12 Sedangkan Suparno, Haryanto dan Edi Purwanto 2009: 3
mengatakan bahwa secara konsep tunarungu merupakan istilah yang menggambarkan suatu keadaan atau kondisi tidak berfungsinya organ
pendengaran seseorang secara normal, sehingga secara pedagogis memerlukan pelayanan pendidikan dan bimbingan secara khusus.
Dengan demikian anak tunarungu merupakan anak berkebutuhan khusus yang memiliki kekurangan pendengaran sehingga memerlukan layanan
pendididikan dan bimbingan secara khusus agar kemampuan yang dimiliki oleh anak bisa berdaya guna maksimal untuk kehidupannya,
sesuai dengan tujuan dari Pendidikan Luar Biasa menurut Peranturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1991 dalam Joppy Liando dan Aldjon
Dapa, 2007: 18 yaitu membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan mental agar mampu mengembangkan sikap,
pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi dan anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.
2. Karakteristik Anak Tunarungu
Manurut Permanarian Somad dan Tati Hernawati 1996: 35-39, anak tunarungu memiliki beberapa karakteristik khusus yang
menunjukan bahwa anak tersebut mengalami gangguan pendengaran, meskipun secara fisik anak tunarungu tidak memiliki perbedaan dengan
13 anak pada umumnya, namun ada beberapa ciri khas yang merupakan
dampak dari gangguan pendengaran yang dialaminya. Karakteristik anak tunarungu pada dasarnya bisa dilihat dari segi
intelegensi, bahasa dan bicara, emosi serta sosial. Haenudin, 2013: 66 a.
Segi Intelegensi Secara intelegensi anak tunarungu memiliki potensi kemampuan yang
sama dengan anak pada umumnya, namun secara fungsional anak tunarungu memiliki intelegensi dibawah anak pada umumnya, hal ini
disebabkan oleh kesulitan anak tunarungu dalam memahami bahasa sehingga informasi yang diperoleh tidak semaksimal anak pada
umumnya. b.
Bahasa dan bicara Dari segi bahasa dan bicara anak tunarungu juga memiliki
keterbatasan, hal ini disebabkan oleh hambatan pendengaran pada anak tunarungu sehingga mempengaruhi kemampuan berbahasa anak
khususnya perolehan kosa kata yang tidak maksimal, dengan keterbatasan
kosa kata
yang dimiliki
akan menghambat
perkembangan bicara anak. Keterbatasan berbahasa dan bicara menyebababkan anak tunarungu mengalami kesulitan berkomunikasi
secara verbal, dengan hambatan komunikasi akan mengakibatkan anak tunarungu merasa terasing dari lingkungannya.
14 c.
Emosi dan sosial Keterbatasan berbahasa dan bicara akan mempengaruhi Emosi dan
Sosial anak tunarungu, karena anak tunarungu mampu melihat semua kejadian disekitarnya, namun tidak mampu memahami dan
mengikutinya secara menyeluruh, sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga, dan kurang percaya diri. Selain emosi
yang tidak stabil karena hambatan komunikasi yang dimiliki secara sosial anak tunarungu cenderung memisahkan diri khususnya dengan
orang yang tidak mengalami gangguan pendengaran atau memiliki kemampuan komunikasi verbal yang baik.
B. Keterampilan Vokasional