terhadap Thalassemia terganggu akibat masalah ekonomi, prioritas terhadap masalah kesehatan  yang  lain  seperti  penyakit  infeksius  serta  halangan  dari  segi  agama  atau
budaya. Angastiniotis, 1998 Studi tentang karakteristik pada penderita Thalassemia telah dilakukan di RS Dr.
Pirngadi  dari  tahun  1979  sampai  1989.  didapatkan  131  kasus  di  mana  61.60 menderita  Thalassemia  mayor,  35.71  Thalassemia  Hb  E  dan  2.20  menderita
Hemoglobin H. Sinulingga, 1991
2.4 Patofisiologi dan manifestasi klinis
Hb  A  secara  normal  disintesis  oleh  kombinasi  dua  rantai  α  yang  terletak  di kromosom  16  dan  dua  rantai  β  yang  dijumpai  di  kromosom  11.  Thalassemia  α
disebabkan defek genetik akibat rantai α yg terlalu pendek sedangkan Thalassemia β akibat mutasi di kromosom 11 menyebabkan sintesis rantai β menurun atau tidak ada
sama sekali Dunphy, 2010.
Pada  semua  Thalassemia  akan  timbul  gejala  klinis  yang  menyebabkan  anemia, transfusional  dan  absorptive  iron  overload  yang  serupa  tetapi  berbeda9beda
berdasarkan  keparahannya.  Gejala  klinis  terbagi  kepada  dua,  yaitu,  hematologi  dan non  hematologi.  Gejala  klinis  hematologi  terdiri  dari  anemia  sedangkan  gejala  non9
hematologi  adalah  thalassemic  face,  splenomegali,  retardasi  pertumbuhan, hematopoiesis extramedular dan kolelitiasis Wiwanitkit, 2007.
2.4.1. Thalassemia α dan Thalassemia α minor
Secara  klinis  pasien  dengan  satu  atau  dua  gen  α  yang  disfungsi  tidak  mendapat efek secara klinis Marshall, 2008.
dan menunjukkan ciri9ciri asimptomatik.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Thalassemia Hb H
Karakteristik Hemoglobin H adalah anemia hemolitik kronis yang ringan sampai sedang. Kadar Hb berkisar 7910 gdl sedangkan eritrosit 5910. Sum9sum tulangnya
mengalami  hiperplasia  eritroid  dan  limpa  membesar.  Hemolitik  krisis  juga  dapat terjadi.
Rodak, 2007. Jaundis dan splenomegali dapat dijumpai sedangkan morfologi eritrositnya adalah hipokrom dan mikrositik disertai MCV 50973 fl. Komplikasi yang
dapat  timbul  adalah  splenomegali  yang  progresif,  hipersplenism,  batu  empedu, defisiensi folat superimpose, infeksi dan ulser kaki Dunphy, 2010.
2.4.3. Thalassemia Bart
Pada  kondisi  ini,  anemia  berat  yang  terjadi  menyebabkan  edema  pada  jaringan subkutan fetus membawa kepada hydrops fetalis. Hb Bart mempunyai afiniti oksigen
yang  sangat  tinggi  menyebabkan  transportasi  oksigen  ke  jaringan  gagal.  Fetus  yang bertahan  hingga  trimester  ketiga  selalunya  dilahirkan  prematur  dan  stillborn,  atau
mati sejurus selepas lahir.
2.4.4. Thalassemia β minor  Thalassemia trait
Individu  dengan  gen  Thalassemia  yg  heterozigot  dikatakan  mengalami Thalassemia  minor  .  Penderita  selalunya  asimptomatik  tetapi  bisa  mengalami  gejala
ringan  di  mana  eritrosit  yang  diproduksi  adalah  mikrositik  dan  hipokrom, menghasilkan  anemia  hemolitik  ringan  yang  kronik.  Sebagai  kompensasi  produksi
eritrosit cenderung meningkat Dunphy, 2010. Eritrosit lebih kecil dan kurang terisi
dengan hemoglobin menyebabkan penurunan nilai mean cellular hemoglobin MCH dan  mean  cellular  volume  MCV  Motulsky,  2010.  Oleh  karena  terdapat  anemia
hipokrom  dan  mikrositik  maka  diagnosis  bandingnya  adalah  anemia  defisiensi  besi. Ferritin,  serum  besi  dan  total  iron  binding  capacity  adalah  normal  sedangkan  kadar
Hb  selalunya  lebih  tinggi  dari  10  gdl.  MCVnya    75  fl  sedangkan  MCH    26  pg. Kadar eritrosit bisa meningkat sedangkan retikulosit normal ataupun sedikit menurun.
Pemeriksan  apusan  darah  menunjukkan  mikrositosis,  sel  target,  basophilic  stippling dan ovalosit. Hb F bisa meningkat sedikit pada 50 kasus Dunphy, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.4.5. Thalassemia β intermedia