Pengertian Anak Tunarungu Anak Tunarungu

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Anak Tunarungu

1. Pengertian Anak Tunarungu

Tunarungu merupakan gabungan dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna yang artinya kurang dan rungu yang artinya pendengaran, sehingga orang atau anak yang tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara bisa dikatakan tunarungu. Permanarian Somad dan Tati Hernawati, 1996: 26.Dengan demikian tunarungu dapat diartikan sebagai orang atau anak yang mengalami kemampuan mendengar yang kurang atau tidak mampu mendengar yang disebabkan oleh kerusakan organ pendengarannya. Gangguan pendengaran yang dialami oleh anak tunarungu akan mengakibatkan kemampuan komunikasinya juga mengalami gangguan, sehingga umumnya anak tunarungu juga mengalami kemampuan berbicara yang kurang baik atau tidak mampu berbicara. Sedangkan menurut Mega Iswari 2007: 57 istilah tunarungu ditunjukan pada individu atau anak yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar, baik kehilangan kemampuan mendengar sama sekali maupun kehilangan kemampuan mendengar sebagian. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sering menyebut anak dengan keterbatasan pendengaran dengan istilah tuli atau bisu. 12 Sedangkan Suparno, Haryanto dan Edi Purwanto 2009: 3 mengatakan bahwa secara konsep tunarungu merupakan istilah yang menggambarkan suatu keadaan atau kondisi tidak berfungsinya organ pendengaran seseorang secara normal, sehingga secara pedagogis memerlukan pelayanan pendidikan dan bimbingan secara khusus. Dengan demikian anak tunarungu merupakan anak berkebutuhan khusus yang memiliki kekurangan pendengaran sehingga memerlukan layanan pendididikan dan bimbingan secara khusus agar kemampuan yang dimiliki oleh anak bisa berdaya guna maksimal untuk kehidupannya, sesuai dengan tujuan dari Pendidikan Luar Biasa menurut Peranturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1991 dalam Joppy Liando dan Aldjon Dapa, 2007: 18 yaitu membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi dan anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.

2. Karakteristik Anak Tunarungu

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MEMBELAJARKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL KEPADA ANAK TUNAGRAHITA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK PELATIHAN MODEL OPEN DESIGN DI SLB NEGERI SERDANG BEDAGAI.

0 3 28

UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB NEGERI HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI (Studi Deskriptif tentang Keterampilan Vokasional di SLB Negeri Handayani).

2 3 31

PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALB DI SLB BC YATIRA CIMAHI.

1 9 41

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN OTOMOTIF BAGI ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLB NEGERI A CITEUREUP KOTA CIMAHI.

0 3 37

PENINGKATAN KETERAMPILAN ARTIKULASI MELALUI PENDEKATAN VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK, TAKTIL (VAKT) PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR II DI SLB WIYATA DHARMA 1 TEMPEL.

2 31 177

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN KOLABORATIF BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS 4 SEKOLAH DASAR DI SLB NEGERI 2 BANTUL.

0 1 162

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP TUMBUHAN MELALUI METODE KARYAWISATA BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS V DI SLB BAKTI SIWI SLEMAN.

0 0 162

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS GLASS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR IV DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL.

8 39 226

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK TUNARUNGU KELAS VI SDLB MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PASARAN DI SLB-B WIYATA DHARMA I TEMPEL.

0 0 225

PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALB DI SLB BC YATIRA CIMAHI - repository UPI S PLB 1100502 Title

0 0 3