Tes Kesanggupan Jasmani Indikator Untuk Menilai Intensitas Akitvitas Fisik

• Sistema reproduksi ES-III ini berperan lebih dominan pada istirahat. Pada waktu bekerja atau berolahraga, Ergosistema yang berperan dominan adalah ES-I dan ES-II. Sistema endokrin berfungsi sebagai regulator internal yang bersifat humoral. Sedangkan sistema sensoris berfungsi sebagai komunikator external maupun internal. Sistem Termoregulasi berfungsi menata suhu tubuh. Kedua sistem tersebut terakhir tidak hanya berperan pada masa pemulihanistirahat, tetapi bahkan berperan lebih penting dalam olahraga. Seluruh Ergosistema tersebut diatas secara terkoordinasi mempunyai satu tujuan akhir yang sama yaitu berusaha memelihara homeostasis pada istirahat maupun pada kerja olahraga Giriwijoyo, 2000.

2.1.3. Tes Kesanggupan Jasmani

Kesanggupan jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang merupakan kemampuan jasmani yang menjadi dasar untuk keberhasilan pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani seseorang. Komponen Kebugaran Jasmani secara anatomis terdiri dari : ES-I dan ES- II. ES-I terdiri dari: • Kerangka dengan persendiannya • Otot • Saraf a. ES-II terdiri dari: • Darah dan cairan tubuh • Perangkat pernafasan • Perangkat kardiovaskular b. Komponen Kebugaran Jasmani secara fisiologis adalah fungsi dasar dari komponen-komponen anatomis tersebut di atas yaitu: 1. ES-I yang wujud fungsionalnya adalah: • flexibilitas • kekuatan dan daya tahan otot • fungsi koordinasi saraf Universitas Sumatera Utara 2. ES-II yang wujud fungsionalnya adalah: • daya tahan umum. 3. Secara fungsional, ES-I mewujudkan: • kapasitas anaerobik yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal primer. 4. ES-II mewujudkan: • kapasitas aerobik VO 2 max yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal sekunder Giriwijoyo, 2000.

2.1.4. Indikator Untuk Menilai Intensitas Akitvitas Fisik

Denyut nadi merupakan indikator untuk melihat intensitas olahraga yang sedang dilakukan. Pada satu orang, terdapat hubungan yang linier antara intensitas aktivitas fisik dengan denyut nadi, artinya: peningkatan intensitas olahraga akan diikuti dengan peningkatan denyut nadi yang sesuai. Sedang pada 2 orang yang berbeda, tinggi frekuensi denyut nadi yang dicapai untuk beban kerja yang sama ditentukan oleh tingkat kebugaran jasmaninya masing-masing. Artinya beban kerja objektif yang sama akan memberikan intensitas relatif yang berbeda, tergantung pada tingkat kebugaran jasmaninya dan karena itu memberikan frekuensi denyut nadi yang berbeda. Bermacam-macam cara dipergunakan orang untuk menentukan denyut nadi maksimal dan denyut nadi olahraga. Denyut nadi maksimal DNM rumus: DNM = 220 – umur. Cooper 1994 Pemantauan denyut nadi setiap kali dilakukan segera setelah selesai melakukan olahraga kesehatan - dalam batas waktu 10 detik dan selalu harus dilakukan untuk mengetahui berapa nilai denyut nadi yang dicapainya. Menghitung denyut nadi latihan selama melakukan aktivitas olahraga sulit dilakukan, oleh karena itu denyut nadi latihan dihitung segera setelah orang berhenti menghentikan olahraganya. Namun waktu yang tersedia hanya 10 detik, lebih dari waktu itu nadi latihan sudah menurun, sehingga bila terlambat menghitung denyut nadi maka nadi yang diperoleh tidak mencerminkan nadi latihan yang sebenarnya, tetapi lebih rendah. Universitas Sumatera Utara Kegiatan olahraga kesehatan aerobik mengambil waktu minimal 10 menit yang disebut sebagai waktu minimal yang efektif untuk meningkatkan kapasitas aerobik seseorang, sedangkan waktu maksimalnya ialah 20 menit yang disebut sebagai waktu maksimal yang efisien Giriwijoyo, 2000.

2.2. Denyut Nadi

Dokumen yang terkait

Perbedaan Gambaran EKG dan Tekanan Darah antara Mahasiswa Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1 42 69

Perbedaan VO2max dan Gambaran Gerakan Pernapasan Antara Mahasiswa Perokok Dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

0 49 54

Perbedaan Status Periodontal pada Perokok Ringan, Sedang, dan Berat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

3 15 87

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI FAKULTAS KEDOKTERAN Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 4

PERBEDAAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

0 0 13

PENDAHULUAN Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 4

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 4

PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS Perbedaan pH Saliva Antara Perokok Dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS Perbedaan pH Saliva Antara Perokok Dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 12