33
Pembelajaran, dan Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkanoran SMK
Muhammadiyah 1 Wates”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara metode mengajar, penggunaan
metode pembelajaran, dan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar. Koefisien korelasi variabel lingkungan belajar sebesar 0,818, koefisien
detrminasi sebesar 0,669, dan nilai t
hitung
13,105 lebih besar dari nilai t
tabel
1,984. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Miftahul Farihin 2014 dengan judul
“Pengaruh Kondisi Mahasiswa dan Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Administrasi
Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif antara kondisi
mahasiswa dan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar mahasiswa. Koerfisien korelasi variabel kondisi siswa sebesar 0,291, t
hitung
3,202 lebih besar dari t
tabel
1,980. Koefisien korelasi lingkungan belajar sebesar 0,304 dan harga t
hitung
sebesar 3,362 lebih besar dari t
tabel
1,980. Kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian ini
yaitu pada variabel kondisi siswa, variabel lingkungan belajar, dan variabel motivasi belajar. Sedangkan perbedaannya terletak pada waktu,
tempat, dan subjek penelitian. Kedua penelitian ini telah menunjukkan
34
bahwa kondisi mahasiswa dan lingkungan belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar.
C. Kerangka Pikir
Siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Muhammadiyah 1 Tempel motivasi belajarnya rendah. Rendahnya
motivasi belajar dapat ditunjukkan melalui sikap siswa yang kurang bersemangat dalam belajar, pasifnya siswa ketika pembelajaran sedang
berlangsung, dan tingkat disiplin siswa yang rendah dalam mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. Padahal, motivasi belajar merupakan daya
dorong yang harus dimiliki oleh setiap siswa, karena dengan motivasi, siswa dapat bertindak sesuai dengan tujuan belajarnya. Motivasi juga dapat
mendorong siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Kondisi siswa baik secara jasmani maupun rohani memiliki
pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Apabila kondisi jasmani siswa yang mata dan telinganya sehat, terhindar dari berbagai penyakit, maka siswa
akan mudah mngikuti pembelajaran. Siswa yang berada dalam kondisi sehat bebas dari penyakit akan dengan mudah memperhatikan penjelasan guru dan
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Siswa yang suasana hatinya senang dapat membuat siswa lebih bersemangat membaca buku-buku
pelajaran dibandingkan dengan siswa yang sedang merasa stress atau marah- marah.
35
Selain kondisi jasmani dan rohani siswa yang baik, motivasi belajar dapat bertahan apabila didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif.
Lingkungan belajar terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial berupa keluarga, teman bergaul, dan lingkungan sosial
sekolah yang terdiri dari guru dan teman sekelas. Lingkungan nonsosial
meliputi alat-alat belajar, suasana, dan tempat belajar. Apabila lingkungan sosial adalah orang-orang yang menunjukkan kebiasaan belajar serta
mendukung kegiatan belajarnya, maka motivasi siswa cenderung tetap atau bertahan. Terlebih jika pihak-pihak terkait seperti sekolah dan keluarga
memperhatikan lingkungan nonsosial yang siswa butuhkan untuk belajar. Kedua faktor tersebut memiliki peran yang besar dalam
menentukan tinggi rendahnya motivasi belajar siswa. Kedua faktor ini tidak dapat dilepaskan dari motivasi belajar siswa. Semakin baik kondisi siswa,
semakin tinggi pula motivasi belajarnya. Semakin kondusif keadaan
lingkungan belajar siswa, semakin tinggi pula motivasi belajarnya, begitu pula sebaliknya.