Hubungan Pemerintah Daerah dan Pelaku Usaha Daya Saing

02. Usaha Menengah Kecil dan Mikro

Menurut data Sensus Ekonomi tahun 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan kreteria UMKM sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku, jumlah UMKM tercatat mencapai jumlah 22,73 juta unit atau 99,8 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM, yang sebagian besar berada di sektor informal dan terbukti mampu menjadi katup pengaman pada krisis 1997, memiliki posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini menyumbang 53,28 persen produk domestik bruto nasional 2006, 15,44 persen dari total nilai ekspor dan menyerap 37,96 juta tenaga kerja atau 46,91 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional. Kendati memiliki posisi strategis, UMKM sering dihadapkan pada situasi tidak kondusif, termasuk yang bersumber dari kebijakan pemerintah.

03. Pemerataan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan pokok pembangunan nasional, sehingga pencapaian target pertumbuhan ekonomi seringkali dijadikan sebuah ukuran untuk menilai kinerja pemerintah. Namun tujuan pembangunan nasional tidak melulu tertuju pada pertumbuhan ekonomi semata. Pembangunan nasional akan segera tercapai jika terjadi pertumbuhan ekonomi di satu sisi dan pemerataan di sisi yang lain. Bank Indonesia melaporkan, perekonomian nasional masih menghadapi permasalahan, antara lain perbedaan pertumbuhan ekonomi antar daerah dan meningkatnya jumlah kota yang mengalami inflasi di atas inflasi nasional. Beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan di beberapa daerah relatif rendah antara lain keterbatasan infrastruktur, aturan daerah yang kurang menarik minat investasi, dan bertumpunya ekonomi daerah pada sektor primer tertentu, misal pertambangan. Pola ketimpangan Jawa – luar Jawa juga terlihat dari turunnya dan relatif rendahnya upah riil buruh tani di Jawa, padahal sebagian terbesar tenaga kerja di sektor pertanian berada di sektor pertanian di Jawa. Program proteksi harga komoditas pertanian pangan yang dilakukan pemerintah tak tampak memberikan manfaat bagi petani, melainkan meningkatkan margin perdagangan saja. Empat permasalahan utama masalah masih tingginya kesenjangan antar daerah yaitu: a. Disparitas penyebaran penduduk dan ketenagakerjaan. b. Disparitas tingkat kesejahteraan sosial ekonomi. c. Disparitas pertumbuhan ekonomi antara daerah. Kontribusi wilayah terhadap pertumbuhan PDB nasional selama 2001-2007 terbesar berasal dari wilayah Jawa- Bali, dengan kontribusi rata-rata per tahun lebih dari 60, Sumatera 22, Kalimantan 9, Sulawesi dan Indonesia bagian Timur lainnya kurang dari 5. d. Disparitas sarana dan prasarana daerah.

04. Hubungan Pemerintah Daerah dan Pelaku Usaha

Pemerintah daerah dan pengusaha adalah dua kelompok yang paling berpengaruh dalam menentukan corak pertumbuhan ekonomi daerah. Sinergi antara keduanya untuk merencanakan ekonomi daerah perlu menjadi pemahaman bersama. Pemerintah daerah berwenang membuat berbagai peraturan, menyediakan berbagai sarana dan peluang, serta membentuk wawasan orang banyak. Di sisi lain pengusaha mempunyai kemampuan mengenali kebutuhan orang banyak dan dengan berbagai insiatifnya, memenuhi kebutuhan itu. Aktivitas memenuhi kebutuhan itu membuat roda perekonomian berputar, menghasilkan upah bagi pekerja dan pajak bagi pemerintah. Dengan pajak, pemerintah daerah berkesempatan membentuk kondisi agar perekonomian daerah berkembang lebih lanjut. Prinsip-prinsip manajemen pembangunan yang pro-bisnis antara lain sebagai berikut. a. Menyediakan Informasi kepada Pengusaha b. Memberikan Kepastian dan Kejelasan Kebijakan c. Mendorong Sektor Jasa dan Perdagangan Rangkuman Hasil Munas V Kadin -- 6 93 d. Meningkatkan Daya Saing Pengusaha Daerah e. Membentuk Ruang yang Mendorong Kegiatan Ekonomi

04. Daya Saing

Saat ini peluang munculnya pelaku usaha baru, pengusaha daerah, terbuka luas. Dengan otonomi daerah atau desentralisasi kekuasaan, para pengusaha di daerah seharusnya mampu mendudukan dirinya sebagai mitra yang sejajar dan berperan aktif bersama pengambil keputusan yang berkaitan dengan perekonomian. Untuk membangun kelompok pelaku usaha yang tangguh dan berdaya saing membutuhkan proses dan waktu. Kemunculan pelaku usaha setempat banyak memberi manfaat antara lain karena keuntungan yang diperolehnya akan diinvestasi lagi di daerahnya. Keadaan ini akan mendorong uang yang beredar dan pada gilirannya menggerakkan perputaran roda ekonomi. Asean Free Trade Area AFTA sudah resmi berlaku pada 1 Januari 2002 tetapi masih banyak pengusaha daerah belum mengetahui tentang AFTA. Disamping itu masih ada pengelompokan usaha regional maupun internasional lainnya. Ini menunjukkan informasi yang diberikan masih sangat kurang. Saat ini pelaku usaha di daerah harus secara serius meningkatkan kompetensinya untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Hal ini penting karena dalam pasar yang semakin bebas pemerintah semakin sulit untuk melakukan proteksi tarif dan nontarif, sehingga memiliki daya saing menjadi sangat penting bagi pengusaha daerah. Peningkatan daya saing bukan hanya dalam produk, tetapi dari pengusaha daerah itu sendiri seperti penggunaan teknologi, internet dan kemampuan berbahasa internasional.

05. Produktivitas