Multi Level Marketing (Studi Life History 3 Orang Mantan Anggota PT.Sophie Paris di Kota Medan)

(1)

MULTI LEVEL MARKETING

(studi life history 3 orang mantan anggota PT.Sophie Paris di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan guna melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sosial dalam bidang Antropologi

Oleh:

FANY DESKI PURBA 100905049

Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Pengambilan keputusan anggota keluar dari bisnis multi level marketing (Studi life history terhadap 3 orang mantan anggota PT. Sophie Paris di Kota Medan)

SKIRPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Februari 2014


(3)

ABSTRAK

Fany Deski Purba, 2014. Judul skripsi: MULTI LEVEL MARKETING (studi life history 3 orang mantan anggota PT.Sophie Paris di Kota Medan). Skripsi terdiri dari 5 Bab, 105 halaman, 2 tabel dan 2 gambar.

Bisnis multi level marketing (MLM) adalah salah satu bisnis yang menggunakan sistem penjualan langsung kepada pelanggan melalui jaringan pemasaran bertingkat (perluasan jaringan yang dilakukan oleh member). Bisnis jaringan atau yang lebih sering dikenal MLM merupakan salah satu bisnis yang sudah ada sejak lama yakni di tahun 1940. Di Indonesia sendiri, bisnis pemasaran jaringan mulai ada sejak tahun 1986. Adapun yang menjadi permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini yaitu tentang life history 3 (tiga) orang mantan anggota yang pernah mengikuti bisnis jaringan ini dari awal yang menyebabkan mereka mengikuti bisnis jaringan ini sampai kepada tidak aktifnya anggota ini di MLM yang digelutinya.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi life history. Dengan tahapan pra-lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan diakhiri dengan tahap penulisan laporan penelitian. Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap para informan terkait mengenai perjalanan hidup mereka dalam mengikuti bisnis MLM ini. Dalam melakukan penelitian ini, dipergunakan alat-alat bantu berupa voice note recorder dari handphone serta menggunakan kamera sebagai alat dokumentasi di lapangan, tidak lupa juga menggunakan pedoman wawancara atau interview guide

terhadap para informan.

Permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah apa penyebab para mantan anggota ini dulunya bergabung dalam bisnis jaringan MLM, apa yang mereka alami setelah bergabung, bagaimana cara kerjanya, apa kendala yang mereka alami setelah menjadi anggota, dan apa yang menyebabkan mereka keluar atau tidak aktif lagi dalam bisnis jaringan di PT Sophie Paris tersebut.

Kesimpulan dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa bisnis jaringan yang kebanyakan orang menganggap mudah, ternyata setelah kita menjalankannya tidak semudah dengan apa yang kita telah kita ungkapkan sebelum menjadi anggota/member. Banyak kerumitan, uji mental dan juga uji handalan dalam menjalankannya seperti susahnya membagi waktu antara pekerjaan rutinitas dan juga sampingan di bisnis jaringan ini, rumitnya mencari member baru, tidak cakap atau handalnya dalam menyampaikan informasi terkait mengenai bisnis jaringan tersebut, perekonomian yang semakin hari semakin merosot, serta kualitas dan mutu dari produk-produk yang ditawarkan terkadang tidak sesuai dan membuat konsumen kecewa.


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkatNya yang berlimpah dari mulai penulis mencari ide, mengajukan judul, menyusun proposal, penelitian dan sampai pada penyelesaian skripsi yang berjudul : “PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANGGOTA KELUAR DARI BISNIS MULTI LEVEL MARKETING (studi life history 3 mantan anggota PT. Sophie Martin di Kota Medan)”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai Sarjana S1 Antropologi Sosial di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang senantiasa memberikan bantuan, saran, bimbingan serta dukungan doa kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang begitu besar kepada kedua orang tua tercinta, papa Drs. Parada Purba dan mama Rianita Simanjuntak, SPd , yang telah memberikan segala kasih sayang, perhatian, dukungan, didikan, ajaran moral yang selalu dicurahkan, serta motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Purba terutama buat opung yang selalu mendoakan penulis setiap hari, dan buat keluarga besar Simanjuntak yang selalu mendoakan dan memberi semangat. Buat “abang terkasih” Chandra Winata Panjaitan S.Kom yang


(5)

telah banyak memberikan waktu, tenaga, doa serta motivasi dari awal penulis mencari ide, sampai kepada penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada bapak Drs. Yance, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak memberikan ilmu, waktu, dan perhatian serta bimbingannya kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. Kepada Ketua Departemen Antropologi yang dengan bijaksana memberikan arahan bagi penulis, Bapak Dr. Fikarwin Zuska yang juga dosen pembimbing akademik penulis yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama perkuliahan, dan Bapak Agustrisno, MSP selaku Sekretaris Departemen Antropologi yang juga memberikan motivasi selama masa perkuliahan.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Tjut Syahriani M.Soc selaku dosen penguji karena telah memberi banyak masukan dan arahan sehingga skripsi ini dapat selesai dibuat. Kepada seluruh staf pengajar Departemen Antopologi FISIP USU yang telah memberikan begitu banyak ilmu, wawasan serta pengetahuan baru bagi penulis selama proses belajar ini berlangsung. Demikian juga kepada Kak Nurhayati dan Kak Sofi selaku staf administrasi Departemen Antropologi yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam mengurus kelancaran administrasi selama perkuliahan.


(6)

Pada kesempatan kali ini, penulis juga mengucapakan terima kasih kepada kerabat selama penulis mengikuti perkuliahan di Antropologi FISIP USU, terkhusus angkatan 2010 untuk segala kegiatan perkuliahan yang benar-benar tak terlupakan terutama buat Edison F.S butar-butar yang selalu jadi tempat cerita bagi si penulis tentang sistematis penulisan skripsi ini, Cory M Simanjuntak yang selama ini menjadi teman cerita dalam segala hal bagi si penulis, Kristina M Pakpahan teman seperjuangan skripsi, Elsha M Pasaribu yang selalu sibuk mencari buku di perpustakaan, Mega Nathalia S.Sos (ini pemecah rekor pertama seminar, sidang dan wisuda di angkatan 2010) terima kasih telah mengajari penulis tentang jalan cerita penyelesaian skripsi ini, terima kasih juga buat Nasir, Debora Ginting, Obrin Sianturi, dan seluruh angkatan 2010 lainnya, terima kasih telah menjadi teman seperjuangan saya selama berkuliah di FISIP USU. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kakak dan abang stambuk khususnya kak Dea Anindita S.Sos, kak Marlyna Hutagalung S.Sos, kak Theresia Hutagaol S.Sos, abang Razakiko dan kak Anggun Nova S.Sos yang sudah menjadi teman cerita disaat penulis sedang menyelesaikan skripsi ini. Buat seluruh lintas angkatan khususnya ’07, 08, 09, 011, 012, 013 yang ada di ANTROPOLOGI FISIP USU, terima kasih penulis ucapkan buat segala canda tawa selama masa perkuliahan, kalian kerabat terhebat dibangku perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adik-adik stambuk yang telah memberikan semangat kepada penulis.


(7)

Tak terlupakan, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat Maria F Sitepu S.E yang menjadi teman penulis berbagi suka duka dalam penyelesaian skripsi ini, Yosi E Siburian dan Ester V Damanik yang selalu menyemangati penulis dalam dukungan dan doa.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk para informan yang telah menyediakan waktu dan tempat bagi si penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang kurang dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis berharap akan adanya saran, masukan, kritikan yang membangun sehingga tercapainya suatu tulisan yang baik dan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya dan Tuhan senantiasa memberikan kebahagian dan kesehatan bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Februari 2014 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Fany Deski Purba, lahir tanggal 13 Desember 1991 di Medan, Sumatera Utara. Beragama kristen protestan. Merupakan anak tunggal dari pasangan, papa Drs. Parada Purba dan mama Rianita Simanjuntak SPd.

Menyelesaikan pendidikan dini di Taman Kanak-kanak (TK) ST.Antonius, pada tahun 1998. Pendidikan dasar di SD.ST Antonius VI, Medan pada tahun 2004 dan Sekolah Menengah Pertama Di SMP Swasta ST. Maria Medan pada tahun 2007, kemudian menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Sumatera Utara dengan spesifikasi Antropologi Sosial.


(9)

Berbagai kegiatan yang pernah diikuti selama masa studi, yaitu:

1. Berpartisipasi dalam Training of Fasilitator Departemen Antropologi Sosial Sumatera Utara angkatan ke II

2. Berpartisipasi dalam perayaan Natal Antropologi Sosial tahun 2010, 2011 dan 2013

3. Berpartisipasi dalam PMB pada tahun 2011 dan 2012 4. Pernah menjadi anggota inisiasi pada tahun 2010 di Parapat

5. Pernah mengikuti perkuliahan umum Ilmu Politik bersama Nurul Arifin di ruang sidang FISIP USU.

6. Menjabat sebagai bendahara dalam organisasi Badan Pengurus Harian (BPH) remaja dan naposo HKBP Melati tahun 2012-2014

7. Menjabat sebagai bendahara di dalam perayaan Parheheon remaja dan naposo bulung HKBP Melati 2013.

8. Berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh Indonesia Research Center pada tahun 2013.

9. Mengikuti konser Evangelisasi koor Remaja dan Naposo Bulung HKBP Melati pada November tahun 2013.

10.Mengikuti konser Evangelisasi koor Remaja dan Naposo Bulung HKBP Melati pada 23 Maret 2014.


(10)

KATA PENGANTAR

Judul ini adalah “MULTI LEVEL MARKETING” (studi life history 3 mantan anggota PT. Sophie Paris di Kota Medan). Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berisi kajian yang berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan masyarakat yang tinggal di Kota Medan. Skripsi ini membahas mengenai penyebab masyarakat ataupun member yang sudah kurang tertarik lagi untuk sekedar melihat maupun bergabung di dalam kegiatan bisnis jaringan atau yang biasa disebut dengan multi level marketing. Bisnis jaringan merupakan suatu usaha yang membutuhkandan memanfaatkan relasi atau anggota. Akhir-akhir sering sekali kita mendengar bahwa masyarakat sering merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh orang-orang atau perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang usaha jaringan atau yang biasa kita dengar dengan sebutan multi level marketing.

Sekilas memang usaha ini begitu sangat menjanjikan dan dapat diterima oleh masyarakat luas, namun seiring bertambah majunya jaman dan semakin berkembangnya dunia perbisnisan, mengakibatkan para pengusaha ataupun perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis ini sudah mengalami kemunduran dalam hal visi dan misi yang dimana kesemuanya itu untuk memuaskan anggota atau


(11)

Kesemuanya itu terlihat dari masyarakat yang sudah tidak menjadikan bisnis jaringan ini sebagai sebuah usaha yang menjanjikan untuk menopang perekonomian yang selama ini dibahas khalayak ramai. Suka duka yang dialami dan keluh kesah yang disampaikan oleh para anggota atau member ini pun terkadang tidak lagi menjadi pertimbangan dari para petinggi-petinggi di bisnis jaringan khususnya PT. Sophie Paris ini, khususnya para pemilik Bussiness Centre.

Pandangan member atau anggota mengenai bisnis jaringan yang diikutinya ternyata hanya memberikan kenikmatan hasil diawalnya saja namun untuk selanjutnya berubah menjadi keluhan bahkan menyebabkan para anggota atau

member tersebut menjadi tidak tertarik lagi dengan berbagai alasan sehingga mereka memutuskan untuk tidak bergabung ataupun menjalankan usaha bisnis jaringan tersebut.

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan bagi siapa saja yang membacanya. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis dengan senang hati menerima setiap kritikan, saran dan masukan yang membangun dari pembaca agar terciptanya suatu skripsi yang berguna bagi masyarakat. Demikianlah pengantar dari penulis, semoga skripsi ini bermanfaat memberikan kontribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan.


(12)

Medan, April 2014 Penulis ,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman persetujuan ... Halaman pengesahan ...

Pernyataan originalitas ... i

Abstrak ... ii

Ucapan terimakasih ... iii

Riwayat hidup ... vii

Kata pengantar ... ix

Daftar isi ... xii

Daftar tabel ... xiv

Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN……… .. 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Tinjauan Pustaka ... 11

1.3 Perumusan Masalah ... 19

1.4 Lokasi Penelitian ... 20

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 21

1.6 Metode Penelitian ... 21

1.6.1 Tipe Penelitian ... 22

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 22

1.7 Analisis Data ... 27

BAB II MULTI LEVEL MARKETING DAN PT. SOPHIE PARIS 28 2.1 Sejarah Lahirnya Bisnis Multi Level Marketing ... 28

2.2 Sejarah Multi Level Marketing di Indonesia ... 32

2.3 PT. Sophie Martin Sebagai Salah Satu Bagian MLM ... 33

2.3.1 Sejarah PT. Sophie Martin di Indonesia ... 33

2.3.2 Perubahan Nama Sophie Martin menjadi Sophie Paris ... 38

2.3.3 Visi dan Misi PT. Sophie Paris ... 38

2.3.3.1 Visi PT. Sophie Paris ... 38

2.3.3.2 Misi PT. Sophie Paris ... 38

2.3.4 Keanggotaan PT. Sophie Paris ... 38

2.3.5 Produk PT. Sophie Paris ... 45

BAB III LIFE HISTORY TIGA MANTAN ANGGOTA PT.SOPHIE PARIS ... 50

3.1 Ibu Lina sebagai Penjaga Toko ... 52


(14)

3.3 Ibu Iriani sebagai Guru Sekolah Dasar ... 83

BAB IV KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH TIGA ANGGOTA PT.SOPHIE PARIS ... 100

4.1 Kesibukan Pekerjaan Runtinitas atau Pekerjaan Tetap ... 100

4.2 Sulitnya Mencari Anggota atau Member ... 103

4.3 Penyampaian Informasi Menggunakan Bahasa yang Kurang Baik ... 107

4.4 Modal dan Sistem Pembayaran Tunai maupun Kredit yang Bermasalah ... 109

4.5 Kualitas dan Mutu yang Sudah Mulai Berkurang ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 119

5.1 Kesimpulan ... 119

5.2 Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124 LAMPIRAN

1. NAMA INFORMAN PENELITIAN 2. DOKUMENTASI


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Beberapa Perusahaan MLM yang Berkembang di Indonesia 4 TABEL 2 Produk-produk PT.Sophie Paris ... 47


(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Peringkat Pertama di PT. Sophie Paris ... 40 GAMBAR 2 Peringkat Kedua di PT. Sophie Paris ... 43


(17)

ABSTRAK

Fany Deski Purba, 2014. Judul skripsi: MULTI LEVEL MARKETING (studi life history 3 orang mantan anggota PT.Sophie Paris di Kota Medan). Skripsi terdiri dari 5 Bab, 105 halaman, 2 tabel dan 2 gambar.

Bisnis multi level marketing (MLM) adalah salah satu bisnis yang menggunakan sistem penjualan langsung kepada pelanggan melalui jaringan pemasaran bertingkat (perluasan jaringan yang dilakukan oleh member). Bisnis jaringan atau yang lebih sering dikenal MLM merupakan salah satu bisnis yang sudah ada sejak lama yakni di tahun 1940. Di Indonesia sendiri, bisnis pemasaran jaringan mulai ada sejak tahun 1986. Adapun yang menjadi permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini yaitu tentang life history 3 (tiga) orang mantan anggota yang pernah mengikuti bisnis jaringan ini dari awal yang menyebabkan mereka mengikuti bisnis jaringan ini sampai kepada tidak aktifnya anggota ini di MLM yang digelutinya.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi life history. Dengan tahapan pra-lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan diakhiri dengan tahap penulisan laporan penelitian. Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap para informan terkait mengenai perjalanan hidup mereka dalam mengikuti bisnis MLM ini. Dalam melakukan penelitian ini, dipergunakan alat-alat bantu berupa voice note recorder dari handphone serta menggunakan kamera sebagai alat dokumentasi di lapangan, tidak lupa juga menggunakan pedoman wawancara atau interview guide

terhadap para informan.

Permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah apa penyebab para mantan anggota ini dulunya bergabung dalam bisnis jaringan MLM, apa yang mereka alami setelah bergabung, bagaimana cara kerjanya, apa kendala yang mereka alami setelah menjadi anggota, dan apa yang menyebabkan mereka keluar atau tidak aktif lagi dalam bisnis jaringan di PT Sophie Paris tersebut.

Kesimpulan dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa bisnis jaringan yang kebanyakan orang menganggap mudah, ternyata setelah kita menjalankannya tidak semudah dengan apa yang kita telah kita ungkapkan sebelum menjadi anggota/member. Banyak kerumitan, uji mental dan juga uji handalan dalam menjalankannya seperti susahnya membagi waktu antara pekerjaan rutinitas dan juga sampingan di bisnis jaringan ini, rumitnya mencari member baru, tidak cakap atau handalnya dalam menyampaikan informasi terkait mengenai bisnis jaringan tersebut, perekonomian yang semakin hari semakin merosot, serta kualitas dan mutu dari produk-produk yang ditawarkan terkadang tidak sesuai dan membuat konsumen kecewa.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Ditengah-tengah pergelutan perekonomian dan semakin maraknya krisis moneter pada tahun 1997 yang masih menyisakan begitu banyak kenangan dan pengalaman kelam bagi dunia usaha kita. Banyak perusahan-perusahaan swasta baik yang bergerak dalam skala usaha besar, menengah, dan kecil sekalipun mengalami kemerosotan dan akhirnya gulung tikar, tetapi tidak dengan usaha jaringan langsung atau direct selling. Sebuah bisnis yang berdasarkan jaringan atau yang biasa kita kenal dengan nama MLM (Multi Level Marketing) saat ini banyak sekali ditemukan di Indonesia. MLM adalah sistem penjualan yang memanfaatkan konsumen sebagai tenaga penyalur. Menurut data APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) sampai tahun 2013 ada lebih dari 58 perusahaan MLM yang tergabung menjadi anggota APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). Tidak hanya sampai disitu saja, hampir di setiap bulannya ada saja perusahaan MLM baru yang membuka usahanya di Indonesia1

1

Tiap tahunnya banyak perusahaan yang menggunakan system pemasaran jaringan bermunculan khususnya di Indonesia. Mulai dari perusahaan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Saat ini tercatat sekital 58 perusahaan MLM (Multi Level Marketing) yang ikut terdaftar dalam APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). Sumber:

http://suksesbisnisrumahan.com/tips/daftar-mlm-indonesia-anggota-apli-2.

, baik perusahaan lokal dalam negeri maupun perusahaan luar negeri. Peter J. Clathier (1996) mendefenisikan atau mengartikan MLM merupakan suatu cara atau metode menjual barang secara langsung kepada pelanggannya melalui


(19)

jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas yang memperkenalkan para distributor berikutnya.2

Multi Level Marketing (MLM) pertama sekali ditemukan oleh dua orang professor pemasaran dari Universitas Chicago pada tahun 1940-an

Untuk memperkenalkan produk MLM biasanya dilakukan tanpa harus beriklan baik di media cetak maupun media elektronik dan tanpa harus mengeluarkan anggaran yang besar, tetapi hanya dengan menggunakan keahlian distributor untuk memperkenalkan secara langsung produk tersebut dan merekrut anggota baru.

3

. Produk pertama yang dijual adalah vitamin dan makanan tambahan Nutrilite4

2

Istilah distributor lepas dan distributor berikutnya dalam bisnis MLM dikenal dengan sebutan upline

dan downline. Upline adalah orang yang mengajak dan mendaftarkan seorang sesorang menjadi anggota atau distributor sebuah perusahaan MLM, sedangkan downline orang yang direkrut untuk bergabung serta memasarkan produk. Downline akan bergerak naik menjadi upline bila dia memiliki jaringan dibawahnya. Sumber: http://www.lepamk.com/2012/08/pengertian

-multi-level-marketing_25.html?m=1

. Saat itu, Nutrilite Products Inc merupakan salah satu perusahaan Amerika yang dikenal telah menggunakan metode penjualan secara bertingkat. Wuryando (2010: 15-16) mengatakan bahwa dalam perkembangan selanjutnya perusahaan MLM Amway mendapat pengakuan dari pemerintah Amerika Serikat dan mengesahkan kelegalannya sebagai perusahaan MLM, kemudian disusul dengan didirikannya perusahaan MLM yang bergerak di bidang kesehatan oleh DR. Forrest Shaklee sejitar tahun 1970-an.

3

Sumber

4

Artikel tentang sejarah Multi Level Marketing (MLM) oleh Dwiarko seorang konsultan dan trainer di BrandKita yang begerak di bidang Smart Barnding (Personal Brand, company Crand dan Online Branding) dan juga seorang pemilik usaha di bidang konsultan IT. Sumber:


(20)

Di era globalisasi seperti sekarang ini, ribuan perusahaan MLM bermunculan dan menjelma menjadi sebuah industri besar yang menguntungkan. Dimana produk-produk di berbagai belahan dunia, mulai dari kebutuhan yang berupa produk elektronik serta produk rumah tangga semua dipasarkan dengan cara pemasaran bertingkat diantaranya, perusahaan yang terkenal seperti Neolife serta Herbalife. Masing-masing perusahaan tersebut memiliki lebih dari 50.000 distributor (Trecy 2007:5), sampai akhirnya bisnis MLM ini mengalami perkembangan yang pesat. WFDSA (World Federation of Direct Sellling Association) atau yang lebih dikenal dengan Federasi Dunia Asosiasi Penjualan Langsung, DSA (Direct Selling Association) atau Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia serta FEDSA (Federation of European Direct Selling Association) pernah menyebutkan bahwa setidaknya ada 1300 perusahaan MLM diseluruh dunia, namun belum semua perusahaan yang menggunakan MLM tersebut terdaftar sebagai anggota APLI, FEDSA, maupun WDFSA (Harefa,2000:25).

Di Indonesia, MLM berdiri pada tahun 1986 kota Bandung. Perusahaan MLM pertama tersebut ialah PT. Nusantara Sun Chlorella Tama dan berganti nama dengan CNI (Wuryando, 2010). Setelah itu diikuti dengan masuknya Amway, Sophie Martin, Herbalife dan lain-lainnya. Tercatat kurang lebih ada 176 perusahaan yang akan masuk untuk meramaikan industry MLM di Indonesia5

5

Sumber: http://www.apli.or.id/list_anggota.php?page=1)


(21)

lebih dari 237 juta jiwa6

Tabel 1.1

. Berikut ini adalah daftar dari sebagian besar MLM yang terangkum.

Beberapa Perusahaan MLM yang berkembang di Indonesia

NO NAMA

PERUSAHAAN MEREK PRODUK NAMA PRODUK JUMLAH ANGGOTA AKTIF 1 PT. Orindo Alam

Ayu

Oriflame Cosmetic 70.000-80.000

2 PT. Amindoway

Indonesia

Amway Cosmetic, skin

care,

Supplement,dll

50.000

3 PT. Sinergiplasindo Dinamika

Sinergiplasindo Cosmetic, food supplement

40.000

4 PT. Nadja Sukses Utama Sophie Martin/ Paris Fashion, accesorris, and cosmetic 50.000

5 PT. SolarajaPersada Jaya

Prime & New First World Skin care, cosmetic, food 500-1000 6 .Sumber


(22)

supplement, body line

6 PT.Kangsen Kenko Indonesia

Kangsen Kenko Cosmetic, health food

40.000

7 PT. Dura Estetika Utama

Duraskin Cosmetic 20.000

8 PT. Nusa Selaras Utama

Nu Skin Cosmetic, food

supplement

40.000

9 PT. Avin Indonesia Avon Cosmetic 55.000

10 PT. Nugra

Aloeverindo

Forever Living Cosmetic, skin care, health care

40.000

Sumbe

Dalam proses perkembangannya, MLM memang memberikan kesempatan bagi setiap orang, yang semula tidak diperhitungkan di dunia perdagangan. Bisnis ini menawarkan kemudahan bagi setiap orang, tanpa terkecuali dengan cara yang sederhana, untuk menambah penghasilan mereka. MLM memperbolehkan orang berbisnis dengan produk atau jasa yang unik dan inovatif,7

7

Inovatif menurut etimologi, berasal dari kata innovation yang bermakna ‘pembaharuan’, atau

‘penemuan’. Sumber: http://erzaramdan.blogspot.com/2012/06/pengertian-kreativitas-dan-inovasi.html?m=1.

membawa mereka ke pasar tanpa mengeluarkan biaya iklan di media massa yang sangat besar, tanpa harus bersaing di toko-toko pengecer lainnya. Suatu metode distribusi eceran dengan


(23)

sentuhan pribadi yang sudah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Industri ini akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat untuk memperoleh kebebasan financial tanpa harus terikat oleh waktu, yang tidak dijumpai di pasar kerja dalam industry tradisional.

Saat ini, bisnis MLM (Multi Level Marketing) sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kehadiran MLM ini di Indonesia memungkinkan bisnis ini menjadi jembatan untuk memperbaiki perekenomian masyarakat ditengah-tengah himpitan ekonomi yang semakin keras dan banyak menimbulkan pengangguran dimana-mana. Di Indonesia, mendengar kata “pengangguran”8

Faktor ekonomis dari sebuah MLM bagi masyarakat luas adalah banyak tersedianya lapangan pekerjaan yang berarti mengurangi jumlah pengangguran, anggotakan penghasilan tambahan bagi masyarakat, serta peluang belajar untuk berbisnis yang gratis. Pada masa krisis, Multi Level Marketing (MLM) dapat menjadi substitusi pekerjaan bagi para karyawan yang terimbas korban pemutusan hubungan kerja atau PHK di perusahaan tempatnya bekerja.

bukanlah hal yang baru lagi, tetapi itu merupakan masalah yang masih belum bisa diselesaikan.

Banyak sekali orang yang tidak memperhatikan fakta, bahwa di Amerika Serikat industri (Multi Level Marketeing) atau MLM yang dikenal sejak tahun 1940-8

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.


(24)

an ini terus mengalami perkembangan yang pesat setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, pertumbuhan penduduk dan pengangguran yang terus menerus meningkat tajam dikarenakan berbagai krisis dan teknologisasi alat-alat produksi tidak sebanding dengan jumlah orang yang mendaftarkan diri sebagai distributor MLM setiap hari, sehingga perkembangan industry bertingkat jaringan/MLM ini cukup menjanjikan.

Akan tetapi, seiring dengan dengan fakta yang berkembang dilapangan, bisnis MLM atau Multi Level Marketing ini tidak berjalan mulus. Hal ini dikarenakan adanya penyalahgunaan kepentingan oleh pihak-pihak atau orang-orang tertentu untuk memperoleh untung sebesar mungkin dengan tempo waktu yang singkat. Sebagai contoh kasus yang mengatasnamakan MLM di Indonesia yang telah melakukan penipuan yakni yang biasa kita sebut dengan money game 9

• Kasus Money Game Berkedok Arisan Berantai dan Koperasi yaitu tanpa komoditi sama sekali,contohnya: Yayasan Keluarga Adil Makmur

, seperti MLM yang bertindak melipat gandakan uang dan sudah menyimpang dari aturan. Di Indonesia sendiri, kasus praktek money game yang berlatarbelakang MLM ini telah banyak dijumpai, ada beberapa perusahaan yang melakukan prakter money game itu, seperti:

9

Wuryando memberikan sebuah contoh untuk memberikan kita pemahaman dari cara kerja money game yang berkedok MLM. seorang mengeluarkan uang Rp 100.000,- dan mendapat produk senilai Rp 10.00,- atau tidak mendapatkan produk sama sekali tetapi hanya mendapatkan kartu anggota saja. Seseorang akan mendapatkan produk setelah mencapai jumlah downline tertentu misalnya 200:200. Uang pendaftaran tidak realistis sebab uang pendaftaran itu yang digunakan untuk membayar bonus-bonus (Wuryando 2010:72)


(25)

Ongkowijoya (YKAMO) pada tahun 1987, PT. Sapta Mitra Ekakarya ( Arisan Danasonic) 1995, dan kasus CV. Sukma di Semarang dan CV. Jamina di Tegal tahun 2008 dimana kedua perusahaan tersebut sama-sama menjanjikan pelunasan kendaraan bermotor.

• Kasus Money Game dan Skema Piramid adalah produk yang dijual setinggi langit namun yang menjadi nilai jual adalah pengembalian modal hingga minimal 1,5-2 kali lipat dari modal awal bergabung, contohnya: PT. Banyumas Mulia Abadi (BMA) terjadi pada tahun 1996-1999, kasus, Higam Net pada tahun 1996-1999, kasus Yayasan Amal Muslim Indonesia (YAMI) dari Surabaya dalam program naik haji murah dan system Piramida pada tahun 2000, kasus PT. Cita Hidayat Komunikaputra (CHK) yang didirikan pada tahun 1998 di Bandung oleh Dedi Hanurawan yang berkedok MLM melalui produk BBM, Oli, dan SPBU dengan dalih penanaman modal, kasus Bisnis Voucher Pulsa Handphone, yang berlangsung pada tahun 2004 dengan berkedok MLM karena produk voucher hanya fiktif belaka, kasus PT.Gee Cosmos Indonesia (GCI) yang dipimpin Amran Madanatja dengan system money game yang berkedok MLM (Multi Level Marketing) tahun 2002 dan beberapa kasus money game lainnya (Wuryando 2010:81-83).

Berbagai praktek money game itu sempat beroperasi di kalangan masyarakat Indonesia. Praktek tersebut memakai sistem dan cara kerja MLM, ditambah dengan


(26)

iming-iming mendapatkan keuntungan yang banyak dalam waktu yang relatif singkat, sehingga membuat, masyarakat tertarik untu mencoba dan mengikutinya. Tuti Nonka mengatakan bahwa iming-iming yang selalu diberikan oleh perekrut anggota jaringan

Multi Level Marketing adalah bahwa orang yang menjalankan bisnis MLM dan sudah menduduki jajaran top management (upline) akan bisa pension dalam usia muda, dan tinggal ongkang-ongkang menikmati uang yang terus mengalir masuk dari para

downline.10

Money Game sendiri berasal dari Kota New York yakni pada tahun 1919 yang didirikan oleh Charles K. Ponzi ( Wuryando 2010: 69). Perusahaan yang didirikan oleh Charles K. Ponzi ini bernama The Security and Exchange. Lebih lanjut Wuyando (2010) mengatakan bahwa perusahaan Charles K. Ponzi ini menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan keuntungan sebesar 50% dalam waktu hanya 3 bulan. Ditambah lagi dengan komisi sebesar 10% bila member berhasil membawa investor baru. Dalam waktu singkat Charles K.Ponzi dengan mudah berhasil mendapatkan keuntungan sebesar 15 juta dollar.

Kasus-kasus yang telah disebutkan diatas pada akhirnya membuat nama baik MLM (Multi Level Marketing) menjadi buruk di masyarakat. Sebahagian dari masyarakat kehilangan rasa kepercayaannya terhadap perusahaan MLM bahkan masyarakat sudah memandang apriori terhadap perusahaan MLM tersebut. Masyarakat melihat bahwa MLM itu merupakan perusahaan yang bergerak dalam

10


(27)

bisnis ajang penipuan dan kebohongan yang kerjanya hanya membohongi orang-orang agar mau bergabung dan masuk dalam perusahaan MLM. Fitzpatrick (dalam Santoso, 2003:126-133) menambahkan beberapa poin mengenai kebohongan yang selalu dilakukan dan ditawarkan oleh para pelaku bisnis MLM ( Multi Level Marketing).

1. MLM adalah bisnis yang menawarkan kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan banyak uang dibandingkan dengan bisnis lain maupun pekerjaan lainnya.

2. Network marketing adalah cara baru yang paling populer dan efektif untuk membawa produk ke pasar. Konsumen menyukai membeli produk dengan cara door-to-door.

3. Di suatu saat kelak, semua produk akan dijual dengan model MLM. Para pengecer, mall, katalog, dan sebagian besar pengiklanan akan mati karena MLM.

4. MLM adalah gaya hidup yang menawarkan kebahagian dan kepuasan. MLM merupakan cara untuk mendapatkan segala kebaikan dalam hidup. 5. Sukses dalam MLM itu mudah. Teman dan saudara adalah prospek.

Mereka yang mencintai dan mendukung anda akan menjadi konsumen anda seumur hidup.

6. Anda dapat melakukan MLM di waktu luang. Sebagai sebuah bisnis, MLM menawarkan fleksibilitas dan kebebasan mengatru waktu.


(28)

beberapa jam seminggu dapat menghasilakan tambahan pendapatan yang besar dan dapat berkembang menjadi sangat besar sehingga kita tidak perlu lagi bekerja yang lain.

7. MLM merupakan pilihan terbaik untuk memiliki bisnis sendiri dan mendapatkan kemnadirian ekonomi yang nyata.

Dari hal-hal yang dikemukakan diatas, maka dapat dilihat berbagai aspek

miring mengenai bisnis jaringan ini. Sehingga lambat-laun semakin menurunkan minat masyarakat dalam menggeluti bisnis jaringan yaitu MLM atau Multi Level Marketing ini. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk menulis mengenai Berkurangnya Minat Masyarakat Terhadap Usaha Bisnis Jaringan MLM.

1.2Tinjauan Pustaka

Berkembangnya bisnis Multi Level Marketing di Indonesia, tidak terlepas dari pengaruh negara kapitalis seperti Amerika Serikat ( Dobs dalam Sanderson, 1993 : 203). Sejak kelahirannya pada abad XV, ekonomi dunia kapitalis mengalami ekspansi dan evolusi yang terus menerus. Ekspansi yaitu kapitalisme terus menerus memperluas jangkauan geografisnya di muka bumi hingga masuknya Amway ke Indonesia pada tahun 1986 sekaligus awal berkembangnya bisnis Multi Level Marketing di Indonesia. Kehadiran bisnis MLM ini tentu sangat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat di Indonesia karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai harapan dan cita-cita untuk mendapatkan kehidupan yang layak, sehingga secara


(29)

normal dapat menjalani hidup, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada gangguan ekonomi (Sinaga, 2005:12).

Perilaku ekonomi suatu masyarakat tidak terlepas dari bagaimana sikap dasar suatu masyarakat, struktur suatu masyarakat, cara berpikir, cara pandang, dan sebagainya. Oleh karena itu, hubungan ekonomis antara tindakan tersebut didasarkan atas tata nilai sebagai hasil dari proses kebudayaan. Dengan kata lain, nilai budaya suatu masyarakat akan berperan terhadap hubungan ekonomis (Wiranata 2002:22).

Maggio dalam Nursyirwan (1997:289) mengatakan bahwa jika kebudayaan digunakan secara serius di dalam memahami fenomena ekonomi, nanti tidak hanya akan memperkaya pemahaman interpretatif tentang fenomena itu, tetapi juga akan membantu dalam menjelaskan fenomena tersebut dengan lebih baik. (Spredley 1997:5) Kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Dari defenisi ini dapat dikembangkanbahwa kebudayaan terdiri dari:

1. Kategori-kategori yang digunakan manusia untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan pengalamannya, aturan-aturan yang dipelajari manusia untuk tindakan-tindakannya yang tepat selanjutnya.

2. Peta pengetahuan (kognitif) yang memungkinkan manusia untuk menginterpretasikan tindakannya dan peristiwa-peristiwa yang dihadapinya selanjutnya.


(30)

3. Rencana-rencana manusia untuk mengatur tindakan untuk mencapai suatu tujuan (Thomasita, 1990:10)

Seseorang yang memutuskan untuk bergabung dalam bisnis MLM mempunyai tujuan yang ingin diraihnya, Rich de VOs (Harefa,1999:1-2) mengatakan:

kita percaya sukses hanya datang dari orang-orang yang menetapkan tujuan dan kemudian bekerja dengan giat untuk mencapainya

Cita-cita, impian, tujuan, obsesi serta angan-angan ataupun yang lainnya adalah salah satu penggerak motivasi manusia. Oleh karena itu, dalam melakukan suatu tindakan setiap individu mempunyai motivasi tertentu untuk melakukannya. Motivasi adalah soal pribadi untuk melakukan suatu tindakan atas dasar keinginan dan harapan karena faktor pendorong setiap orang berbeda-beda. Clifford Geertz (1976) mengatakan bahwa motivasi kewiraswastaan dikalangan santri di Mojokuto tidak didasari oleh kepentingan bisnis,melainkan oleh kesadaran golongan santri untuk mendapatkan gengsi dalam kehidupan sosial di masyarakat. Begitu juga dengan golongan bnagsawan di Tabanan Bali yang memilih hidup sebagai wiraswastawan,. Para bangsawan di Tabanan Bali ini memilih pekerjaan tersebut sebagai alternatif untuk mempertahankan status quonya sebagai kelas terpandang dalam masyarakat (Sairin dkk, 2002:117).


(31)

Drucker dalam Osborne (1999:9) meyakinkan bahwa hampir setiap orang bisa menjadi wirausahawan, asalkan organisasinya disusun untuk mendorong kewirausahaan. Clothier (1996:12) mengatakan bahwa bisnis MLM tidak hanya member keuntungan materi saja, melainkan juga masih banyak manfaat non materi yang diperoleh. Misalnya persahabatan yang terjalin, pengembangan pribadi dan peluang untuk membantu orang lain. Dengan meode penjuaan door to door dan face to face dari satu individu ke individu yang lainnya, penjualanya mempunyai peluang untuk mengembangkan hubungan bersahabat dengan para konsumennya.

Dalam bisnis jaringan atau MLM, setiap member berusaha untuk mengembangkan jaringan bisnisnya masing-masing. Hal ini dilakukan karena membangun jaringan merupakan cara untuk memperoleh penghasilan besar dalam MLM (Clothier 1994;39). Kemudian Firth dalam Sairin (2002:94) melihat bahwa aktivitas ekonomi sangat tergantung pada peran individu-individu dalam jaringan ekonomi, dari hal inilah yang membuat para pelaku semakin memperbesar jaringan bisnisnya. Keberhasilan sebuah Multi Level Markeeting , tidak lepas dari peranan para anggota-anggotanya dalam membentuk jaringan yang aktif dan solid. Membangun jaringan penjualan merupakan cara untuk memperoleh penghasilan besar dalam bisnis MLM. Harefa (1999:114) mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan penghasilan, seseorang harus membangun jaringan atau network. Maka dengan demikian kesempatan untuk mendapatkan uang akan bertambah serta akan terjadi peningkatan kelompok jaringan yang dibangunnya.


(32)

Dalam konteks bisnis, Orru (1996;272) melihat penyebab munculnya jaringan adalah dipengaruhi oleh faktor yang saling berkaitan, yaitu:

• Faktor kelembagaan yaitu mengacu pada interaksi rutin yang dibentuk secara sosial yang memudahkan pembentukan jaringan.

• Faktor teknis yaitu mengacu pada tekanan linkungan untuk mempertahankan bisnis yang membentuk solusi dan bentuk jaringan. Suatu jaringan kerja dapat didefinisikan sebgai bentuk hubungn antar individu yang melampui batas-batas geografis desa atau garis keturunan. Seseorang dapat dianggap keluarga karena adanya kedekatan jarak geografis dan atau hubungan social, misalnya dengan sahabat. Sebaliknya seorang kerabat dekat bias saja dianggap jauh karena terpisah secara social maupun geografis untuk jangka waktu yang lama, atau karena adanya konflik dan sikap permusuhan di antara mereka. Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi ini adalah hubungan-hubungan tercipta untuk suatu tujuan tertentu (Sjahrir, 1995:14)

Kou (1996:121) mengatakan setiap individu dalam jaringan mengetahui satu sama lain, maka persahabatan yang terjalin adalah dapat merubah hubungan yang sederhana seperti antara seorang pekerja dengan majikan kepada hubungan yang komplek, seperti hubungan antara anggota masyarakat, dalam jaringan juga terdapat saling ketergantungan dan dukungan timbal balik di antara individu-individu tersebut.


(33)

Setiap individu dalam suatu jaringan pada umumnya membangun sebuah hubungan atau relasi dengan sesamanya. Ahimsa-Putra (Sarmini 2003:358-361) membaginya relasi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

• Relasi biasa, yakni hubungan kenalan biasa antar individu dimana jika mereka bertemu mereka hanya akan tegur sapa seadanya dan tidak dilanjutkan dengan pembicaraan mengenai usaha mereka. Dalam hal ini, mereka saling mengetahui bahwa mereka menekuni usaha yang sama namun mereka tidak bekerjasama dalam usaha tersebut.

• Relasi patron-klien, yakni hubungan antar dua orang yang berbeda status sosial-ekonominya dimana yanga satu bertindak sebagai patron dan yang satu sebagai klien.

• Relasi persahabatan, yakni relasi yang menyerupai hubungan kekeluargaan.

Sesuai dengan kondisi Indonesia yang tingkat kekerabatannya relatif tinggi, maka dalam merekrut konsumen atau downline kekerabatan juga menjadi salah satu andalan utama. Hubungan kekerabatan dapat dijadikan cara untuk menarik simpati dari calon downline yang akan diprospek. Pada hakekatnya, hubungan kekerabatan merupakan aksioma kesetiakawanan atau the axiom of amity. Kesetiakawanan mengacu pada kebiasaan saling memberikan bantuan atau mutual support antara kerabat yang satu dengan kerbat yang lain, yang merupakan suatu ekspresi mengenai aturan yang memberikan petunjuk untuk mendahulukan kepentingan orang lain.


(34)

Penelitian tentang multi level marketing dalam kaitannya dengan motivasi, hubungan-hubungan social, jaringan kerja, dan strategi penjualan pada dasarnya betitik tolak dari pemikiran Firth yang mengtakan bahwa system ekonomi dan aspek—aspeknya merupakan bagian dari keseluruhan system social budaya masyarkat yang bersangkutan seperti yang dikemukakan oleh Firth dalam Winarto (1980:283) bahwa :

“economic relationship are part of an overall system of social relationship (however weakly system be structured and intergrated). The economis system (or sub-system) is therefore to be fully understood only in contex of social, political, ritual, moral and even aesthetic activities and values, and in turn affects these.”

Dengan demikian, tindakan-tindakan individu yang dilakuakn dalam kegiatan ekonomi berkaitan erat dengan keseluruhan system social budaya masyarakat itu sendiri.

Menurut Clothier (1996: 234), bahwa cara yang paling efektif untuk membina suatu bisnis MLM adalah jaringan keluarga, sahabat, saudara-saudara bahkan semua orang yang pernah menolak kita. Sehingga dapat dikatakan bahwa bisnis MLM merupakan bisnis keluarga yang mepersatukan keluarga-keluarga, bukan memisahkan. Selain itu ada beberapa cara yang dapat dipakai oleh upline untuk menembus pasar potensialnya yaitu:


(35)

1. Cold Canvasing

Berdasarkan cara ini seorang wiraniaga mengunjungi setiap orang atau perusahaan-perusahaan di daerah tertentu yang diharapkan bersedia membeli produk yang ditawarkannya. Cara ini akan berjalan efektif apabila produk yang ditawarkannya adalah barang yang diperlukan oleh kebanyakan orang.

2. Metode berantai yang tingdak berpangkal

Cara ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa jalur menuju ke pembeli potensial adalah melalui pembeli yang puas.

3. Pembelian Rekomendasi

Seorang wiraniaga dapat meminta bantuan para pembeli untuk member nama serta alamat dari teman atau kerabat mereka yang mungkin berminat membeli (Pasaribu, 2001:10)

Kekuatan relasi tersebut pada akhirnya dipergunakan seseorang untuk menjalani kehidupannya ( Damsar 2009:163). Dalam konteks Multi Level Marketing,

kekuatan relasi tersebut akan dimanfaatkan untuk memperluas dan mengambangkan bisnis jaringan.

Beberapa MLM di Indonesia banyak juga yang mengalami jatuh bangun dalam mendirikan perusahaannya. Misalnya PT. Avon Indonesia yang sangat terkenal sejak tahun 1988 mengalami kebangkrutan sejak awal februari 2006 yang lalu. Padahal MLM ini sudah termasuk salah satu MLM yang cukup mapan di bidangnya.


(36)

Hal ini disebabkan oelah semakin kuatnya persaingan penjualan produk di pasaran. Adanya MLM baru di pasaran yang menjual produk yang serupa membuat Avon semakin kalah dalam bersaing, sehingga tidak menutup kemungkinan semua anggota yang bekerja di Avon menjadi anggota di perusahaan MLM baru yang serupa tersebut. Banyaknya anggota yang berpindah karena mereka melihat potensi atau peluang di mana kira-kira bisa mendapatkan untung dan bonus yang lebih besar.

Mengenai bisnis jaringan yang menggunakan sistem Multi Level Marketing

atau banyak bisnis-bisnis yang berkedok Multi Level Marketing yang masih meragukan ataupun yang sudah jelas ketahuan tidak sehatnya bisnis tersebut baik dari segi kehalalan produknya, sistem Marketing Fee, legalitas formal, pertanggung jawaban, tidak terbebasnya dari unsur-unsur permainan bunga ataupun penggandaan uang,merugikan nasabah dengan money game, perjudian, seperti kasus New Era 21, BMA, Solusi Centre

1.3Perumusan Masalah

Berdasarkan dari keadaan yang dijelaskan pada latar belakang di atas, maka masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1. Penyebab anggota tersebut tidak aktif lagi dalam kegiatan MLM yang dulu digelutinya

2. Bagaimana pandangan anggota yang sudah keluar dari bisnis MLM tersebut sebelum keluar dan sesudah keluar?


(37)

1.4Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan tempat para informan yang hendak diteliti berada dan juga kampus. Untuk mencari informan ini, peneliti bertanya kepada salah satu anggota yang pernah bergabung dalam bisnis multi level marketing di PT.Sophie Martin yang kini berganti menjadi PT. Sophie Paris, dan dari anggota tersebut memberikan informasi terkait mengenai teman-teman dari informan pernah mengikuti bisnis ini. Begitu juga halnya dengan di kampus, peneliti juga menanyakan kepada salah satu teman, dan bergilir ke teman berikutnya, sehingga penelitian ini dapat berlangsung. Peneliti melakukan penelitian dikampus karena bisnis jaringan ini banyak menggarap para mahasiswa untuk bergabung menjadi anggotanya.

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat serta mengetahui mengapa serta apa yang menyebabkan anggota MLM tersebut keluar dari bisnis MLM yang digelutinya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan terhadap masyarakat tentang aturan multi level marketing yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati (peraturan MLM itu sendiri), mengetahui seberapa besar pengetahuan anggota tentang MLM Sophie Martin yang pernah digelutinya.


(38)

Manfaat penelitian ini secara akademis yaitu untuk menambah literatur khususnya dalam Antropologi, tentang dunia bisnis Multi Level Marketing. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan ataupun sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang berkepentingan ataupun yang tertarik dalam bisnis jaringan, khususnya alasan penyebab para anggota MLM tersebut keluar dari bisnis MLM yang pernah digelutinya.

1.6Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat life history. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistic dan kuantitatif lainnya. Penelitian ini akan mengumpulkan data kualitatif untuk menjawab persoalan dari permasalahan peneliti.

Dengan tahapan penelitian yaitu, pra-lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data, dan diakhiri dengan penulisan laporan penelitian. Penelitian ini berusaha menjelaskan mengenai permasalahan yang menimbulkan mengapa para anggota banyak yang tidak mau lagi bergabung dalam bisnis jaringan ini, dan semakin sulitnya mendapatkan para anggota yang baru dalam membangun dan memajukan kembali usaha MLM ini.


(39)

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Dalam penelitian ini, untuk pertama kalinya peneliti melakukan observasi11

11

Observasi adalah suatu tindakan untuk meneliti suatu gejala (tingkah laku, peristiwa, artefak) dengan cara mengamati.

lapangan atau biasa disebut dengan pengamatan. Dalam pengamatan ini, peneliti pertama sekali mengamati situasi di daerah lingkungan tempat peneliti tinggal. Tepat pukul 15.30 pada tanggal 26boktober 2013, para tetangga khususnya ibu-ibu serta anak gadisnya sibuk melihat-lihat katalog yang ditawarkan oleh ibu yang biasa disebut dengan “opung vena” atau ibu Lina, berumur 35 tahun dan memiliki seorang suami bernama bapak Hendra yang berumur 38 tahun, bekerja sebagai wartawan di SIB (Sinar Indonesia Baru). Ibu Rina ini sudah 3 tahun menjadi anggota bisnis MLM atau yang lebih tepatnya bisnis jaringan di PT.Oriflame dan baru 2 tahun terakhir ini menjadi anggota bisnis jaringan ifa. Pertama sekali menjadi anggota sekitar umur 32 tahun, dan dulunya ibu Lina ini bekerja sebagai penjaga toko baju di toko kepunyaan kakaknya, tepatnya di pasar central. Beliau tertarik mengikuti bisnis ini atas rekomendasi oleh temannya ( sama-sama penjaga toko). Ibu Lina ini termasuk seorang perempuan yang rajin berdandan, dan dari situ temannya yang sama-sama bekerja sebagai penjaga toko tersebut memberikan katalog kepada ibu Lina, dan dari situ ibu Lina ini suka


(40)

membeli alat-alat kosmetik dari temannya, karena melihat peluang ini, temannya tersebut menawarkan untuk bergabung menjadi member , dan memberikan pengetahuan tentang hal-hal yang akan di peroleh setelah menjadi member. Setelah menjadi member, ibu Lina ini lantas tidak hanya memakai sendiri kosmetiknya, tetapi dia juga menawarkan produk-produk itu kepada keluarga, teman kerja, bahkan tetangga-tetangga yang berada di kisaran rumahnya.

Banyak ibu-ibu rumah tangga yang juga membeli produk yang ditawarkannya, dengan cara menyicil 3 kali angsuran pembayaran produk tersebut. Tidak hanya itu, beliau juga mengatakan banyak juga mahasiswa dan anak-anak sekolah khususnya SMA yang membeli ataupun memesan kosmetik tersebut darinya. Berbicara mengenai anggota bawahan ataupun

downline ibu Lina tidak tertarik untuk merekrut anggota, karena beliau hanya penikmat saja dan tidak ingin terobsesi sebagai leader ataupun top leader sebagaimana yang sering di buming-bumingkan dalam bisnis jaringan biasanya.

Dari hasil pengamatan ini, penulis mendapat kesimpulan untuk meneliti bisnis jaringan lain yang lebih lama berdirinya dibandingkan bisnis oriflame yang digeluti oleh ibu Lina tersebut. Peneliti tertarik untuk meneliti bisnis jaringan di PT. Sophie Martin, atau yang berubah nama menjadi Sophie Paris, dikarenakan bisnis ini tidak hanya menawarkan


(41)

produk-produk kosmetik saja, tetapi juga menawarkan produk fashion, berpa tas, pakaian, sepatu, dompet, bagi pria maupun wanita serta anak-anak.

b. Wawancara

Tidak hanya menggunakan teknik observasi, peneliti juga melakukan teknis pengumpulan data dengan menggunakan wawancara. Dimana wawancara itu sendiri adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan antara dua orang atau pihak yaitu pewawancara yang memberikan pertanyaan dengan informan yang menjawab pertanyaan dari si pewawancara. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara terbuka agar informan bebas bercerita tentang pengalamannya dan segala informasi yang dimilikinya. Wawancara yang diilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam ( depth interview). Wawancara mendalam (depth interview ) merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.


(42)

Wawancara dilakukan dengan bantuan pedoman wawancara (interview guide). Sesuai dengan pendapat (Spradley, 1997) yang mengatakan bahwa, metode wawancara mendalam (in–depth interview) jenis ini tentunya berpijak pada prinsip bahwa peneliti melakukan learning from people (belajar pada masyarakat), dan bukannya study of people (mengkaji masyarakat).

Wawancara dilakukan dengan para anggota yang memang sudah menjadi anggota dari bisnis MLM atau Multi Level Marketing PT. Sophie Martin atau PT Sophie Paris dengan lama bekerja tidak terlalu diperhitungkan.

Dalam melakukan wawancara, peneliti menyesuaikan waktu dengan keadaan dan kegiatan para informan. Selain melakukan wawancara mendalam, peneliti juga melakukan wawancara sambil lalu. Wawancara sambil lalu ini berupa percakapan-percakapan sehari-hari yang dilakukan secara bebas tetapi masih tetap berhubungan dengan masalah yang hendak dipecahkan.

Pada saat melakukan wawancara peneliti menggunakan alat-alat eletronik yang sangat berguna ketika peneliti berada dilapangan, yaitu berupa alat perekam (voice notes recorder), kamera handphone (telepon genggam), serta buku catatan kecil. Peneliti menyadari bahwa peneliti juga punya keterbatasan sehingga alat perekam, kamera dan buku catatan


(43)

ini nantinya membantu peneliti untuk mendapatkan dan mengerti segala informasi saat wawancara berlangsung. Semua hasil wawancara mendalam dengan informan dapat terhimpun tanpa ada yang tertinggal.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari berbagai literatur data yang ada hubungan dengan penelitian ini. Studi pustaka ataupun literatur penelitian tersebut yaitu mengenai bisnis multi level marketing PT.Sophie Paris, keanggotan, sejarah muncul dan lahirnya Sophie Martin.

Jenis kepustakaan dapat berupa buku-buku teori, laporan penelitian; skripsi, tesis, disertasi, artikel, opini dari surat kabar atau majalah. Perkembangan teknologi yang begitu pesat juga membantu dalam pencarian informasi melalui media online12 seperti internet.

1.7Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain data yang diperoleh dari observasi maupun wawancara sambil lalu ataupun mendalam dilapangan, analisis data juga meliputi pengumpulan hasil pemberitaan yang berasal dari media massa, buku-buku yang berkaitan dengan Multi Level Marketing.

12


(44)

Keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan kemudian disusun secara sistematis, sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dipahami. Data yang telah disusun tersebut akan memberikan gambaran yang lebih tegas tentang hasil pengamatan dan peneliti akhirnya menemukan tema-tema yang saling berkaitan. Sehingga dapat memudahkan peneliti untuk menyajikan data berupa informasi yang terpaparkan secara terperinci dan mendalam. Dengan melakukan cara di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan kesimpulan dari hasil penelitian.


(45)

BAB II

MULTI LEVEL MARKETING DAN PT. SOPHIE PARIS

2.1 Sejarah Lahirnya Bisnis Multi Level Marketing

Multi Level Marketing adalah industri khusus yang agak berbeda dengan cara penjualan konvensional. Istilah Multi Level Marketing merujuk kepada sebuah bisnis di mana pemasaran produk atau jasa dilakukan oleh individu yang independen, artinya tidak terikat kontrak kerja dengan perusahaan pengelola bisnisnya. Individu ini lalu membentuk sebuah jaringan kerja untuk memasarkan produk atau jasa. Dari hasil penjualan pribadi dan jaringannya, setiap bulam perusahaan akan memperhitungkan bonus atau komisi sebagai hasil usahanya. Individu-individu ini yang disebut dengan distributor MLM, akan tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai pengusahamandiri/anggota/member/dialer MLM dan lain-lain.

Secara Harfiah, Multi Level Marketing berarti pemasaran banyak tingkat. Namun, terkadang MLM disebut juga sebagai network marketing atau pemasaran secara jaringan. Semua artinya sama saja, yaitu pemasaran produk atau jasa oleh seseorang atau sekelompok orang independen yang membuat jaringan kerjasama bertingkat yang dijual secara langsung. Oleh karena itu, faktor rekrutmen aggota sangat penting pada sebuah MLM. Jika sebuah MLM ingin maju maka poin


(46)

terpenting terletak pada berapa besar anggotanya dapat merekrut anggota baru sebagai basis pendapatan. Semua penghargaan pada anggota diberikan berdasarkan kemampuan anggota memperluas jaringan dan besarnya nilai penjualan setiap bulannya.

Multi Level Marketing ini pertama sekali ditemukan oleh dua orang professor pemasaran dari Universitas Chicago pada tahun 1940-an dengan nama perusahaan Nutrilite. produk pertamanya yang dijual dari perusahaan Nutrilite adalah vitamin dan makanan tambahan. Perusahaan Nutrilite ini merupakan salah satu perusahaan pertama yang menawarkan konsep bisnis Multi Level Marketing. Wuryando (2010:15-16) mengatakan bahwa dalam perkembangan selanjutnya perusahaan Nutrilite Product Inc, muncul dengan menggunakan konsep yang sama yakni menerapkan konsep bisnis Multi Level Marketing yaitu menggunakan cara penjualan bertingkat, dengan modal yang tidak besar, seorang penjual bisa mendapatkan penghasilan yang melalui dua cara. Pertama, keuntungan diperoleh dari setiap produk makanan tambahan uang berhasil dijual kepada konsumen. Kedua, dalam bentuk potongan harga dari jual produk yang berhasil dijual oleh distributor yang berhasil direkrut dan dilatih oleh seorang tenaga penjual dari perusahaan.

Rancangan yang dibangun oleh perusahaan ini lama kelamaan menarik minat Rich de Vos dan Jay andel yaitu dua orang pemuda yang berasal dari Michigan untuk bergabung sebagai tenaga penjual. Dalam waktu kurang lebih sembilan tahun mereka sudaah mendapatkan keuntungan yang banyak dari produk Nutrilite ini. Pada


(47)

perkembangan selanjutnya perusahaan Nutrilite mengalami masalah dari pemerintahan Amerika. Hingga pada akhirnya perusahaan Amway yang menggunakan konsep bisnis Multi Level Marketing mengambil alih perusahaan Nutrilite, serta mendapat pengakuan dari pemerintahan Amerika Serikat pada tahun 1953. Pada saat konsep bisnis Multi Level Marketing mendapat kelegalannya dari pemerintah Amerika, seorang distributor yang telah cukuo berhasil bernama Dr. Forrest Shaklee mendirikan perusahaan Multi Level Marketing yang diberi nama Shaklee yang bergerak dalam bidang kesehatan. Pada tahun 1970-an perusahaan Amway dan Shaklee melakukan ekspansi ke Negara Inggris.

Sejak terjadinya ekspansi tersebut, Trecy (2007:5) mengatakan bahwa ribuan perusahan Multi Level Marketing bermunculan dan beberapa perusahaan yang terkenal seperti Herbalife, dan Neolife masing-masing memiliki 50.000 distributor.

Dalam dunia penjualan langsung, baik di Indonesia maupun di tingkat internasional, terdapat 3 (tiga) sistem yang telah berjalan sangat lama, yaitu Single Level Marketing, system Limited Level, dan Multi Level Marketing yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

• Semuanya sama-sama membuka peluang berpenghasilan bagi siapa saja yang mau berusaha berdasarkan kerjasama kemitraan

• Landasan bisnisnya sama-sama terdiri dari 3 hal, yaitu merekrut, mendidik, dan memotivasi para mitra usaha yang lazim disebut


(48)

Distributor atau Dealer. Semuanya sama-sama mengenakan biaya pendaftaran keanggotan kepada para Distributor/dealenya dengan nilai yang pantas.

• Semuanya sama-sama memiliki sejumlah produk (barang atau jasa) dengan harga yang masuk akal untuk dijual melalui para Distributor/Dealer sampai ke tangan konsumen. Berdasarkan volume penjualan yang dicapai, para Distributor/ Dealer memperoleh imbalan berupa komisi beserta intensif dan berbagai hadiah yang menarik dalam jumlah yang besar.

• Progaram pemasaran (Marketing Plan) sederhana dan transparan.

Perbedaannya yaitu bisnis ini memperbolehkan pengusaha memuaskan pelanggan dengan keuntungan lewat jalur yang tidak ada habis-habisnya, sedangakan dalam bisnis Single Level Marketing pelanggan hanya mendapat keuntungan dari barang yang mereka jual, sedikit komisi, padahal barang yang mereka jual hanya anggotaikan selisih keuntungan yang tidak begitu besar. Sistem Multi Level Marketing tidak banyak berpengaruh kepada biaya produksi dan harga jual produk yang dipasarkan, sebab yang dikelola sesungguhnya hanyalah biaya pemasaran dan biayaa produksi. Hal ini disebabkan multi level marketing yang benar dan sah tidak memasang harga jual yang tinggi atas produk-produknya, karena bagaimanapun mereka tetap barsaing dan perusahaan yang bukan multi level marketing akan memasarkan produk.


(49)

Keunikan dari multi level marketing ini yaitu pada cara pendistribusian produknya, Karena produk yang dijual oleh multi level marketing ini tidak dapat di beli ditempat umum seperti di toko, swalayan, dan tempat lainnya. Dengan demikian biaya distribusi menjadi lebih rendah.

2.2 Sejarah Multi Level Marketing di Indonesia

Di Indonesia pada tahun 1986, didirikan perusahaan pertama yang memasarkan produknya dengan cara multi level marketing yaitu PT. Nusantara Sun Chlorella yang kemudian dikenal dengan nama CNI. Perusahaan ini didirikan di Kota Bandung (Wuryando 2010), dengan taraf nasional, dengan kata lain perusahaan ini hanya bergerak di Indonesia saja. Setelah itu bermunculan perusahaan Amway ke Indonesia dan menjadi perusahaan multi level marketing seperti: Shopie Martin, Herbalife dan lain-lain.

Dalam perkembangannya di Indonesia, bisnis Multi Level Marketing atau biasa disebut dengan bisnis jaringan (Networking Marketing) yang ditawrkan perusahaan MLM mengalami tantangan dari pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan besar dalam waktu yang sangat singkat. Pihak-pihak tersebut mendirikan perusahaan yang menggunakan konsep kerja yang ada dalam perusahaan MLM, sehingga keliatan seperti MLM.


(50)

Perusahaan yang mengatasnamakan MLM tersebut dikenal dengan istilah

money game. Wuryando (2010) mencatat bahwa terdapat 21 (dua puluh satu) lebih perusahaan money game yang telah terbongkar kecurangannya di Indonesia. Perusahaan money game ini biasanya menawarkan bisnis Multi Level Marketing

kepada masyarakat dengan tawaran yang memberikan kemewahan dan bonus yang cukup besar 50%.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1992 didirikan suatu asosiasi yang melindungi bisnis Multi Level Marketing ini yaitu Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) . Seluruh Multi Level Merketing murni harus mendaftarkan dirinya kepada APLI, hingga tahun 2004 sudah ada 62 Multi Level Marketing yang tergabung di dalamnya. Pemerintah melaui Menteri Perdagangan juga mengeluarkan peraturan tertulis yang berlaku di dalam bisnis Multi Level Marketing ini yaitu dalam SK menprindag No.73.MPP/Kep?3?2000 pada tanggal 20 Maret 2000. Peraturan ini disebut Surat Ijin Usaha Penjualan Langsung (SIUPLI).

2.3 PT. Sophie Martin sebagai bagian dari MLM 2.3.1 Sejarah PT.Sophie Martin di Indonesia

Sophie Martin pertama kali didirikan oleh pasangan suami istri berkebangsaan Perancis, yaitu pasangan Bruno Hassan dan Sophie Martin. Pada tahun 1987 mereka datang ke Indonesia karena Bruno mendapatkan tugas di sebuah perusahaan Perancis.


(51)

Pada awal mulanya mereka tidak berniat lama untuk tinggal di Indonesia. Namun Bruno dan Sophie bukan pasangan yang hanya terpaku pada pekerjaan biasa saja, mereka melihat peluang kerja yang menjanjikan. Sophie adalah seorang yang piawai merancang tas, sementara Bruno, dengan skill marketingnya yang tinggi, jeli mencium peluang bisnis untuk memasarkan keterampilan istrinya.

Mereka membuka usaha Sophie Martin yang pada tahun 1994 telah diperkenalkan di Indonesia. Nama Sophie Martin diambil dari nama pemilik perusahaan ini. Sophie lahir di Paris pada tahun 1969. Ia menyelesaikan pendidikam di Academic Des Beaux Art Paris, kemudian memulai karirnya dengan bekerja pada ayahnya yang merupakan seorang importir tas Italia yang terkenal sejak tahun 1970-1990. Karir Sophie semakin berkembang ketika bergabung dengan Christian Dior selama dua tahun sebagai seorang desainer handbag.

Keahlian Sophie dalam mendesain produk fashion terutama tas dan didukung kepiawaian Bruno Hasson dalam meletakkan dasar-dasar manajemen menjadikan Sophie Martin berkembang pesat dalam waktu kurang lebih sepuluh tahun.Perusahaan ini tmbuh menjadi Perusahaan ini tumbuh menjadi perusahaan penyedia produk fashion yang mempunyai peranan penting di Indonesia. Sophie Martin didirikan pada 21 Juli 1994, terdaftar dalam APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) dengan nama PT. Sophie Martin Indonesia dan member ID 0025/09/98. Klasifikasinya adalah produk fashion dan kosmetik. Pada awal pendirian memiliki modal dasar sebesar Rp.100.000.000,00. Kantor pusatnya berada di Gedung


(52)

HERO I lantai 3 Jl. Gatot Subroto Kav. 64 No. 177 A Jakarta Selatan. Sophie Martin tidak memiliki pabrik. Perusahaan ini menggunakan sistem subkontrak dengan menjalin kerja sama dengan beberapa perajin tas dari berbagai wilayah di Jabotabek untuk pengerjaan produksinya. Kualitas produk senantiasa dijaga oleh Sophie Martin dengan melakukan quality control yang cukup ketat secara periodik, mulai dari kontrol hard copy (seperti bahan baku dan pola) sampai kontrol ke pabrikan. Saat ini PT. Sophie Martin Indonesia memiliki jaringan pemasaran dengan lebih dari 900.000 anggota (member), 400 unit pusat bisnis (Business Centre) yang tersebar di seluruh Indonesia, serta empat cabang/perwakilan di luar negeri, yaitu:

1. Filipina

Sophie Paris Filipina Inc. (SPFI) didirikan pada tahun 2003 melalui kesepakatan kerja sama antara Sophie Martin Indonesia dan sebuah perusahaan local di Filipina. SPFI terletak di Shaw Boulevard Mandaluyong Manila. SPFI mempunyai 39 karyawan yang dikelola oleh Bapak Guillaume Ricard yang bekerja keras untuk dapat melayani 50 Business Centre (BC) beserta 80.000 membernya.

2. Australia


(53)

3. Singapura

Sophie Martin hadir di Singapura sejak Januari 2007. Ada tiga Business Centre (BC) yang memberikan pelayanan kepada para member di Singapura dan Malaysia

4. Brunei Darussalam

Sophie Martin Brunei telah dibuka sejak Juli 2007. Ada dua Business Centre (BC) yang membeli produk Sophie Martin dari Indonesia dan menjualnya di Brunei.

Perusahaan Sophie Martin memiliki tiga nilai (value), yaitu: 1. Tim kerja yang professional

Tim kerja yang profesional yang bekerja dengan komitmen sesuai potensi dan keahliannya untuk menciptakan produk berkualitas dan memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan.

2. Semangat untuk maju

Sophie Martin didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, dan semangat tinggi untuk maju menjadi perusahaan Multi Level Marketing (MLM) fashion nomor satu di Indonesia dan Asia.


(54)

3. Inovasi terdepan

Sebagai leader dalam bisnis MLM fashion, Sophie selalu melakukan inovasi baru untuk menciptakan peluang bisnis dan produk berkualitas untuk kepuasan pelanggan. Perusahaan Sophie Martin sukses membangun industri fashion melalui Multi Level marketing (MLM) di Indonesia karena selalu fokus mengelola bisnisnya dan konsisten melakukan beberapa strategi marketing, diantaranya:

1. Menerbitkan katalog setiap dua bulan sekali

2. Menampilkan produk yang terbaik pada setiap katalognya 3. Design yang trendi

4. Harga yang kompetitif dan terjangkau 5. Mengadakan promosi pada setiap penerbitan

6. Fashion show oleh Business Center (BC) setiap enam bulan sekali 7. Acara mall to mall

8. Memberikan sponsorship

Produk Sophie Martin yang merupakan produk fashion meliputi tas, pakaian, aksesoris dan kosmetik serta produk perawatan kulit. Produk-produk tersebut telah memikat dan melekat kuat di hati masyarakat Indonesia mulai dari ibu-ibu, professional muda, remaja hingga anak-anak. Produk tas menyumbang sebesar 60 % dari total penjualan dalam satu tahun terakhir ini, sementara pakaian menyumbang sebesar 20%


(55)

2.3.2 Sophie Martin berubah menjadi Sophie Paris pada Katalognya

Seiring dengan perkembangan, Sophie Martin mengadakan perubahanbesarpada merknya, yaitu menjadi Sophie Paris. Jika dulu, katalog berjudul Sophie Martin, maka saat ini nama katalog tersebut berubah menjadi Sophie Paris. Nama Sophie Martin sendri dipakai menjadi salah satu merk disamping Son, IN2(XS) dan Sophie Kids.

2.3.3 Visi Dan Misi PT.Sophie Paris 2.3.3.1 Visi Sophie Paris

Visi Sophie Paris adalah menjadi perusahaan Multi Level Marketing (MLM) fashion nomor satu di Asia yang didukung oleh Sumber daya Manusia (SDM) profesional.

2.3.3.2 Misi Sophie Paris

Misi Sophie Paris adalah menjadi terkenal di seluruh Asia dan tetap menjadi leader member/karyawan secara berkesinambungan di bidang Multi Level Marketing.

2.3.4 Keanggotaan PT. Sophie Paris

Untuk dapat menjadi anggota dari SMI ( Sophie Martin Indonesia) atau yang kini berubah nama menjadi Sophie Paris, seseorang harus berusia minimal 17 tahun, melengkapi formulir serta membayar uang pendaftaran sebesar Rp.50.000. Anggota yang hendak mendaftar tersebut harus melampirkan foto copy KTP, buku tabungan


(56)

halaman depan serta NPWP ( nomor pokok wajib pajak)/ jika ada. Kemudian formulir yang telah diisi dengan lengkap tersebut diberikan kepada BC atau business center terdekat. Bienvenue Sophie Kit Adalah kit yang diberikan kepada member baru Sophie Paris sebagai modal awal dan petunjuk untuk menjalankan bisnis Sophie Paris. BSK atau Bienvenue Sophie Kit terdiri dari Katalog13

Selain itu, masih banyak lagi keuntungan yang ditawarkan oleh Sophie Paris untuk menambah kepuasaan bagi para anggotanya, salah satunya adalah keuntungan finansial, antara lain:

, Formulir Pendaftaran Member, Surat "Bienvenue Sophie", Kartu member sophie, 3 Buku Panduan, Hadiah spesial member baru (tidak selalu ada setiap bulan), Success Kit, Buku daftar member, Kartu Presentasi Rendez-vous, Daftar alamat BC. Keanggotaan dalam bisnis MLM Sophie Paris ini berlaku untuk seumur hidup tanpa biaya tahunan dan peringkat kita tidak akan pernah turun, walaupun kita tidak aktif transaksi selama 10 tahun, kita sebagai anggota bisa setiap saat mengambil barang Sophie dengan diskon 30% dan bonus tetap diperhitungkan. Di Sophie Paris juga kita tidak hanya terpaku pada satu cabang BC atau bussiness center tapi bisa mengambil barang di BC mana saja diseluruh Indonesia. Ketentuan bonus dan lainnya berlaku sama. Apabila posisi kita masih downline, tidak terjadi kemungkinan posisi kita bisa lebih dari pada upline kita, karena di Sophie semua prestasi individu sangat dihargai.

13

Katalog adalah buku penawaran produk yang didalamnya berisi gambar dari produk-produk Sophie Martin yang dapat dibeli. Setiap konsumen hanya dapat melihat dan memilih produk yang diinginkan lewat katalog produk.


(57)

1.Diskon belanja 30% langsung waktu belanja

2.Bonus Belanja Sendiri (BBS) [3% s.d.5%] x 60% x belanja bulanan transfer bank 3.Bonus Bulan Madu (BBM) Rp25rb syarat: downline yg baru gabung berbelanja

Rp500rb di bulan pertama transfer bank

4.Bonus Pendekatan (PDKT) [3% s.d. 5%] x 60% x belanja bulanan downline Presiden transfer bank

5.Bonus Barang (saat ada promo, dll) diambil di BC (business centre) tempat daftar

Untuk menjadi seorang anggota atau member yang sukses, ada dua tingkatan yang dan persyaratan yang harus dilewati. Setiap orang yang menjadi member memiliki kesempatan yang sama untuk mencapainya asalkan sesuai dengan persyaratan dari masing-masing tingkat. Pada dasarnya tingkat yang lebih tinggi akan memberikan penghasilan yang lebih besar. Berikut ini adalah tingkatan keanggotaan dalam PT. Sophie Paris mulai dari yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi.


(58)

1. Peringkat Presiden

Peringkat pertama di Sophie Paris adalah Presiden (diakses pada tanggal 13/02/2014, pukul 21.54)

PERINGKAT PRESIDEN : dengan mendaftar sebagai member Sophie Paris, maka peringkat pertama adalah PRESIDEN. Anggota akan mendapatkan satu buah kartu Ekslusif (Member Card Sophie) yang masa berlakunya seumur hidup, sehingga kartu keanggotaan tersebut tidak ada perpanjangan atau bayar administrasi tahunan dan berlaku di seluruh Counter BC resmi (Bussines Centre) Sophie Paris di seluruh Indonesia. Dengan kartu keanggotaan ini, anggota akan mendapatkan banyak sekali keuntungan, antara lain :

a. DISKON LANGSUNG 30% dengan menunjukkan Kartu Member ketika berbelanja di Sophie Paris maka akan mendapatkan diskon langsung sebesar 30% untuk semua produk yang ada di katalog.


(59)

b. BONUS BELANJA SENDIRI (BBS), sebagai member, anggota bisa mendapatkan banyak keuntungan. Semakin banyak anggota berbelanja, semakin besar BBS yang akan diterima.

c. BONUS BULAN MADU (BBM) : Rp. 25.000,- / orang , bila anggota mengajak temannya bergabung sebagai member di Sophie Paris, maka anggota akan mendapatkan Bonus Bulan Madu sebesar Rp. 25.000,-/orang. Bonus akan didapatkan apabila member baru tersebut berbelanja Rp. 500.000,- (HK) dalam satu bulan pertama sejak terdaftar sebagai member.

d. BONUS PENDEKATAN (PDKT) : dengan bergabung sebagai member Sophie Paris, anggota langsung berperingkat Presiden serta mendapatkan semua keuntungan di atas. Di Sophie Paris, anggota bisa berkarir lebih tinggi dan akan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar lagi dengan syarat yang sangat mudah, apabila setiap anggota bisa membina dan bekerja sama dengan member di bawahnya langsung.

e. BONUS ROYALTI : Bonus ini akan didapatkan apabila sudah berada di peringkat Franchise sampai Executive Franchise. Untuk mendapatkan bonus ini, anggota terlebih dahulu harus naik ke peringkat Franchise.


(60)

2. PERINGKAT FRANCHISE

Peringkat kedua di Sophie Paris adalah Franchise (diakses pada tanggal 13/02/2014, pukul 22.11)

Syarat naik peringkat menjadi Franchise:

a. Total Pembelanjaan Sendiri (TPS) dalam 1 bulan sebesar Rp. 4.000.000,- (HK)

b. Total Pembelanjaan Group (TPG) dalam 1 bulan sebesar Rp. 6.000.000,- (HK)

c. Total Pembelanjaan Group Akumulasi (TPGA) dalam 3 bulan berturut-turut sebesar Rp. 8.000.000,- (HK)


(61)

d. Apabila posisi anda Presiden dan salah satu downline anda naik peringkat menjadi Franchise, maka secara otomatis anda juga akan menjadi Franchise. Hal ini terjadi karena penjualan downline menjadi bagian dari TPG anda.

Di Sophie Paris kita sebagai anggota diberikan pelatihan untuk sukses dalam mengembangkan bisnis ini, yaitu:

1. Menghadiri Training Rendez-Vous di BC atau Kantor Pusat di minggu pertama Anda menjadi member

 berkenalan dengan Upline/BC serta Assistem BC, catat no telp/Hp.  tanyakan/catat informasi penting yang ada di counter BC

 mempelajari materi awal menjalankan Bisnis Sophie Martin

2. Menetapkan Target Pribadi dan Target kepada Downline anda  tentukan target penjualan katalog perbulan

 tentukan target naik menjadi Franchise

 tentukan target mengadakan Rendez-Vous Sophie Paris  tentukan omzet dan rekrut setiap bulan

3. Membuat Agenda Rencana Kerja

 Sesuaikan agenda rencana kerja Anda dengan event kantor pusat dan BC (Business Center)


(62)

4. Mengadakan acara Rendez-Vous Sophie Paris

 Ajak semua teman, sahabat, kolega Anda sebanyak-banyaknya yang belum menjadi member untuk mempromosikan katalog dan produk

5. Menjalin komunikasi dan duplikasi terhadap downline  memastikan tutup TPS / NBF

 melengkapi data jaringan

 memberikan informasi program-program terbaru di Sophie Paris

2.3.4 Produk PT.Sophie Paris

Sophie Paris merupakan perusahaan dengan tas sebagai keunggulannya. Tas merupakan produk fashion pertama yang diproduksi oleh PT Sophie Paris Indonesia. Produk ini dirancang dan dikembangkan oleh Sophie Martin, seorang wanita berkebangsaan Perancis, yang namanya digunakan sebagai brand PT Sophie Martin Indonesia.

Tas-tas Sophie Paris disukai masyarakat Indonesia karena memiliki desain praktis dan fashionable, serta kualitas yang terjaga rapi, sehingga produk ini sejak awal terlihat berbeda dari tas lokal umumnya. Harga tas Sophie Paris cukup terjangkau, disesuaikan dengan target pasar PT Sophie Paris Indonesia, yakni menengah ke bawah. Kehadiran tas Sophie menjadi alternatif utama kaum menengah ke bawah bagi kebutuhan dan keinginan mereka akan produk bagus dan berkualitas dengan harga terjangkau.


(63)

Sophie Paris tidak lagi bekerja sendiri dalam mendesain tas. Saat ini PT. Sophie Paris Indonesia memiliki 17 desainer sehingga terdapat kurang lebih 350 item di setiap katalog baru dan 75 % diantaranya merupakan hasil rancangan terbaru. Proses produksi tas dilakukan dengan kontrol kualitas yang ketat. Dalam hal ini, PT.Sophie Paris memiliki tim inspeksi untuk mengontrol kualitas produk. Perusahaan ini juga menjaga kualitas bahan baku yang hingga saat ini masih diimpor dari Korea, Cina, Jepang dan Perancis.

Tidak hanya tas, seiring berkembangnya jaman, dan semakin majunya teknologi, serta semakin meningkatnya pola dan gaya hidup manusia, sehingga membuat para pengrajin yang bekerja di Sophie Paris pun semakin berinovasi untuk menciptakan barang-barang yang disukai masyarakat, ataupun permintaan pasar yaitu seperti, dompet, sepatu, sandal, garment ( baju dan celana) untuk dewasa dan anak-anak dan kosmetik. Beberapa contoh produk PT Sophie Paris sebagai berikut:


(64)

Tabel 2.1

Produk-produk PT. Sophie Paris

Tas Casteron

Tas Ernee Tas Blanzy


(65)

Tas

Casaperta Sepatu Carol Sepatu Caprise

Sandal Smartslim Purple

Koshize Blush On Pink

Sophie Body Mist Party Girl

Naturally French Body Scrub Oat Milk

Koshize Satinlips Fierce Coral

Package Koshize Brush Set


(66)

Delight

Lightening Mask Mascara Defining

Black

Compact Powder

(Sumber:http://www.sophiemartinindonesia.com/category/tas/sepatu/sandal/dompet/ garment)


(67)

BAB III

LIFE HISTORY TIGA MANTAN ANGGOTA PT SOPHIE PARIS

Metode life history sebagaimana metode yang dipilih dalam penelitian ini, merupakan metode yang sering dipakai oleh para ahli khususnya di bidang social-antropologi, dimana metode ini berfungsi mengungkapkan riwayat hidup individu (individual life history). Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian dengan metode ini adalah semua keterangan mengenai apa yang pernah dialami individu-individu sebagai warga dari suatu masyarakat yang sedang menjadi objek penelitian. Tujuan dari penelitian dengan menggunakan metode ini, sebenarnya adalah untuk memperdalam pengetahuan dari peneliti terhadap anggota ataupun mantan anggota suatu bisnis jaringan atau multi level marketing khususnya di PT Sophie Paris. Pengetahuan tentang penyebab para anggota itu tidak aktif dan berkecimpung dalam usaha bisnis yang digelutinya melalui pengakuan berupa riwayat hidup, seorang informan akan banyak mengungkapkan segala penyebab, alasan, dan kesulitannya selama bergabung di bisnis jaringan yang diikutinya dulu.

Berbicara mengenai bisnis jaringan atau multi level marketing, banyak sekali yang dapat kita temui di jaman sekarang ini. Krisis moneter dan himpitan ekonomi menyebabkan perusahaan-perusahaan bisnis jaringan ini berkembang pesat dan


(68)

semakin lama, semakin mengalami kemajuan dan menjelma menjadi sebuah industri yang menjanjikan. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan dan kebutuhan akan pelayanan ekstra yang bersifat pribadi.

Kehadiran MLM ini di Indonesia memungkinkan menjadi jembatan untuk memperbaiki nasib ditengah-tengah himpitan ekonomi yang menimbulkan pengangguran. Diharapkan bahwa MLM ini terbuka untuk semua kalangan dan bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja yang pada akhirnya akan mengurangi masalah pengangguran.

Dampak ekonomis dari sebuah MLM bagi masyarakat luas adalah tersedianya lapangan kerja yang berarti dapat mengurangi jumlah pengangguran, memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat, serta peluang belajar untuk berbisnis.

Begitu halnya dengan PT Sophie Paris, bisnis jaringan yang sudah terdaftar di APLI atau Asosiasi Penjual LAngsung Indonesia ini, juga mendapat respon yang baik dikalangan masyarakat Indonesia. Perusahaan yang bergerak di bidang fashion ini, mendapat tempat khusus dihati para pecinta fashion, khususnya kaum perempuan.

Jumlah anggota di PT Sophie Paris ini sekitar 900.000 orang di berbagai BC (bussines centre)14

14

Sumber :

di Indonesia. Sedangkan di Kota Medan sendiri, ada sekitar 15

bussines centre yang siap melayani kebutuhan para anggota dan masyarakat.


(69)

Penelitian ini tidak terfokus terhadap BC atau Bussines Centre-nya, tetapi terfokus kepada anggota yang terdaftar sebagai member di PT Sophie Martin dan tidak terkait disalah satu Bussiness Centre saja, melainkan bisa terdaftar di Bussiness Centre mana saja yang ada di Kota Medan.

1. Ibu Lina sebagai Penjaga Toko

Pertama sekali, penelitian ini dilakukan di daerah lingkungan tempat tinggal si peneliti sendiri, dengan melihat salah satu tetangga peneliti yang memang aktif dalam bisnis ini, yaitu ibu Lina (35 tahun) atau tante Lina begitu peneliti biasa memanggilnya. Waktu itu tepat pukul 15.00 Wib, dimana biasanya ibu-ibu tetangga yang ada dilingkungan tempat tinggal si peneliti dan peneliti juga ikut berkumpul dirumah seorang ibu paruh baya bernama wak Dingin. Sedang asik-asiknya bercerita tiba-tiba tante Lina ini datang menghampiri kami dengan membawa 2 katalog dan menawarkan kepada kami (khususnya ibu-ibu) untuk melihatnya terlebih dahulu, 2 katalog tersebut yaitu katalog Oriflame dan katalog ifa. Dimana pada saat berkumpul itu ada 3 orang ibu-ibu dan 2 anak gadis yang sedang melihat-lihat katalog tersebut (wak Dingin, Ibu Nita, Indah, dan peneliti sendiri).

Kedua ibu-ibu ini, dengan asiknya melihat-lihat, lembar demi lembar katalog

ifa, dibuka dan diperhatikan dengan serius oleh ibu Nita (49 tahun) seorang guru yang sampai sekarang aktif mengajar di SDN 060827, dan wak Dingin ini sibuk melihat katalog Oriflame. Sekilas mengenai katalog ifa sama halnya dengan katalog Sophie


(1)

Nama : Norma Yunita Ritonga Usia : 25 tahun

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Nama : Julita Meta Usia : 29 tahun

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Nama : Desi Siringo-ringo Usia : 24 tahun


(2)

FOTO

Foto : Kartu Anggota Sophie Paris Sumber : Dokumentasi pribadi

Foto : Kartu Anggota Sophie Paris Sumber : Dokumentasi pribadi


(3)

Foto : Kartu Anggota Sophie Paris Sumber : Dokumentasi pribadi

Foto : Kartu Anggota Sophie Paris Sumber : Dokumentasi pribadi


(4)

Foto : Kartu Anggota Sophie Paris Sumber : Dokumentasi pribadi


(5)

PEDOMAN WAWANCARA (INTERVIEW GUIDE)

1. Sudah berapa lama Saudara bergabung di Sophie Paris?

2. Siapa yang mengajak Saudara bergabung dengan bisnis Sophie Paris? 3. Dari mana Saudara mengetahui tentang bisnis Sophie Paris ini?

4. Apakah sebelumnya Saudara sudah pernah berkecimpung dalam bisnis yang sama?

5. Apa yang memotivasi Saudara untuk bergabung dengan bisnis Sophie Paris ini?

6. Apa yang Saudara lakukan untuk meraih apa yang Saudara cita-citakan? 7. Sudah adakah anggota baru yang Saudara rekrut?

8. Berapa banyak anggota baru Saudara?

9. Apakah Saudara mengenal anggota jaringan itu?

10. Bagaimana hubungan Saudara dengan anggota jaringan Saudara tersebut? 11. Hingga saat ini dalam bisnis Sophie Paris, posisi apa yang telah Saudara raih? 12. Setelah bergabung di Sophie Paris hingga saat ini, kendala apa yang Saudara

rasa sangat mengganggu?

13. Dengan posisi yang Saudara raih tersebut, berapa rata-rata bonus yang telah Saudara terima?

14. Menurut Saudara, apakah kecakapan berkomunikasi mutlak diperlukan dalam bisnis MLM?

15. Menurut Saudara, apakah Saudara termasuk orang yang cakap berkomunikasi dengan orang lain?

16. Menurut Saudara, apakah Saudara termasuk orang yang mempunyai keberanian untuk mendekati orang yang belum Saudara kenal?

17. Menurut Saudara, bagaimanakah sikap mental yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang dalam menjalankan bisnis ini?

18. Dalam memasarkan produk ataupun merekrut calon member, apakah Saudara pernah ditolak orang?

19. Dalam merekrut calon member, apakah Saudara pernah menjanjikan sesuatu kepada calon member tersebut?

20. Apakah keluarga dan teman Saudara menjadi sasaran prospek yang utama? Jika ya , di tengah-tengah keluarga bagaimana respon keluarga Saudara terhadap bisnis yang Saudara tawarkan?

21. Masing-masing orang tentunya berasal dari etnis yang berbeda, anada berasal dari etnis mana?


(6)

22. Pernahkah Saudara mengaktifkan hubungan kekerabatan dalam memasarkan produk ataupun merekrut calon member? Jika ya, dalam bentuk apa sajakah itu?

23. Jika Saudara memiliki marga dibelakang nama, apaah marga tersebut Saudara jadikan salah satu strategi memasarkan produk?

24. Bagaimana cara Saudara memprospek salon member yang berasal dari etnis yang sama, apakah penggunaan bahasa daerah lebih efektif untuk digunakan? 25. Selain keluarga dan kerabat, siapa lagikah yang menjadi sasaran prospek

Saudara?

26. Bagaiman strategi yang Saudara gunakan untuk mendekati orang yang belum Saudara kenal untuk dapat diprospek menjadi seorang member?

27. Dalam bisnis Sophie Paris, penjualan produk juga menjadi satu cara

mendapatkan komisi langsung. Ditengah-tengah krisis ekonomi yang sedang berlangsung tersebut, strategi apakah yang saudara lakukan agar pembeli mau tetap mau membeli produk?

28. Bagaimana pula sistem pembayaran yang Saudara tawarkan kepada para pelanggan yang rutin melakukan transaksi pembelian dengan Saudara? Apakah ada sistem angsuran?

29. Ketika Saudara menghadiri suatu pertemuan yang diadakan di Sophie Paris, bagaimana hubungan sosial yang tercipta di antarapara member?

30. Sampai saat ini, bagaiman hubungan kerja yang tercipta anatar Saudara dengan anggota jaringan Saudara?