan jaminan barang – barang kekayaan
perusahaan, termasuk barang – barang yang di biayai kredit investasi tersebut.
Apabila di anggap perlu, jaminan tambahan dapat berupa jaminan perorangan
dari penagihan hutang.
b) Barang – barang jaminan tersebut harus sempurna cara pengikatannya dan
diasuransikan kepada perusahaan asuransi yang bonafid untuk jumlah penuh
dengan bank clause sekurang – kurangnya untuk selama jangka waktu kredit
investasi tersebut.
c) Premi asuransi dibebankan atas keuangan nasabah / debitur sendiri sendiri dan
(50)
bersangkutan harus memberikan pernyataan tertulis bahwa premi asuransi
tersebut akan dilunasi tepat pada waktunya dengan keuangan sendiri.
2.5.10 Prinsip – prinsip Pemberian Kredit
Ada beberapa prinsip – prinsip pemberian kredit yang sering dilakukan yaitu
dengan analisis 5C dan 7P dan studi kelayakan. Adapun prinsip pemberian kredit
dengan analisis 5C yaitu sebagai berikut :
1. Character
Yaitu sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya
untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang –
orang yang akan diberikan kredit benar – benar dapat dipercaya. Hal ini tercemin
dari latar belakang pekerjaan dan pribadi si nasabah. Character maruakan ukuran
untuk menilai kemauan nasabah membayar kreditnya. Orang yang memiliki
karakter baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara.
2. Capacity ( Capability)
Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya
mencari laba. Sehingga kemampuannya terlihat dalam mengembalikan kredit
yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin
(51)
3. Capital
Biasanya bank tidak akan persedia membiayai suatu usaha 100%, artinya
setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus menyediakan dana
dari sumber lainnya atau modal sendiri, dengan kata lain capital adalah untuk
mengetahui sumber – sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha
yang dibiayai oleh bank.
4. Collateral
Yaitu jamina yang diberikan oleh asabah bik fisik maupun non fisik.
Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan, dan jaminan
hendaknya diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah maka
jaminan dapat dipergunakan secepat mungkin. Gunanya jaminan adalah
melindungi bank dari resiko kerugian.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya dinilai kondisi ekonomi dimasa mendatang
dan sekarang sesuai sektor masing – masing. Dalam kondisi perekonomian yang
kurang stabil, sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu tidak diberikan
terlebih dahulu, kalau pun jadi, sebaiknya melihat prospek usaha tersebut dimasa
(52)
Sedangkan penilaian dengan 7P kredit adalah sebagai berikut :
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari –
hari ayau masa lalunya. Personality mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan
tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama dengan
character dari 5C.
2. Party
Yakni mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan
tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Sehingga nasabah dapat di
golongkan ke golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda dari
bank.
3. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis
kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam –
macam apakah tujuan untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif atau untuk tujuan
perdagangan.
4. Prospect
Yakni untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah
(53)
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah di
ambil atau dari sumber mana saja untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau makin
menurun, apalagi dengan tambahan kredit yang diberika bank.
7. Protection
Tujuanya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun
melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jamina barang atau jaminan
asuransi.
Selain penilaian dengan 5C dan 7P, prinsip penilaian kredit dapat pula
dilakukan dengan studi kelayakan, terutama untuk kredit dalam jumlah relatif besar.
Adapun penilaian kredit dengan studi kelayakan antara lain :
1. Aspek Hukum
Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen – dokumen atau
surat – surat yang dimiliki calon debitur, seperti akte notaris, izin usaha, atau
(54)
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Yakni aspek untuk melihat usaha nasabah sekarang dan masa yang akan datang.
3. Aspek Keuangan
Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam mengelola
usahanya. Dari aspek ini akan tergambarberapa besar biaya dan pendapatan yang
akan dikeluarkan dan diperolehnya. Dan penilaiannya dilakukan dengan
menggunakan pendekatan – pendekatan rasio.
4. Aspek Operasi / Teknis
Yakni aspek untuk melihat tata letak ruangan, lokasi usaha, dan kapasitas
produksi usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimilikinya.
5. Aspek Manajemen
Yaitu aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan,
baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
6. Aspek Ekonomi / Sosial
Untuk melihat dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dengan adanya
suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak benefit atau cost
(55)
7. Aspek AMDAL
Merupakan aspek menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan adanya
(56)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini dititikberatkan pada hubungan
kausalitas antara kredit investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Sumatera Utara selama kurun 1980 - 2007
3.2 Jenis dan sumber data
Penelitian ini mengkaji hubungan kausalitas antara kredit investasi
dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara yang menggunakan data
sekunder dengan jenis data runtun waktu ( time series) selama kurun waktu 28 tahun.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Bank Indonesia (BI) Medan, dan
sumber lain seperti jurnal – jurnal dan literatur lainnya. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah kredit investasi dan pertumbuhan ekonomi provinsi Sumatera
Utara.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menggunakan penelitian
(57)
melakukan pencataan langsung berupa data time series sesuai dengan data yang di gunakan.
3.4 Pengolahan Data
Dalam hal ini peneliti menggunakan program Eviews 5 untuk mengolah
data dalam penulisan skripsi ini.
3.5 Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Granger
Causality Test untuk melihat hubungan kausalitas antara kredit investasi dengan
pertumbuha ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Maka model analisisnya adalah:
m n
PDRBt = aiCrt-1 + bj PDRBt-j + µt ………... (1) i=1 j=i
r s
Ct = ciCrt-1 + dj PDRBt-j + µt ………...…(2) i=1 j=i
Keterangan:
Cr = Kredit investasi
PDRB = Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara yang di proxy
dengan PDRB Sumatera Utara
µ = variabel gangguan
(58)
3.6 Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Granger Causality Test. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan kausalitas
antara kredit investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, pengujian terhadap data time series dan integrasinya
dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakannya metode Granger Causality
Test.
Sebelum dilakukan estimasi terhadap Granger Causality Test, terlebih
dahulu dilakukan langkah – langkah sebagai berikut:
1. Uji Akar – Akar Unit ( Unit Root Test)
Uji akar unit dari Dickey Fuller maupun Phillips Pheron adalah untuk melihat
stasionaritas data term series yang diteliti dengan program Eviews versi 5.
Adapun formula dari uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan
sebagai berikut:
p
DYt = a + Y + 0 t-1 iDYi-1+1 + t
i=1
Uji tersebut dilakukan dengan hipotesis null =0 untuk ADF =1 .
Artinya kita memiliki unit root, dimana data time serries tidak stasioner.
(59)
lebih kecil dari nilai kritis statistik dari Mackinon maka data stasioner, dan
jika sebaliknya maka data tidak stasioner.
2. Uji Derajat Integrasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau order differensi
ke beberapa data yang diamati akan stasioner. Pengujian ini dilakukan bila pada uji
akar – akar unit dari data yang diamati tidak stasioner. Pengujian ini merupakan
perluasan dari akar – akar unit yang ditaksir dengan model autoregresif dengan OLS
sebagai berikut:
k
D2Xt = e + e BX + f0 1 t i i D2Xt ………(3)
i=1
k
DXt = e0+ g1T + g2 BDX + ht i i D2Xt …..………...………(4)
i=1
Kemudian dari hasil regresi persamaan diatas di peroleh nilai statistik ADF
(Augmented Dickey Fuller). Dengan melihat nilai statistik dari koefisien BDXt pada
persamaan (3) dan (4) dan dibandingkan dengan nilai table ADF (nilai ktritis dari
nilai mackimon) dan dapat di ambil kesimpulan. Jika nilai statistik dari koefisien
BDXt lebih besar dari nilai tabel ADF maka data tersebut stasioner pada derajad satu.
Dalam kaitannya dengan uji kointegrasi, jika variable X sebelum stasioner pada
derajad satu maka perlu dilanjutkan hingga diperoleh suatu kondisi stasioner pada
(60)
3. Uji Granger Causality
Pendekatan ini untuk melihat hubungan ( kausalitas) atau timbal balik
diantara dua variable sehingga dapat diketahui kedua variable tersebut secara statistic
saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah, atau sama
sekali tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Berikut ini metode Granger
Causality Test seperti berikut:
m n
PDRBt = aiCrt-I + bj PDRBt-j + µ1t ……….(5)
i=1 j=1
r s
Cr = ct iCrt-i + dj PDRBt-j + µ2t ……...……….(6)
i=1 j=1
Di mana U 1t dan U 2t adalah error term yang siasumsikan tidak mengandung korelasi
serial m=n=r=s. Bewrdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linear
diatas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien - koefisien
regresi dari persamaan sebagai berikut:
n s
a. Jika bji≠ 0 dan + dj = 0, terdapat kausalitas satu arah dari PDRB ke Cr. i=1 j=1
n s
b. Jika bji = 0 dan + dj≠`0, terdapat kausalitas satu arah dari Cr ke PDRB. i=1 j=1
n s
c. Jika bji = 0 dan + dj = 0, maka Cr dan PDRB tidak saling berhubungan.
i=1 j=1
n s
d. Jika bji ≠ 0 dan + ∑ dj ≠ 0, terdapat kausalitas dua arah antara PDRB dan Cr.
(61)
3.7 Defenisi Operasional.
1. Kredit investasi adalah penyaluran dana perbankan kepada debitur untuk
membiayai capital goods dengan pengembalian yang telah di tentukan dan di
setujui pihak bank dan debitur (dalam juta rupiah)
2. Pertumbuhan ekonomi adalah persentase kenaikan nilai barang dan jasa yang
dihasilkan penduduk di Provinsi Sumatera Utara yang di proxy dengan PDRB
(62)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Deskriptif
4.1.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara 1. Keadaan Geografis
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia yang terletak pada
garis 1o – 40 LU dan 98o - 100o BT. Sebelah utara provinsi ini berbatasan dengan
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Riau
dan Sumatera Barat, dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas
daratan povinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2 atau sekitar 14,95% dari
seluruh luas Sumatera dan 3,69% dari luas wilayah Indonesia. Sebagian besar
wilayah propinsi Sumatera Utara berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian
kecil berada di Pulau Nias. Pulau – pulau Batu serta beberapa pulau kecil baik di
bagian barat maupun timur pantai Pulau Sumatera.
Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara di bagi atas tiga
kelompok wilayah :
a) Pantai Barat ( Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, Nias )
b) Dataran Tinggi (Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo, dan
Dairi )
c) Pantai Timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung
(63)
Jumlah pulau di Sumatera Utara sekitar 162 pulau yang terdiri dari 152 pulau
berada di tepi pantai dan enam pulau berada di pantai timur. Pada bulan Juni 2006,
provinsi Sumatera Utara terdiri dari 18 kabupaten dan 7 kota. Keseluruhan kabupaten
/ kota ini terbagi dalam 357 kecamatan dan 5616 desa / kelurahan.
Tabel 1. Luas Daerah menurut Kabupaten / Kota
No. Kabupaten / Kota Luas
(Km2)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Kabupaten
N i a s
Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu A s a h a n Simalungun Dairi K a r o Deli Serdang L a n g k a t Nias Selatan
Humbang Hasundutan Pakpak Bharat
S a m o s i r Serdang Bedagai
Kota
S i b o l g a Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi M e d a n B i n j a i
Padangsidimpuan 3.495,39 6.620,70 12.163,65 2.158,00 3.764,65 2.352,35 9.223,18 4.580,75 4.368,60 1.927,80 2.127,25 2.486,14 6.263,29 1.625,91 2.297,20 1.218,30 2.433,50 1.913,33 10,77 61,52 79,97 38,44 265,10 90,24 114,65
Sumatera Utara 71.680,68
(64)
2. Potensi Wilayah
Wilayah Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan
cukup luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang
pertumbuhan industri. Laut, darat, dan sungai merupakan potensi perikanan dan
perhubungan sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energi untuk
pengembangan industri, perdagangan, dan lain – lain.
Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara di samping merupakan
pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara sekaligus juga merupakan pusat
pengembangan wilayah Sumatera yang memiliki fasilitas omunikasi, perbankan, dan
jasa – jasa perdagangan lainnya.
Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga – lembaga pendidikan dan
penelitian seperti perguruan tinggi, balai penelitian dan balai latihan kerja yang
mampu membentuk tenaga pembangunan terdidik dan terampil serta hasil – hasil
penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.
4.2 Perkembangan Bank Umum di Sumatera Utara
Pada tahun 1997 sampai 1999 Bank Pemerintah berjumlah tujuh jenis dan
tahun 2000 sampai 2004 berjumlah empat jenis. Selain itu Bank Pemerintah Daerah
hanya berjumlah satu jenis dari 1997 – 2004. Bank Swasta Nasional pada tahun 1997
berjumlah 48 jenis, dan berkurang pada tahun – tahun berikutnya hingga pada tahun
(65)
enam jenis pada tahun 1997 – 1998, lalu jumlahnya menurun pada 1999 – 2000 dan
meningkat menjadi enam jenis pada tahun berikutnya, dan pada 2002 – 2004
jumlahnya menurun menjadi lima jenis. Secara keseluruhan, total jumlah bank umum
pada tahun 1997 adalah 62 jenis, dan jumlahnya terus mengecil hingga pada tahun
2004 berjumlah 24 jenis.
Tabel 2. Perkembangan Bank Umum di Sumatera Utara
Jenis Bank 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Bank Pemerintah 7 7 7 4 4 4 4 4
Bank Pemerintah Daerah 1 1 1 1 1 1 1 1
Bank Swasta Nasional 48 43 30 26 27 26 25 25
Bank Asing dan Bank Campuran 6 6 5 5 6 5 5 5
Jumlah 62 57 43 36 38 36 35 35
Sumber : Bank Indonesia Medan
Tabel tersebut sesuai dengan diagram di bawah ini :
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 19
97 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Bank Pemerintah Bank Pemerintah Daerah
Bank Swasta Nasional
Bank Asing dan Bank Campuran
(66)
4.2.1 Eksistensi Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara
Berdasarkan fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat
peranan bank sangat strategis dalam menentukan jalannya roda perekonomian suatu
daerah. Oleh karena itu segala pemasalahan yang menyangkut perbankan harus
segera diatasi dengan megeluarkan kebijakan – kebijakan di bidang moneter,
perbankan, dan perkreditan dalam mencapai sasaran makro ekonomi. Kebijakan
dalam perbankan seperti bank umum pemerintah terutama pada permasalahan
pemberian kredit dalam bentuk investasi dalam dunia usaha tepatnya dalam bidang
industri perlu dilakukan secara hati – hati namun harus mengalir untuk menghidupkan
dunia usaha. Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1997 / 1998, cukup
banyak bank yang di tutup oleh pemerintah pusat, yang memiliki kantor cabang
pembantu di Sumatera Utara.
Dari tabel dapat di lihat tahun 2000 – 2004, dana yang di himpun oleh bank
swasta nasional lebih besar di banding dana yang di himpun oleh bank pemerintah.
Namun dalam persentase penyaluran berbanding terbalik, hal ini dapat di lihat dari
tahun 2000 pada bank pemerintah, persentase penyaluran dana sebesar 42 persen,
dan nilainya semakin meningkat sampai tahun 2004 sebesar 76,89%.
Tahun 2002 – 2004 jika di cermati bank pemerintah lebih di amati oleh para
pengusaha untuk permodalan di banding bank swasta nasional. Hal ini terkait dengan
perubahan pertumbuhan perekonomian yang tidak memiliki ketidakpastian yang
(67)
Tabel 3. Perbandingan Dana yang di Himpun dan di Salurkan Serta Persentase Penyalurnya oleh Bank di Sumatera Utara tahun 2000 – 2006
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional
Tahun Di himpun (Trilyun Rupiah) Di Salurkan (Trilyun Rupiah) Persentase Penyaluran Di himpun (Trilyun Rupiah) Di Salurkan (Trilyun Rupiah) Persentase Penyaluran
2000 11,92 5,01 42 14,44 2,41 16,71
2001 14,63 7,78 53,21 15,87 3,83 24,08 2002 15,63 9,07 58,02 17,37 5,05 29,08 2003 17,77 11,71 89,93 20,05 7,07 38,4 2004 18,95 14,57 76,89 24,08 11,3 46,93
Sumber : Bank Indonesia Medan
4.3 Perkembangan Kredit Investasi di Sumatera Utara.
Perkembangan perekonomian Sumatera Utara tidak dapat di pisahkan dari
perekonomian nasional. Begitu juga dengan perkreditan. Kegiatan perekonomian di
Sumatera Utara memerlukan pembiayaan untuk menggerakkan laju pertumbuhan
(68)
Grafik 1 . Perkembangan Kredit Investasi di Sumatera Utara
0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000
1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006
tahun
kr. in
vestasi (R
p
ju
ta)
Dari tahun 1980 sampai tahun 2007, kredit investasi yang di berikan bank
mengalami kenaikan. Pada tahun 1980 kredit investasi yang di salurkan bank umum
adalah 0,0922 trilyun dan jumlahnya terus meningkat sampai tahun 1998 sebesar
4,5679 trilyun. Namun setelah terjadi krisis moneter pada tahun 1998 dan 1999 kredit
investasi yang diberikan turun menjadi 2,6661 trilyun, lalu pada tahun berikutnya
mengalami perbaikan dan jumlahnya meningkat. Pada tahun 2002 sempat mengalami
penurunan menjadi 3,5092 trilyun dan 2006 sebesar 4,9486 trilyun dan meningkat
kembali pada tahun 2007 sebesar 5,8602 trilyun. Dalam hal ini perkembangan kredit
(69)
Penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaannya terbagi menjadi kredit
modal kerja, investasi, dan konsumsi. Setelah kisis pada tahun 1998, maka ketiga
kredit tersebut mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.
Tabel 4. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Sumut tahun 2001 – 2006 ( dalam Rp. Trilyun )
Jenis Kredit Tahun
KMK Konsumsi Investasi
2001 5,47 3,07 3,73 2002 6,05 1,59 3,51 2003 10,3 2.82 4,22
2004 13,56 4,11 5,75
2005 17,56 7,62 6,96
2006 18,79 8,73 4,94
2007 22,84 10,28 5,86
Sumber : Bank Indonesia Medan
Dalam perkembangannya kredit modal kerja merupakan jumlah kredit yang
terbesar yang di keluarkan oleh perbankan di Sumatera Utara, lalu diikuti kredit
konsumsi dan kredit investasi. Pada tahun 2001 kredit modal kerja sebesar 5,47
trilyun dan kredit investasi 3,73 trilyun. Lalu pada tahun 2007 mengalami
peningkatan dimana kredit modal kerja yang dikeluarkan perbankan 22,84 trilyun,
(70)
Tabel 5. Kredit Investasi yang di salurkan Bank Umum di Sumatera Utara 1980 – 2007 (juta rupiah)
Tahun Kredit Investasi yang Di Salurkan 1980 92245 1981 153503 1982 258378 1983 373397 1984 409068 1985 585384 1986 678648 1987 824027 1988 997484 1989 1020230 1990 1435378 1991 1770753 1992 2089667 1993 2034355 1994 2291880 1995 2574485 1996 2853760 1997 3540897 1998 4567971 1999 2666142 2000 3402758 2001 3734791 2002 3509204 2003 4222820 2004 5758873 2005 6964272 2006 4948697 2007 5860226
(71)
4.4 Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara
Perkembangan ekonomi melalui pembangkitan sektor riil tetap menjadi
prioritas semua arah kebijakan pemerintah daerah dalam rangka memperluas
kesempatan dan menciptakan lapangan kerja. Pada saat terjadinya inflasi terlihat
anggaran PDRB tahun 1998 sebesar 22,3 T, pada tahun 2002 mencapai hamper 26 T.
Setelah terjadi krisis yang melanda perekonomian Indonesia pada tahun 1998,kondisi
perekonomian mengalami perbaikan yang dapat di lihat dari membaiknya
pertumbuhan ekonomi Sumut dari -10,9% dan
Sejak Tahun 1999, pereknomian Sumatera Utara kembali di dominasi oleh
sektor pertanian dan pada tahun 1994 – 1998 di ikuti sektor perindustrian. Kedua
sektor ini merupakan sektor penyumbang terbesar dalam perekonomian Sumatera
Utara dengan kondisi 50 – 60% pertahun. Selain itu, laju inflasi merupakan salah satu
indikator ekonomi penting yang dapat di gunakan untuk mengetahui tingkat stabilitas
harga. Untuk wilayah Sumatera Utara, pada tahun 1998 mencapai 83,56% yang
merupakan angka tertinggi 20 tahun terakhir ini.Namun pada tahun 1999 dan 2002
angka inflasi Sumatera Utara sudah berada di bawah angka nasional. Pada 2003 –
2005 angka inflasi sebesar 5,73% berada pada angka target pemerintah yang di patok
pada angka 5 – 7%. Saat itu, harga relatif stabil di tandai angka inflasi tidak
melampaui angka satu digit ( 9,59%). Bahkan, tingginya angka inflasi menyebabkan
kenaikan harga komoditi makanan, perumahan, tembakau, industri kelapa sawit, dan
sebagainya. Hingga pada tahun 2006 angka inflasi mencapai 6,2% dan ini sangat
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Anyiwe, Mercy Ada.2003.Commercial Bank Credir and Economic Growth in Nigeria.India: Finance India
Djalal, Nachrowi, MSc,Mphil,PhD. 2007. Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Kar, M. and Pentecost, E.J. (2000), ‘Credit development and economic growth in Turkey: further evidence on the causality issue’, Economic Research Paper No. 00/27, Department of Economics, Loughborough University.
Kasmir, SE., MM. 2003 Dasar – Dasar Perbankan.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Lee, Jennifer. 2005. .Financial Intermediation and Economic Growth Evidence from Canada. Eastern Economic Association:New York.
Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Bandung : PT Refika Aditama.
Moustain, Alaoui. 2004. Does Financial Development Cause Economic Growth? An Empirical Investigation Drawing On The Moroccan Experience. The Departemen of Economics: United Kingdom.
Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika. Medan : USU Press.
(2)
Retnadi, Joko.2006.Perilaku Penyaluran Kredit Bank. Bank Indonesia.
Simorangkir, O.P, Drs. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank.
Bogor. Ghalia Indonesia.
Untung, Budi. 2005. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi. Warjiyo, Perry dan Chaikal Nuryakin. 2006. Perilaku Penawaran Kredit Bank di
Indonesia. Buletin Ekonomi Perbankan.
………., Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara
………., Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Sumatera Utara, ( BI), Medan. ………., www.bps.go.id
(3)
Lampiran 1
TAHUN PDRB ATAS HARGA BERLAKU
1980 2471267 1981 2803635 1982 3107675 1983 3473656 1984 4362060 1985 4701779 1986 5182106 1987 6439863 1988 7907195 1989 9324401 1990 10774791 1991 12111554 1992 14316662 1993 18215459 1994 21700997 1995 24630522 1996 28173100 1997 34006274 1998 50705973 1999 59228075 2000 68212370 2001 78501350 2002 88117500 2003 96233390 2004 114647290 2005 139618314 2006 160033719 2007 194736518
(4)
Lampiran 2
Hasil Regresi Uji Unit Root Test PDRB
Null Hypothesis: D(PDRB,2) has a unit root Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=2)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.726123 0.0001
Test critical values: 1% level -3.724070
5% level -2.986225
10% level -2.632604
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PDRB,3)
Method: Least Squares Date: 01/27/09 Time: 11:06 Sample (adjusted): 1983 2007
Included observations: 25 after adjustments
Variable
Coefficie
nt Std. Error t-Statistic Prob.
D(PDRB(-1),2)
-1.382932 0.241513 -5.726123 0.0000
C 1683568. 929571.3 1.811123 0.0832
R-squared 0.587729 Mean dependent var 572628.9
Adjusted R-squared 0.569804 S.D. dependent var 6930237. S.E. of regression 4545498. Akaike info criterion 33.57379 Sum squared resid 4.75E+14 Schwarz criterion 33.67130 Log likelihood
-417.6724 F-statistic 32.78848
(5)
Lampiran 3
Hasil Regresi Uji Unit Root Test Kredit Investasi
Null Hypothesis: D(CR,2) has a unit root Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=2)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.471899 0.0002
Test critical values: 1% level -3.752946
5% level -2.998064
10% level -2.638752
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(CR,3)
Method: Least Squares Date: 01/27/09 Time: 11:06 Sample (adjusted): 1985 2007
Included observations: 23 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(CR(-1),2) -3.697904 0.675799 -5.471899 0.0000
D(CR(-1),3) 1.663160 0.534188 3.113438 0.0057
D(CR(-2),3) 0.583428 0.285552 2.043160 0.0552
C 31302.04 189615.5 0.165082 0.8706
R-squared 0.848311 Mean dependent var 130715.3
Adjusted R-squared 0.824360 S.D. dependent var 2151492. S.E. of regression 901677.1 Akaike info criterion 30.41867 Sum squared resid 1.54E+13 Schwarz criterion 30.61615
Log likelihood -345.8147 F-statistic 35.41882
(6)
Lampiran 4
Hasil Estimasi Uji Granger Causality
Pairwise Granger Causality Tests Date: 01/27/09 Time: 19:57 Sample: 1980 2007
Lags: 3
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability
DCR does not Granger Cause DPDRB 23 10.1730 0.00054