krisis yang tengah berlangsung belakangan ini tampaknya membutuhkan waktu yang lebih lama ketimbang krisis-krisis sebelumnya. Karena, pemicu utama kali ini murni dari Wal
Street, bukan dari main Street. Krisis dewasa ini juga menyentuh dimensi yang lebih filosofis dan elemen-elemen utama dari sistem.
Di masa mendatang, tak tertutup kemungkinan proses koreksi serupa akan terus berlangsung. Karena, terlepas dari berbagai kelemahannya, sistem kapitalisme memiliki
built in mechanism untuk mengoreksi dirinya sendiri. Sudah barang tentu, proses koreksi akan menimbulkan instabilitas dan gejolak perekonomian dunia.
Sejalan dengan penurunan dominasi negara-negara maju, terutama Amerika Serikat, perekonomian dunia tidak lagi serentan seperti di masa lalu. Kemerosotan ekonomi
Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, tak menjalar tanpa kendali ke seluruh dunia. Terbukti, pertumbuhan ekonomi dunia hanya turun sekitar satu persen saja pada tahun
2008. Bahkan negara-negara berkembang masih tumbuh cukup tinggi, yakni 6,9 persen, hanya terpangkas satu persen saja pada tahun yang sama.
Sepanjang tidak terperangkap pada praktik kapitalisme finasial global, niscaya negara- negara berkembang akan memiliki daya tahan lebih kokoh dalam menghadai turbulensi
kapitalisme global. Apalagi seandainya muncul inisiatif-inisiatif baru untuk mengimbangi kekuatan-kekuatan ekonomi utama dunia saat ini, yakni Amerika Serikat dan Eropa. Asia,
misalnya, dapat lebih bahu membahu untuk menjadi kekuatan baru yang sangat disegani, mengingat sumbangsihnya terhadap produk domestik bruto dunia kian meningkat dan
memiliki kekayaan finansial yang sangat besar.
2. Pergeseran Kekuatan Ekonomi
Perubahan paling mendasar dalam hubungan antar bangsa dalam dua dekade terakhir adalah tatkala lebih satu miliar penduduk dunia terintegrasi ke dalam pasar global.
Kebijakan pintu terbuka yang dicanangkan China pada awal 1980-an dan keruntuhan komunisme di Eropa Timur merupakan pembuka era baru dalam perdagangan dunia.
Arus perdagangan dunia kian deras tatkala negara-negara lain yang masih menganut komunisme sekalipun menerapkan sistem pasar terbuka dalam mengelola
perekonomiannya. Selain sebagai konsumen baru, negara-negara komunis ini aktif pula sebagai produsen dunia. Belakangan, India dan Russia menyusul sebagai kekuatan yang
sangat disegani.
Bagi China dan Russia, sebetulnya perdagangan internasional sudah merupakan tradisi yang berlangsung ribuan tahun. Masa jeda hanya berlangsung puluhan tahun setelah
Perang Dunia II. Mereka sadar bahwa eksperimentasi sosialisme yang menempatkan negara sebagai aktor sentral dan mengenyampingkan peran pasar gagal menyejahterakan
rakyatnya.
Bermodal budaya terbuka yang telah mengakar kuat dan jumlah penduduk yang sangat besar, China dan India kini menjadi kekuatan baru dalam kancah perekonomian Dunia.
Dewasa ini perekonomian China menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat dengan pangsa di dalam produk domestik bruto berdasarkan PPP purchasing power
parity sebesar 10,8 persen. Sementara itu, India telah bertengger di urutan keempat setelah Jepang dengan pangsa 4,6 persen.
Dua negara lagi di luar G-7 yang telah bertengger di dalam sepuluh besar perekonomian dunia ialah Rusia urutan ketujuh dan Brazil urutan kesembilan. Berarti, empat dari
Rangkuman Hasil Munas V Kadin --
16
93
sepuluh negara dengan perekonomian terbesar di dunia adalah negara-negara yang tergolong masih dalam status negara “berkembang” atau kerap disebut sebagai emerging
markets.
Tabel 1. Perubahan Kekuatan Ekonomi: Pangsa PDB Global
Negara Pada PPP
Pada Harga Pasar
Amerika Serikat
21.36 25.51
China 10.83
5.99 Jepang
6.61 8.08
India 4.58
2.02 Jerman
4.34 6.12
Inggris Raya 3.30
5.11 Rusia
3.18 2.38
Perancis 3.17
4.72 Brazil
2.81 2.42
Italia 2.76
3.88 Catatan: PPP = purchasing power parity
Sumber: IMF, World Economic Outlook, April 2008, p. 45 Sumbangsih China dan India, bersama dengan Brazil, Korea, Mexico, Rusia, dan Turki
Emerging MarketEM-7 terhadap pertumbuhan ekonomi dunia meningkat dua kali lipat selama kurun waktu 1990-2007, dari hanya 20-an persen menjadi 40-an persen.
Sebaliknya, sumbangan negara-negara maju yang tergabung dalam G-7 Kanada, Prancis, Jerman, Itali, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat merosot tajam dari 50 persen lebih
menjadi hanya 20 persen saja.
Gambar 1. Kontribusi “Emerging Market” meningkat dua kali lipat sejak 1990
Sumber: “Economic Forecasts: Hard to Rely On?“ Finance and Development, Vol.45, No. 3, September 2008
Asia merupakan kawasan yang menikmati pertumbuhan paling pesat, sehingga dalam waktu yang tak terlalu lama diperkirakan bakal menjadi kekuatan ekonomi terbesar di
dunia. Di kawasan ini, Jepang dan Korea memimpin dalam industri manufaktur berteknologi tinggi, sedangkan China dan India menjadi kekuatan baru utama. Indonesia
dan Vietnam berpotensi menjadi kekuatan di lapisan kedua dan akan menjadi pilar utama dalam Asean community.
Selama 2001-07 perekonomian dunia tumbuh rata-rata 4 per tahun. Kawasan Asia berada pada posisi terdepan dengan pertumbuhan rata-rata 8,2. China dan India adalah
penggerak pertumbuhan bagi Asia maupun Dunia. Selama kurun waktu itu, perekonomian China dan India berturut-turut tumbuh rata-rata di atas 10 dan 7 per
tahun. Negara-negara ASEAN, meskipun secara rata-rata lebih lambat dari China dan India, mengalami pertumbuhan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia.
Rangkuman Hasil Munas V Kadin --
17
93
3. Kian Mengutamakan Kualitas Hidup