c. Mekanisme mechanism diartikan seseorang yang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sudah merupakan kebiasaan.
d. Adopsi adaptation diartikan adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang baik. Artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut Notoatmodjo, 2003. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan
wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu recall. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo, 2003.
2.2. Teori Alasan Berperilaku Theory of Reasoned Action
Theory of Reasoned Action pertama kali diperkenalkan oleh Ajzen pada tahun 1980 Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku
dengan cara sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam Theory of Reasoned Action, Ajzen 1980 menyatakan bahwa niat menentukan
seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Ajzen mengemukan bahwa niat dipengaruhi oleh dua penentu yaitu Jogiyanto 2007 :
1. Sikap Merupakan gabungan baik dari evaluasi positif maupun negative dari faktor-
faktor perilaku dan kepercayaan tentang akibat dari perilaku. 2. Norma subjektif
Merupakan gabungan dari beberapa pandangan tentang tekananaturan dan norma sosial untuk membentuk suatu perilaku. Fisben dan Ajzen
Universitas Sumatera Utara
menngunakan istilah motivation to comply, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.
Bagan Theory of Reason Action TRA
2.3. Plastik
Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali
digunakan sebagai pelapis kertas. Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari wadah makanan, pengemasan, botol
minum, kantong plastik, alat makan sendok, garpu, piring, mangkok, gelas. Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung
dari bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus asam, berlemak, lama kontak dan suhu makanan saat disimpan Rahma, W, 2009.
Umumnya setiap wadah plastik dicantumkan tanda atau kode angka yang menandakan pembuatan kemasan plastik. Kode-kode itu dikeluarkan oleh SPI
Society of Plastic Industrydi Amerika Serikat mengeluarkan simbol atau kode yang mengidentifikasi plastik, dan kemudian diadopsi oleh lembaga-lembaga yang
Keyakinan terhadap
perilaku Sikap
Keyakinan nomatif
Norma subjektif
Niat Tindakan
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan sistem kode, seperti ISO International Organization for Standardization di ikuti oleh lembaga berwenang, seperti FDA Food Drugs
Administration, EFSA European Food Safety Authority, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM untuk Indonesia Utiya, 2009.
2.3.1. Jenis dan Sifat Fisik Kimia Plastik
1. PET — Polyethylene Terephthalate Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET polyethylene terephthalate di bawah segitiga
Dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester. Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernihtransparantembus pandang seperti botol air mineral, botol
jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Tidak untuk air hangat apalagi panas. Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk
mewadahi pangan dengan suhu 60 C, hal ini akan mengakibatkan lapisan polimer
pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik dapat menyebabkan kanker
Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut dengan SbO3 antimoni trioksida, yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan
pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang mengandung senyawa
tersebut. Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan mengalami : iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
masalah menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.
2. HDPE — High Density Polyethylene a. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE high density polyethylene di bawah segitiga.
b. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum, dan lain-lain.
c. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik
berbahan HDPE dengan makananminuman yang dikemasnya. d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras hingga semifleksibel,
buram dan lebih tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan, melunak pada suhu 75
C. 3. V — Polyvinyl Chloride
Tertera logo daur ulang terkadang berwarna merah dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC polyvinyl chloride, yaitu jenis
plastik yang paling sulit didaur ulang. a. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus cling wrap, dan botol-
botol, sulit di daur ulang
Universitas Sumatera Utara
b. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan
makanan tersebut karena DEHA lumer pada suhu 15 C.
c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang mengandung lemakminyak, alkohol dan dalam kondisi panas.
e. Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena
atau bahan alami daun pisang misalnya. 4. LDPE — Low Density Polyethylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE low density polyethylene yaitu plastik tipe cokelat thermoplasticdibuat dari
minyak bumi, biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol- botol yang lembek.
a. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, fleksibel, kedap air tetapi tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Melunak pada suhu
70 C.
b. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas
dengan bahan ini.
Universitas Sumatera Utara
5. PP — Polypropylene a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP
PP polypropylene adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat
menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. b. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan,
keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, minyak, stabil
terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu 150 C.
c. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
6. PS — Polystyrene a. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS
PS polystyrene ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman, secara tidak sengaja.
b. Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunakberbentuk foam. c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah terpengaruh
lemak dan pelarut seperti alkohol, mudah dibentuk, melunak pada suhu 95
C. Contoh : wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah makanan. d. PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak,
mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain seperti alkohol. Bahan ini dapat melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang sudah
Universitas Sumatera Utara
sangat terkenal styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah makanan atau minuman sekali pakai, karton wadah telur, dll.
e. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave. f. Kemasan styrofoam yang rusakberubah bentuk sebaiknya tidak digunakan
untuk mewadahi makanan berlemakberminyak terutama dalam keadaan panas.
g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.
h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.
i. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah
reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang
sangat panjang dan lama. j. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode
angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar cara terakhir dan sebaiknya dihindari. Ketika dibakar, bahan ini
akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.
Universitas Sumatera Utara
7. OTHER a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER
Other SANstyrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene styrene, PC - polycarbonate, Nylon
b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan plastik kemasan.
c. PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita sippy cup.
d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada
ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun
minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk mensterilkan
botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidih dan tidak direbus atau dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah retak sebaiknya tidak
digunakan lagi. f. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan
suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. g. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat
makan, penyaring kopi. h. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan Iman, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Plastik Sebagai Kemasan
Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia, menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena
kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis heat seal, dapat diberi warna dan
harganya yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan yang
dikemas. Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kapolimerisasi, laminasi, dan
ekstruksi Syarief, 1989. Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer,
yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut
dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang
lebih keras dan tegar Syarief, 1989. Menurut Eden dalam Davidson 1970, klasifikasi plastik menurut struktur
kimianya terbagi atas dua macam yaitu : 1.
Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus linear maka akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu
Universitas Sumatera Utara
tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik reversible kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.
2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi
berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti perubahan suhu irreversible. Bila sekali pengerasan telah terjadi
maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai
tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang
dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras Flinn dan Trojan, 1975.
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-
menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat
termoplastis heat seal serta dapat diberi warna. Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat
melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Winarno, 1994. Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu disebut komponen non plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna, antioksidan,
penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain Crompton, 1979.
Universitas Sumatera Utara
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-
menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia plastik itu
sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki berat molekul rendah. Bahan
aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banyak lagi Winarno, 1994.
Menurut Erliza dan Sutedja 1987 plastik dapat dikelompokkan atas dua tipe, yaitu thermoplastik dan termoset. Thermoplastik adalah plastik yang dapat
dilunakkan berulangkali dengan menggunakan panas, antara lain polietilen, polipropilen, polistiren dan polivinilklorida. Sedangkan termoset adalah plastik yang
tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain phenol formaldehid dan urea formaldehid.
Syarief, 1989 membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu, yaitu: a termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat
mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik reversibel kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan, b termoset: tidak dapat mengikuti
perubahan suhu irreversibel. Plastik jenis termoset tidak begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit penanganannya juga volumenya jauh lebih
sedikit sekitar 10 dari volume jenis plastik yang bersifat termoplastik Moavenzadeh dan Taylor, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Pada kemasan plastik, perubahan fisiko kimia pada wadah dan makanannya sebenarnya tidak mungkin dapat dihindari. Industri pangan hanya mampu menekan
laju perubahan itu hingga tingkat minimum sehingga masih memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam kemasan plastik untuk makanan dan minuman, beberapa
contoh misalnya: polietilen, polipropilen, polistiren, poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan, polikarbonat, polivinilklorida, polifenilinoksida, polivinilasetat,
poliakrilonitril dan melamin formaldehid. Plastik diatas dapat digunakan dalam bentuk lapis tunggal, ganda maupun komposit, dengan demikian kombinasi dari
berbagai ragam plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan Crompton, 1979. Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan
dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat
permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan Winarno, 1987. Ryall
dan Lipton 1972 menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan yang dapat menarik selera konsumen.
2.3.3. Pemilihan Plastik Wadah Untuk Makanan dan Minuman
Tidak mudah untuk menentukan jenis plastik yang baik untuk wadah atau kemasan makanan. Di pasaran diperkirakan banyak dijumpai bahan kemasan yang
sebetulnya tidak cocok dengan jenis makanan dan minuman yang dikemas. Setiap jenis makanan memiliki sifat yang perlu dilindungi, yang harus dapat ditanggulangi
Universitas Sumatera Utara
oleh jenis plastik tertentu. Kesalahan material kemasan dapat mengakibatkan kerusakan bahan makanan dan minuman yang dikemas Buckle, 1987.
Selain dengan melihat pengkodean yang telah ditetapkan, aman-tidaknya wadah plastik food grade dan non-food grade bisa diketahui dari simbol atau
pertanda khusus yang tertera di wadah plastik tersebut, diantaranya Anonim, 2010: 1.
Simbol Food Grade Bergambar gelas dan garpu, artinya wadah tersebut aman digunakan untuk
makanan dan minuman. 2.
Simbol Non-Food Grade Gambar garpu dan gelas dicoret, artinya wadah tersebut tidak didesain untuk
makanan karena kandungan zat kimia di dalamnya bisa membahayakan kesehatan.
3. Simbol Microwave Save
Gambar garis bergelombang, artinya wadah aman untuk digunakan sebagai penghangat makanan di dalam microwave karena tahan suhu yang tinggi.
4. Simbol Non-Microwave
Gambar garis bergelombang dicoret, artinya wadah tidak boleh digunakan untuk menghangatkan makanan di dalam microwave karena tidak tahan suhu
yang tinggi atau panas. 5.
Simbol Oven Save Gambar oven dua garis horizontal, artinya aman digunakan sebagai
penghangat makanan di dalam oven. Meski terbuat dari plastik, wadah ini tahan terhadap suhu tinggi.
Universitas Sumatera Utara
6. Simbol Non-Oven
Gambar dua garis horizontal dicoret, artinya wadah tidak tahan suhu tinggi. 7.
Simbol Grill Save Gambar pemanggang atau grill tiga segitiga terbalik, artinya wadah aman
digunakan untuk suhu tinggi. 8.
Simbol Non-Grill Save Gambar pemanggang dicoret, artinya wadah tidak boleh digunakan untuk
memanggang. 9.
Simbol Freezer Save Gambar bunga salju, artinya wadah aman digunakan untuk menyimpan
makanan atau minuman dengan suhu rendah atau beku. 10. Simbol Non-Freezer Save
Gambar bunga salju dicoret, artinya wadah tidak boleh untuk disimpan dalam lemari pendingin.
11. Simbol Cut Save Gambar pisau, artinya wadah aman digunakan sebagai alas saat memotong
bahan-bahan makanan. 12. Simbol Non-Cut Save
Gambar pisau dicoret, artinya tidak untuk wadah memotong. 13. Simbol Dishwasher Save
Gambar gelas terbalik, artinya wadah aman untuk dicuci dalam mesin pencuci. 14. Simbol Non-Dishwasher Save
Gambar gelas dicoret, artinya gelas harus dicuci manual.
Universitas Sumatera Utara
Adapun Cara Mengenal jenis Plastik pada Kemasan adalah : 1. Periksa nomor kode daur ulang, biasanya diletakkan pada bagian bawah botol,
dalam tutup, atau dicetak pada label untuk kemasan fleksibel, 2. Periksa keras atau lunak : PP ditekan akan balik kebentuk semula; HDPE ditekan
tidak kembali; LDPE lebih lunak dari HDPE; PET keras; PC lebih keras; PVC kurang keras.
3. Periksa permukaan mengkilap atau tidak : PC, PET dan PVC mengkilat; PP mengkilat tapi tidak keras; HDPE dan LDPE tidak mengkilat.
4. Test bakar : HDPE dan LDPE akan berbau wax; PC berbau phenol; PVC berbau chlorine; PET berbau buah
5. Kemasan tersebut harus dapat melindungi produk dari kerusakan fisik dan mekanis.
6. Cegah penggunaan botol susu bayi dan cangkir bayi dengan lubang penghisapnya berbahan polycarbonate, cobalah pilih dan gunakan botol susu
bayi berbahan kaca, polyethylene, atau polypropylene. Gunakanlah cangkir bayi berbahan stainless steel, polypropylene, atau polyethylene. Untuk dot,
gunakanlah yang berbahan silikon, karena tidak akan mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan latex.
7. Jika penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah, janganlah menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas.
8. Hindari penggunaan botol plastik untuk menyimpan air minum. Jika penggunaan botol plastik berbahan PET kode 1 dan HDPE kode 2, tidak dapat dicegah,
Universitas Sumatera Utara
gunakanlah hanya sekali pakai dan segera dihabiskan karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Bahan alternatif yang dapat
digunakan adalah botol stainless steel atau kaca. 9. Cegahlah memanaskan makanan yang dikemas dalam plastik, khususnya pada
microwave oven, yang dapat mengakibatkan zat kimia yang terdapat pada plastik tersebut terlepas dan bereaksi dengan makanan lebih cepat. Hal ini pun dapat
terjadi bila kemasan plastik digunakan untuk mengemas makanan berminyak atau berlemak.
10. Bungkuslah terlebih dahulu makanan dengan daun pisang atau kertas sebelum dibungkus dengan plastik pembungkus ketika akan dipanaskan di microwave
oven. 11. Cobalah untuk menggunakan kemasan berbahan kain untuk membawa sayuran,
makanan, ataupun belanjaan dan gunakanlah kemasan berbahan stainless steel atau kaca untuk menyimpan makanan atau minuman
12. Cegah penggunaan piring dan alat makan plastik untuk masakan. Gunakanlah alat makan berbahan stainless steel, kaca, keramik, dan kayu.
13. Terapkan, sebarkan dan ajaklah setiap orang di lingkungan rumah, kantor, sekolah, kampus, dan di manapun untuk mengetahui informasi ini dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari Nurheti, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Dampak dan Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan
Adapun zat-zat penyusun plastik yang berbahaya bagi kesehatan adalah Koswara, 2006:
1. Monomer vinil klorida, dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA dan mengalami metabolisme dalam tubuh, sehingga memiliki potensi yang cukup
tinggi untuk menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama kanker hati. 2. Monomer vinil sianida akrilonitril, bereaksi dengan adenin pada DNA dan
memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan penyakit kanker. Dampak akrilonitril sudah terbukti pada hewan percobaan yaitu menimbulkan
cacat lahir pada tikus yang memakannya. 3. Monomer vinil asetat, telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan hati
liver pada hewan. 4. Monomer lainnya, seperti akrilat, stirena, metakriat dan senyawa turunannya
seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol, isosianat organik, heksa metilandiamin, melamin, epodilokkloridin, bispenol dan
akrilonitril yang dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung.
Selain monomer, zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan diantaranya: 1. Dibutil ptalat DBP dan Dioktil ptalat DOP, merupakan zat aditif yang populer
digunakan dalam proses plastisasi, namun dibalik kepopuleran itu ternyata DBP dan DOP ternyata menyimpan suatu zat kimia yaitu zat benzen. Benzen termasuk
larutan kimia yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan. Benzen juga tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak. Hal tersebut bisa memicu kanker pada darah atau
leukemia Rahma, W, 2009. 2. Timbal Pb merupakan racun bagi ginjal dan kadmium Cd yang merupakan
pemicu kanker dan racun bagi ginjal dimana keduanya merupakan bahan aditif untuk mencegah kerusakan pada plastik.
3. Senyawa nitrosamine, yang timbul akibat reaksi antara komponen dalam plastik yang bersifat karsinogenik Winarno, 1994.
4. Ester ptalat, yang digunakan untuk melenturkan ternyata dapat mengganggu sistem endokrin Anonim, 2009.
5. Bisphenol A BPA yang terdapat pada plastik polikarbonat PC merupakan zat aditif yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker dan memperbesar resiko
pada kehamilan Anonim, 2008. 6. Bahan aditif senyawa penta kloro bifenil PCB yang ditambahkan sebagai bahan
pelembut. PCB berfungsi sebagai satic agent dan ikut menentukan kualitas plastik. Bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang pemakaiannya
karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia karsinogenik. Tanda dan gejala keracunan PCB ini berupa pigmentasi pada
kulit dab benjolan-benjolan, gangguan pencernaan, serta tangan dan kaki lemas. Pada wanita hamil PCB dapat mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan
serta bayi lahir cacat. Pada keracunan menahun, PCB dapat menyebabkan kematian jaringan hati dan kanker hati.
Universitas Sumatera Utara
7. Bahan pelembut lain yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan
dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita terkontaminasi
oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari
polietilena atau bahan alami daun pisang misalnya.
2.4. Kerangka Konsep
Tindakan Ibu Rumah Tangga
Pengguna Plastik Wadah
Penyimpanan Makanan dan
Minuman Sumber Informasi :
− Keluarga − Tetangga
− Media Cetak − Media Elektronik
Sikap Pengetahuan
Niat
Kelompok Acuan :
− Keluarga − Tetangga
Karakteristik :
− Umur − Suku
− Pendidikan − Penghasilan
Keluarga − Lama
Menggunakan Plastik Wadah
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan ibu rumah tangga
pengguna plastik wadah penyimpanan makanan dan minuman di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2011.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di di Kelurahan Sidorame Timur. Alasan Pemilihan Lokasi :
1. Merupakan daerah padat penghuni yaitu 22.974 km
2
, jumlah ibu rumah tangga 1105 orang dan wilayah perkotaan yang sudah sering terpapar promosi plastik
sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman. 2. Di Kelurahan Sidorame Timur sudah dilakukan observasi awal ternyata rata-rata
ibu rumah tangga menggunakan plastik dengan jeniskode yang barbahaya sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman sehari-hari terutama untuk
anak dan keperluan sehari-hari. 3. Masih banyak masyarakat terutama ibu rumah tangga yang tidak peduli
penggunaan plastik dapat menyebabkan masalah terhadap kesehatan terutama keluarga.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan November tahun 2010.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang ada di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan perjuangan sesuai dengan data dari kantor
kelurahan adalah 5.295 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah ibu rumah tangga pengguna plastik wadah penyimpanan makanan dan minuman yang memenuhi
kriteria adalah 1.105 orang. Menurut Lemeshow 1994 cara untuk menentukan jumlah sampel yang ingin diteliti dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan ; N = Besar Populasi 15 Lingkungan 1.105
n = Besar Sampel d = Galat Pendugaan 0,1
Z = Tingkat Kepercayaan 95=1.96 P = Proporsi Populasi ditentukan 0,5
Z
2
. P 1–P. N d
2
. N –1 + Z
2
P 1–P
Universitas Sumatera Utara
Maka besar sampel : n = 1.96
2
. 0.5 1-0.5.1105 0.1
2
.1105-1 + 1.96
2
.0,5 0.5-1 n = 0.96. 1.105
11,04 + 0.96 n = 1060,8
12 n =
88,4 ---- 88 n = 88 Jadi besar sampel dalam penelitian ini 88 Ibu Rumah Tangga
Dari hasil perhitungan sampel minimal sebanyak 88 ibu rumah tangga. Untuk menentukan sampel yang akan dijadikan unit analisis dilakukan
dengan metode purposive sampling dengan kriterianya sebagai berikut : 1. Ibu rumah tangga yang tidak bekerjamengurus rumah tangga
2. Ibu rumah tangga yang berusia produktif dari umur 15 sampai 49 tahun 3. Menggunakan bahanwadah plastik dalam mengemas makanan dan minuman
4. Bertempat tinggal di kelurahan Sidorame Timur 5. Bersedia menjadi responden
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner terhadap yang meliputi data karakteristik, pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah tangga pengguna plastik
sebagai tempat penyimpanan makanan dan minuman.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi data umum atau data monografi Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan.
3.5. Defenisi Operasional
1. Karakteristik adalah hal-hal yang melekat pada diri responden dan yang membedakan responden satu dengan responden lainnya.
a. Umur adalah pengakuan responden mengenai usianya mulai dari lahir sampai ulang tahun terakhir.
b. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal akhir yang penah dicapai oleh
responden. c.
Suku adalah sesuatu yang menjadi karakteristik individu berdasakan etnis
d. Lama menggunakan plastik wadah adalah waktu yang telah dilalui
responden dalam menggunakan plastik wadah. e.
Penghasilan Keluarga adalah jumlah penghasilan dari keluarga responden suami tersebut setiap bulannya.
2. Sumber informasi adalah asalsumber keterangan-keterangan yang diperoleh responden.
3. Pengetahuan adalah hal-hal yang menyangkut pengetahuan responden penggunaan plastik wadah penyimpanan makanan dan minuman.
4. Sikap adalah tanggapan atau pendapat responden penggunaan plastik wadah penyimpanan makanan dan minuman.
5. Niat adalah keinginan dari hati ibu rumah tangga yang melatar belakanginya untuk penggunaan plastik wadah penyimpanan makanan dan minuman.
Universitas Sumatera Utara
6. Kelompok acuan atau orang-orang yang sudah saling mengenal, serta dapat dijadikan contoh bagi seseorang yang secara nyata dapat mempengaruhi
perubahan perilaku. Kelompok acuan antara lain : a.
Media cetakTV diperoleh dari televisi, radio, koran, majalah tentang info penggunaan plastik wadah penyimpanan makanan dan minuman.
b. Tetangga adalah orang-orang yang selama ini memberikan informasi tentang
penggunaan plastik wadah penyimpanan makanan dan minuman. c. Keluarga adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya, family, orang yang
terdekat dengan kita yang semasa hidup kita yang selama ini memberikan informasi tentang penggunaan plastik wadah penyimpanan makanan dan
minuman. 7. Tindakan adalah bentuk nyata tindakan responden terkait dengan perilaku
menggunakan plastik wadah dan pemilihan terhadap plastik wadah.
3.6. Instrumen danAspek Pengukuran 3.6.1. Instrumen