Kepemimpinan Otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator, bawahan Kepemimpinan Laissez Faire, tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga Kepemimpinan Demokratis, kepemimpinan demokrasi selalu menyadari Kepemimpinan Pseudo Demokratis, kepemimpinan mod

25 di dalamnya terdapat beberapa kelompok sumber daya manusia yang harus diperhatikan dalam mencapai tujuan dari organisasi sekolah. Ketrampilan ini merupakan cara atau langkah-langkah untuk menyelesaikan permaslahan- permasalahan yang ada dalam sekolah dapat menjadi hambatan yang berarti dalam mencapai tujuan. Berdasarkan cara pelaksanaannya pemimpin dalam pendidikan mempunyai empat tipe, yaitu:

1. Kepemimpinan Otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator, bawahan

tidak boleh membantah.

2. Kepemimpinan Laissez Faire, tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga

yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.

3. Kepemimpinan Demokratis, kepemimpinan demokrasi selalu menyadari

bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya.

4. Kepemimpinan Pseudo Demokratis, kepemimpinan model ini sebenarnya

pemimpin yang mempunyai sifat dan sikap otokratis, tetapi ia pandai memberikan kesan seolah-olah demokratis. Soekarto Indrafachrudi, 1993: 23 26 Tipe-tipe kepemimpinan tersebut merupakan tipe-tipe yang sangat berkaitan dengan sifat dan watak pribadi seorang pemimpin. Di dalam praktik ternyata tipe-tipe itu bervariasi adanya. Tergantung pada situasi kematangan bawahan yang akan dibinanya. Inilah yang disebut kepemimpinan situasional. Kepemimpinan situasional adalah kemampuan terpimpin yang berunsur kemampuan pengetahuan dan kemampuan ketrampilan. Di samping itu tergantung pula pada kematangan kemauan terpimpin atau bawahan yang berunsur motivasi dari dirinya dan keyakinan dirinya. Selain itu sangat tergantung pula pada sifat, materi, waktu pelaksanaan dan tempat pelaksanaan. Ini dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin terkait dengan kepala sekolah dapat menggunakan berbagai tipe kepemimpinan dalam memimpin bawahannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada dan keadaaan bawahan yang dipimpinnya. Kuat dan lemahnya kepemimpinan ditentukan oleh beberapa faktor pendukung seperti yang diungkapkan oleh Brad Ashley 2008: 2 sebagai berikut : ”Leadership is unlocking peoples potential to become better. The ABCs of Strong Leadership is strong leaders affect the attitudes of their people prioritize the organizational big rocks to provide focus and direction, and display courage while making tough decisions. A-Affect Attitudes Strong leaders affect attitudes. Attitude is everything-there is nothing more powerful than a Hooah Can do attitude. B-Big Rocks Strong leaders focus on the big rocks. If everything is important, then nothing is important. If every task is a crisis and every project has equal importance, then nothing is really important. Leadership effectively balances our many mission requirements with scarce resources funds, personnel, tools, time, and floor space and makes tough decisions about our priorities. C- Courage Strong leaders display courage. Moral courage entails doing whats right in the face of adversity instead of turning the other way-the easier choice…” 27 Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dari kuat lemahnya pemimpin yaitu sikap, perhatian dan keberanian. Dengan menunjukan sikap seorang pemimpin yang kuat maka akan mempengaruhi anggota kelompok yang lainnya dalam bersikap. Perhatian dari seorang pemimpin kepada seluruh sumber daya dalam kelompok sangat penting untuk keseimbangan jalannya sebuah organisasi. Keberanian dari seorang pemimpin dalam memutuskan jalan keluar yang terbaik untuk kelangsungan organisasinya menentukan arah pencapaian dari tujuan organisasi.

B. Guru Dalam Organisasi Pendidikan