Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Rawat Inap Di Kota Medan : Studi Kasus Puskesmas Helvetia, Medan-Deli, Dan Belawan

(1)

35 Lampiran 1

Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II

No Kegiatan

Nama puskesmas Helvetia

Medan-Deli

Belawan A. Kebijakan pelayanan kefarmasian

1. Penanggung jawab

Apotek/Instalasi farmasi di Puskesmas ;

a. Apoteker 3 3 3

b. Tenaga teknis kefarmasian (Sarjana farmasi, D3 Farmasi,Asisten Apoteker c. Tenaga kesehatan lain atau

bukan untuk kesehatan

2. Apotek/Instalasi farmasi

Puskesmas tercantum pada struktur Organisasi Puskesmas

a. Ada dan ditetapkan dengan SK Kepala Puskesmas

3 3 3

b. Ada tetapi tidak ditetapkan dengan SK Kepala Puskesmas c. Tidak memiliki struktur

organisasi

3. Kartu stok obat tersedia di gudang untuk masing-masing obat atau dengan sistem komputerisasi untuk memantau pemasukan dan pengeluaran obat

a. Ya, untuk setiap jenis obat 3 3 3

b. Ya, untuk beberapa obat saja c. Tidak ada kartu stok

Jumlah standar 9 9 9

Total standar keseluruhan 88 88 88

Persentase standar keseluruhan 10,22% 10,22% 10,22%

Yang dicapai 9 9 9

Persentase yang dicapai 10,22% 10,22% 10,22%


(2)

36 No Kegiatan

Nama puskesmas Helvetia

Medan-Deli

Belawan B. Pelayanan farmasi

1. Penggunaan lembar resep

a. Lembar resep lengkap (dengan tulisan R/, nama dokter, nama pasien, alamat, umur

3 3

b. Lembar resep tidak lengkap 2

c. Tidak menggunakan lembar resep

2. Pengkajian resep dilakukan oleh a. Apoteker

b. Apoteker dan/atau TTK (Sarjana Farmasi, D3

Farmasi,m Asisten Apoteker

2 2 2

c. Tenaga kesehatan lain atau bukan tenaga kesehatan 3. Peracikan obat dilakukan oleh

a. Apoteker

b. Apoteker dan/atau TTK (Sarjana Farmasi, D3 Farmasi, Asisten Apoteker

2 2 2

c. Tenaga kesehatan lain atau bukan tenaga kesehatan 4.. Penyerahan obat dilakukan oleh

a. Apoteker

b. Apoteker dan/atau TTK (Sarjana Farmasi, D3 Farmasi, Asisten Apoteker

2 2 2

c. Tenaga kesehatan lain atau bukan tenaga kesehatan 5. Ronde/Visite pasien

a. Apoteker melakukan visite tim b. Apoteker melakukan visite

mandiri 2 2

c. Belum melakukan visite 1

Jumlah standar 15 15 15

Total standar keseluruhan 88 88 88

Persentase standar keseluruhan 17,04% 17,04% 17,04%

Yang dicapai 10 10 11

Persentase yang dicapai 11,36% 11,36% 12,5%


(3)

37

Distribusi persentase yang dicapai 66,67% 66,67% 73,36%

Lanjutan Bagian III

Nama puskesmas No Kegiatan Helvetia Medan

-Deli

Belawan A. Kelengkapan fasilitas (alat dan

ruang)

1. Fasilitas penyimpanan yang menjamin stabilitas obat

1 1 1

2. Fasilitas penyimpanan narkotika/psikotropika

0 0 0

3. Fasilitas penyimpanan bahan berbahaya/mudah terbakar

0 0 0

4. Fasilitas penyimpanan gas medic 0 0 0 5. Ruang peracikan obat dalam keadaan

bersih

1 1 1

6. Peralatan peracikan obat dalam keadaan bersih

1 1 1

7. Fasilitas ruang tunggu 1 1 1

8. Fasilitas ruang PIO/Konseling 0 0 0

9. Fasilitas pengarsipan 1 1 1

10. Sistem penyimpanan obat di gudang yang memudahkan pencarian berdasarkan alphabet atau kelas terapi

1 1 1

11. Data penilaian capaian kinerja pengelolaan

0 0 0

12. Sistem penyimpanan obat di gudang yang menjamin keamanan (terkunci )

1 1 1

13. Jenis obat generik yang terdapat di gudang puskesmas sesuai daftar obat kebutuhan puskesmas

1 1 1

Jumlah standar 13 13 13

Total standar keseluruhan 88 88 88

Persentase standar keseluruhan 14,77% 14,77% 14,77%

Yang dicapai 8 8 8

Persentase yang dicapai 9,1% 9,1% 9,1 %

Distribusi persentase yang dicapai 61,61% 61,61% 61,61% B. Standar Operasional Prosedur

(SOP)

1. Pengelolaan sediaan farmasi, meliputi

a. Perencanaan 0 0 0

b. Permintaan 0 0 0


(4)

38

c. Penerimaan 1 1 0

d. Penyimpanan 1 1 1

e. Pendistribusian 1 1 0

f. Pengendalian 0 0 0

g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan

1 1 0

h. Pemantauan dan evaluasi 0 0 0

2. Pelayanan farmasi klinik, meliputi : a. Pengkajian resep/instruksi

pengobatan

1 1 1

b. Dispensing 1 1 1

c. Penelusuran riwayat penggunaan obat

0 0 0

d. Pemberian Informasi Obat (PIO) 1 1 1

e. Konseling 0 0 0

f. Ronde/Visite 0 0 0

g. Pemantauan Terapi Obat (PTO) 0 0 0

h. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) 0 0 0 i. Monitoring Efek Samping Obat

(MESO)

0 0 0

j. Penyuluhan 0 0 0

k. Pelayanan kefarmasian residensi (home pharmacy care)

0 0 0

Jumlah standar 19 19 19

Total standar keseluruhan 88 88 88

Persentase standar keseluruhan 21,60% 21,60% 21,60%

Yang dicapai 7 7 4

Persentase yang dicapai 7,95% 7,95% 4,54%

Distribusi persentase yang dicapai 36,80% 36,80% 21,02% C. Administrasi umum

1 Pencatatan dan pengarsipan pelaporan narkotika

1 1 1

2 Pencatatan dan pengarsipan pelaporan psikotropika

1 1 1

3 Pencatatan dan pengarsipan pelaporan keluar masuk obat dan perbekalan kesehatan

1 1 1

4 Pengarsipan resep 1 1 1

5 Pengarsipan catatan pengobatan pasien

0 0 1

6 Pengarsipan hasil pemantauan terapi obat

0 0 0

Jumlah standar 6 6 6

Total standar keseluruhan 88 88 88

Persentase standar keseluruhan 6,82% 6,82% 6,82%

Yang dicapai 4 4 5

Persentase yang dicapai 4,55% 4,55% 5,68%


(5)

39

Distribusi persentase yang dicapai 66,71% 66,71% 83,28% D. Pelayanan farmasi klinik

1. Penulisan resep dilakukan oleh :

a. Dokter/Dokter gigi 1 1 1

b. Perawat/Bidan

2. Pengkajian resep dilakukan sesuai dengan :

a. Persyaratan administratif (Kelengkapan resep)

1 1 1

b. Kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, potensi, dosis, dll)

1 1 1

c. Pertimbangan klinik (alergi, efek samping, interaksi, dll)

1 1 1

3. Tanpa persediaan obat racikan lebih dari 1 (satu) hari

1 1 1

4. Tanpa penggunaan blender sebagai alat racikan

1 1 1

5. Penyerahan obat disertai etiket (biru untuk obat luar, putih untuk obat dalam)

0 0 0

6. Apoteker memberikan informasi obat kepada pasien, meliputi :

a. Aturan pakai 1 1 1

b. Lama pengobatan 1 1 1

c. Cara pemakaian 1 1 1

d. Efek samping 1 1 1

e. Interaksi obat 0 0 0

f. Cara penyimpanan obat 0 1 1

7. Apoteker memberikan informasi obat yang terdokumentasi

1 1 1

8. Apoteker melaksanakan konseling yang terdokumentasi

0 0 0

9. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian residensial (home pharmacy care)

0 0 0

10. Melakukan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

0 0 0

11. Pendokumentasian kesalahan pengobatan (medication error)

0 0 0

Jumlah standar 18 18 18

Total standar keseluruhan 88 88 88

Persentase standar keseluruhan 20,45% 20,45% 20,45%

Yang dicapai 11 12 12

Persentase yang dicapai 12,5% 13,64% 13,64 %

Distribusi persentase yang dicapai 61,12% 66,70% 66,70% E. Evaluasi

1. Evaluasi yang dilakukan meliputi :

a. Sumber daya manusia 0 0 0


(6)

40

b. Pengelolaan sediaan farmasi 0 0 0

c. Pelayanan farmasi klinik 0 0 0

2. Pengukuran capaian pelayanan

a. Survey kepuasan pasien 0 0 0

b. Penyediaan kotak saran 0 0 0

3. Menindak lanjuti hasil evaluasi 0 0 0

Jumlah standar 6 6 6

Total standar keseluruhan 88 88 88

Persentase standar keseluruhan 6,82% 6,82% 6,82%

Yang dicapai 0 0 0

Persentase yang dicapai 0% 0% 0%

Distribusi persentase yangdicapai 0% 0% 0%

Bagian iv. Pertanyaan terbuka kepada apoteker (Isi sesuai jawaban responden/keadaan sebenarnya)

No

Kegiatan

Nama puskesmas Helvetia Medan

-Deli

Belawan 1. Jumlah Apoteker yang mengikuti

kursus/pelatihan farmasi klinik dalam 3 (tiga) tahun terakhir

1 1 1

2. Jenis pelatihan yang diikuti

(identifikasi data pelatihan farmasi

klinik)

POR POR POR

Jumlah standar 2 2 2

Total standar keseluruhan 88 88 88

Persentase standar keseluruhan 2,27% 2,27% 2,27%

Yang dicapai 2 2 2

Persentase standar yang dicapai 2,27% 2,27% 2,27% Distribusi persentase yang dicapai 100% 100% 100%

Total nilai yang dicapai 51 52 51

Persentase nilai keseluruhan yang dicapai 57,95% 59,09% 57,95%

Keterangan : 1 = Ya/Ada 0 = Tidak Lanjutan Bagian III E


(7)

41 Lampiran 2 Surat Izin Penelitian di Puskesmas


(8)

42


(9)

43


(10)

44


(11)

45 LAMPIRAN 6. Gambar puskesmas helvetia

Ruang tunggu Peralatan peracikan obat

Proses meracik obat Apoteker mengkaji resep


(12)

46 Lanjutan

Penyimpanan obat di gudang berdasarkan kelas terapi


(13)

47 LAMPIRAN 7. Gambar puskesmas medan-deli

Ruang tunggu Peralatan peracikan obat


(14)

48 Lanjutan

Pengkajian resep Meja peracikan obat

Penyimpanan obat sesuai alfabetis

Pengarsipan resep


(15)

49 LAMPIRAN 8. Gambar puskesmas belawan

Ruang tunggu Peralatan peracikan


(16)

50 Lanjutan

Penyimpanan obat berdasarkan kelas terapi

Pengkajian resep Pengarsipan resep


(17)

33

DAFTAR PUSTAKA

Al Assaf. (2009). Mutu Pelayanan Kesehatan: Jakarta: Buku Kedokteran. Halaman 6.

Anonim. (2010). Perkembangan Praktek Kefarmasian [On-line]. Diakses 27 November

Anonim. (2014). Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas [On-line]. Diakses 27 November 2015. dkk.sukoharjokokab.go.id/read/pelayanan-kefarmasian-di-puskesmas.

Anonim. (2012). 7 Kriteria Upaya Pengobatan Rasional di Puskesmas [On-line]. Diakses 27 November

Bahfen, F. (2008). Aspek Legal Layanan Farmasi Komunitas Dengan Konsep Pelayanan Kefarmasian [On-line]. Diakses 27 November 2015. http://www.ikatanapotekerindonesia.net/pharmacy-news/32-pharmaceutical-information/19-aspek-legal-layanan-farmasi-komunitas.html.

DetikNews. (2013). Kondisi Puskesmas di Indonesia [On-line]. Diakses 27 November

Puskesmas-di Indonesia-antrean-panjang-dan-dokter-yang-kurang.

Dinas Kesehatan Kota Medan. (2014). Form Monitoring Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Imbaho. (2007). Pelayanan Kesehatan. Bandung: Salemba Medika. Halaman 80. Kemenkes RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 3,8.

Mubarak, W. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 183-189.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 37-38.

Permenkes RI. (2014)a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 7,8.


(18)

34

Permenkes RI. (2014)b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 86.

Syafrudin, Theresia Evk, Jomima. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media. Halaman 107-109.


(19)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif yang bersifat

cross-sectional. Survei cross-sectional adalah suatu penelitian dengan cara observasi

atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Soekidjo, 2010).

3.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah observasi langsung menggunakan lembar ceklist kriterianya mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 30 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas yang meliputi bagian I data dasar. Bagian II yang terdiri dari kebijakan pelayanan kefarmasian dan pelayanan farmasi. Bagian III yang terdiri dari, kelengkapan fasilitas (alat dan ruang), Standar Operasional Prosedur (SOP), administrasi umum, pelayanan farmasi, dan evaluasi. Bagian IV yaitu pertanyaan terbuka kepada Apoteker.

3.3 Lokasi Penelitian

Puskesmas yang diteliti terdiri dari 3 Puskesmas rawat inap yaitu Puskesmas Medan Deli di jalan KL.Yos sudarso Km 11,1 Kecamatan Medan-Deli, Puskesmas Belawan di jalan Stasiun komplek PJK No 1 Belawan dan Puskesmas Helvetia di jalan Kemuning Kecamatan Medan Helvetia.


(20)

22 3.4 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data untuk nilai penerapan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas dilakukan secara observasi dan wawancara kepada apoteker di puskesmas dengan mengisi daftar ceklist pelayanan kefarmasian yang diisi oleh peneliti secara langsung di puskesmas tersebut. Daftar ceklist dibuat berdasarkan Permenkes nomor 30 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas, berisi 88 pertanyaan yang terdiri dari 4 bagian besar. Bagian I yaitu bagian dasar, bagian II terdiri 2 bagian yaitu kebijakan pelayanan kefarmasian, dan pelayanan farmasi, bagian III terdiri dari 5 bagian yaitu kelengkapan fasilitas (alat dan ruang), SOP (Standar Operasional Prosedur), administrasi umum, pelayanan farmasi klinik, dan evaluasi, bagian IV yaitu pertanyaan terbuka kepada Apoteker. Daftar ceklist lengkap dapat dilihat pada Lampiran .

Data dasar diperoleh dengan cara observasi dan wawancara langsung kepada Apoteker yang ada di tiga puskesmas tersebut. Persentase pelayanan kefarmasian diperoleh dengan cara membagikan nilai yang dicapai dengan nilai standar dikali 100%, sedangkan distribusi persentase diperoleh dengan cara membagikan persentase yang dicapai dengan persentase standar dikali 100%.

Nilai standar pelayanan kefarmasian di puskesmas diukur sesuai dengan acuan yang digunakan Dinas Kesehatan dalam melakukan monitoring kepada puskesmas tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas. Dimana untuk setiap penilaian pada pertanyaan diberi nilai:

a. Jika tersedia/ya diberi nilai 1 b. Jika tidak tersedia diberi nilai 0 c. Jika jawaban a diberi nilai 3


(21)

23 d. Jika jawaban b diberi nilai 2

e. Jika jawaban c diberi nilai 1

Kemudian nilai tersebut dijumlahkan dan hasil yang diperoleh dibagi atas dua kategori dengan range yang susuai.

a. Kategori I dengan total nilai ≥ 68 dikatakan baik b. Kategori II dengan total nilai < 68 dikatakan kurang (Dinas Kesehatan, 2014).

3.5 Definisi Operasional

a. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes, 2014).

b. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (Permenkes, 2014).

c. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung yang bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes, 2014).

3.6 Prosedur Kerja


(22)

24

a. Menyiapkan lembar daftar ceklist pelayanan kefarmasian dengan pengamatan langsung di puskesmas dan melakukan wawancara kepada apoteker tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas.

b. Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk melakukan penelitian di puskesmas tersebut.

c. Meminta izin Dinas Kesehatan kota Medan untuk melakukan penelitian di puskesmas tersebut.

d. Mendatangi puskesmas tersebut dan memberikan surat izin dari Dinas Kesehatan kota Medan untuk melakukan penelitian.

e. Mengisi daftar ceklist pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas tersebut.

f. Melakukan analisis data hasil daftar ceklist, selanjutnya membuat laporan penelitian.

3.7 Analisis Data

Data diolah menggunakan program Microsoft Excel, disajikan dalam bentuk diagram pie dan tabel.


(23)

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari ketiga Puskesmas dihitung berdasarkan lembar ceklist (dilihat di lampiran). Hasil penelitian dibagi dalam empat bagian, bagian I data dasar, bagian ke-II kebijakan pelayanan kefarmasian dan pelayanan farmasi, bagian III kelengkapan fasilitas (alat dan ruang), SOP (Standar Operasional Prosedur), administrasi umum, pelayanan farmasi klinik, dan evaluasi, serta bagian ke-IV pertanyaan terbuka bagi Apoteker. Bagian I (data dasar) Puskesmas tidak mendapatkan nilai dari perhitungan, namun merupakan hal yang penting untuk melihat keadaan umum Puskesmas.

4.1.1 Hasil Data Dasar Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan

Bagian I (Data dasar) diperoleh berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Apoteker di Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Data dasar puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan No Data dasar

puskesmas

Nama puskesmas

Helvetia Medan-Deli Belawan 1 Nama puskesmas Helvetia Medan-Deli Belawan 2 Jenis puskesmas Rawat inap Rawat inap Rawat inap

3 Alamat Jalan kemuning,

kecamatan medan Helvetia

Jalan KL Yos sudarsp KM 11,1 Kecamatan

Medan-Deli

Jalan Stasiun komplek PJK No 1 Belawan


(24)

26

4 Kabupaten/Kota Medan Medan Belawan

5 Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara

6 Nama kepala

puskesmas

dr. Zulheri dr. Nurlelin S dr. Adi Raja Brando Lubis 7 Nama

apoteker/KA.Insta lasi farmasi Verarwaty Saragih, S.Si., Apt. Chairani Siregar, S.Farm., Apt. Saifah Nur Nasution, S.Farm., Apt. 8 Nomor

STRA/STRTTK 19810713/STRA-UNPAD/2006/23 8957 19801211/STRA-USU/2009/29762 19860212/STRA-USU/2009/21109 9

9 Nomor

SIPA/SIKTTK

- - -

10 Jumlah apoteker 1 1 1

11 Jumlah TTK (S1 Farmasi, D3 Farmasi, AA)

2 1 1

12 Jumlah tenaga non kefarmasian

1 2 -

4.1.2 Hasil Persentase Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan

Hasil yang diperoleh untuk mendapatkan penilaian pada bagian ke-II kebijakan pelayanan kefarmasian dan pelayanan farmasi, bagian III kelengkapan fasilitas (alat dan ruang), SOP (Standar Operasional Prosedur), administrasi umum, pelayanan farmasi klinik, dan evaluasi, serta bagian ke-IV pertanyaan terbuka kepada Apoteker menggunakan lembar ceklist yang diisi berdasarkan kondisi Puskesmas sebenarnya disertai bukti.

Kebijakan pelayanan kefarmasian di tiga puskesmas mencapai 10,22%, pelayanan farmasi puskesmas Helvetia dan Medan-Deli mencapai 11,36%, puskesmas Belawan 12,5%, kelengkapan fasilitas (alat dan ruang) 9,1%, Standar Operasional Prosedur (SOP) di puskesmas Helvetia dan puskesmas Medan-Deli mencapai 7,95% sedangkan puskesmas Belawan mencapai 4,54%, administrasi Lanjutan Tabel 4.1


(25)

27

umum di puskesmas Helvetia dan Medan-Deli mencapai 4,55%, sedangkan puskesmas Belawan 5,68%. Pelayanan farmasi klinik di puskesmas Helvetia mencapai 12,5%, sedangkan puskesmas Medan-Deli dan Belawan mencapai 13,64%. Evaluasi di tiga puskesmas 0% dan pertanyaan terbuka (pelatihan Apoteker) di tiga puskesmas mencapai 2,27%.

Dari hasil persentase diatas, maka total persentase pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia mencapai 57,95% dan yang tidak terpenuhi sebanyak 42,05%. Total persentase pelayanan kefarmasian di puskesmas Medan-Deli mencapai 59,09% dan yang tidak terpenuhi mencapai 40,91%. Total persentase pelayanan kefarmasian di puskesmas Belawan mencapai 57,95% dan yang tidak terpenuhi mencapai 42,05%. Berdasarkan peraturan yang ditetapkan Dinas Kesehatan apabila capaian yang diperoleh ≥ 68% dikategorikan baik, namun apabila < 68% dikategorikan kurang. Capaian yang diperoleh ke tiga Puskesmas < 68%, maka pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan adalah kurang/belum memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 30 tahun 2014 (Gambar 4.1, 4.2, dan 4.3).


(26)

28 10,22% 11,36% 9,1% 7,95% 4,55% 12,5% 0% 2,27% 42,05% Kebijakan pelayanan kefarmasian Pelayanan farmasi Kelengkapan fasilitas (Alat dan Ruang) Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi umum Pelayanan farmasi klinik Evaluasi Pertanyaan terbuka (Pelatihan Apoteker) Tidak terpenuhi 10,22% 11,36% 9,1% 7,95% 4,55% 13,64% 0% 2,27% 40,91% Kebijakan pelayanan kefarmasian Pelayanan farmasi Kelengkapan fasilitas (Alat dan Ruang) Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi umum Pelayanan farmasi klinik Evaluasi Pertanyaan terbuka (Pelatihan Apoteker) Tidak terpenuhi Gambar 4.1 Persentase standar pelayanan kefarmasian

di Puskesmas Helvetia

Gambar 4.2 Persentase standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Medan-Deli


(27)

29

4.1.3 Distribusi Persentase Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Helvetia, Medan-Deli, dan Belawan

Terkait dengan hasil persentase ketiga puskesmas, maka disajikan distribusi persentase dalam setiap bagian, untuk melihat apakah setiap bagian memenuhi atau tidak dengan standar yang ditetapkan. Capaian diperoleh dengan membagi persentase standar yang dicapai dengan persentase standar baku dikali 100% (dilihat di lampiran).

Capaian yang diperoleh bagian II kebijakan pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan adalah 100% (baik), pelayanan farmasi di puskesmas Helvetia dan puskesmas Medan-Deli mencapai 66,67% (kurang), capaian ini belum memenuhi standar, penyebabnya adalah Apoteker tidak mampu melakukan tugas pelayanan farmasi sendiri dengan jumlah pasien yang banyak, sehingga Apoteker membutuhkan Tenaga Teknis Kefarmasian

10,22% 12,5% 9,1% 4,54% 5,68% 13,64% 0% 2,27% 42,05% Kebijakan pelayanan kefarmasian Pelayanan farmasi Kelengkapan fasilitas (Alat dan Ruang) Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi umum Pelayanan farmasi klinik Evaluasi Pertanyaan terbuka (Pelatihan Apoteker) Tidak terpenuhi Gambar 4.3 Persentase standar pelayanan kefarmasian


(28)

30

untuk membantu melakukan pelayanan farmasi, sedangkan puskesmas Belawan mencapai 73,36% (baik).

Bagian III, kelengkapan fasilitias (alat dan ruang) ke tiga puskesmas mencapai 61,61% (kurang), capaian yang didapat belum memenuhi standar, penyebabnya adalah keterbatasan sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah, dan terbatasnya kemampuan Apoteker mengajukan kelengkapan fasilitas (alat dan ruang). Kategori SOP (Standar Operasional Prosedur) puskesmas Helvetia dan Medan-Deli mencapai 36,80% (kurang), sedangkan puskesmas Belawan mencapai 21,02% (kurang), capaian ini belum memenuhi standar, penyebabnya adalah ketidakpahaman Apoteker dalam menyusun SOP dan belum ada kebijakan yang memprioritaskan tersedia SOP di Puskesmas, dianggap tanpa SOP semua kegiatan dapat dilakukan.

Katogori administrasi umum puskesmas Helvetia dan Medan-Deli mencapai 66,71% (kurang), capaian ini belum memenuhi standar, penyebabnya adalah kurangnya tenaga kefarmasian dan keterbatasan waktu tidak memungkinkan melakukan pengarsipan catatan pengobatan pasien dan hasil pemantauan terapi obat, sedangkan puskesmas Belawan administrasi umumnya mencapai 83,28% (baik). Kategori pelayanan farmasi klinik puskesmas Helvetia mencapai 61,12% (kurang), sedangkan puskesmasmas Medan-Deli dan Belawan mencapai 66,70% (kurang) capaian ketiga puskesmas belum memenuhi standar, penyebabnya adalah Apoteker belum mampu melakukan semua kegiatan farmasi klinik dengan jumlah pasien yang lebih dari 50 (lima puluh) dalam satu hari, sehingga pelayanan Apoteker sebatas penyiapan dan penyerahan obat disertai PIO.


(29)

31

Kategori Evaluasi ketiga puskesmas mencapai 0% / sama sekali tidak dilakukan (kurang) penyebabnya adalah minimnya tenaga kefarmasian dan keterbatasan waktu tidak memungkinkan melaksanakan evaluasi. Contohnya penggunaan kotak saran yang ada di puskesmas, meskipun ada kotak saran namun tidak pernah diisi oleh pasien sebagai tujuan evaluasi, penyebabnya karena pasien tidak mengerti fungsi dari kotak saran tersebut.

Bagian IV, kategori pertanyaan terbuka kepada Apoteker, ketiga puskesmas mencapai 100% (baik) (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Distribusi Persentase (%) Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan

Nama Puskesmas

No Parameter yang diuji Helvetia Medan-Deli Belawan 1. BAGIAN II Kebijakan pelayanan kefarmasian 100% (baik)

100% (baik) 100% (baik)

2. Pelayanan

farmasi 66,67% (kurang) 66,67% (kurang) 73,36% (baik) 3. BAGIAN III Kelengkapan fasilitas (Alat dan ruang) 61,61% (kurang) 61,61% (kurang) 61,61% (kurang)

4. Standar

Operasional Prosedur (SOP) 36,80% (kurang) 36,80% (kurang) 21,02% (kurang)

5. Administrasi

umum 66,71% (kurang) 66,71% (kurang) 83,28% (baik)

6. Pelayanan

farmasi klinik 61,12% (kurang) 66,70% (kurang) 66,70% (kurang)

7. Evaluasi 0%

(kurang)

0% (kurang) 0% (kurang)

8. BAGIAN IV

Pertanyaan terbuka kepada Apoteker


(30)

32 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Helvetia, Puskesmas Medan-Deli dan Puskesmas Belawan adalah kurang / belum memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014.

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan hasil penelitian disarankan agar

a. Dinas kesehatan kota Medan menindaklanjuti hasil monitoring dengan cara memperlengkapi kebutuhan Puskesmas.

b. Dilakukan akreditasi terhadap puskesmas tiap satuan waktu oleh Dinas Kesehatan kota Medan.


(31)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes , 2014). Puskesmas memiliki fungsi sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan kesehatan di suatu wilayah (Syafrudin dkk., 2009).

Mutu dalam layanan kesehatan di puskesmas adalah sebuah konsep manajemen berfokus konsumen yang inovatif dan patisipatif yang memengaruhi setiap individu dalam organisasi. Tujuannya adalah terwujudnya pelaksanaan proses perbaikan yang akan berdampak positif outcome layanan kesehatan (Al.assaf, 2009).

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yang meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2010 (Kemenkes, 2004).


(32)

8 2.2 Kedudukan Puskesmas

Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota, Sistem Pemerintah Daerah, dan antar sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama. a. Sistem Kesehatan Nasional. Kedudukan puskesmas dalam sistem Kesehatan

Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

b. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota. Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintahan kabupaten/kota adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

c. Sistem Pemerintah Daerah. Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit struktural pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

d. Antar sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Diwilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas diantara berbagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama ini adalah sebagai mitra (Syafrudin dkk., 2009).


(33)

9 2.3 Fungsi Puskesmas

Tiga fungsi pokok utama yang diemban puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target dan sasaran masyarakat di wilayah kerjanya, yakni sebagai berikut :

a. pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

i. berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. ii. aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan untuk masyarakat

dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

b. pusat pemberdaya masyarakat

berupaya agar perorangan, terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat memiliki perilaku berikut :

i. sadar, mau dan mampu melayani diri sendiri serta masyarakat untuk hidup sehat.

ii. berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan.

iii. ikut menetapkan menyelenggarakan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan program kesehatan.

iv. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

v. merangsang masyarakat, termasuk swasta, untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.


(34)

10

vi. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

c. pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (kontiniu) mencakup pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Mubarak, 2011).

2.4 Fasilitas Penunjang Puskesmas

Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan, puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.

a. Puskesmas pembantu. Puskesmas pembantu yang sering dikenal sebagai pustu atau pusban adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.

b. Puskesmas keliling. Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas keliling berfungsi menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan (Mubarak, 2011).


(35)

11 2.5 Pelayanan Kefarmasian

Menurut Permenkes RI nomor 30 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas, yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian, telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari pengelolaan obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir serta kemungkinan terjadinya keselahan pengobatan (medication error)

Pharmaceutical care (asuhan kefarmasian) adalah konsep dasar dalam pekerjaan kefarmasian yang memberikan tanggung jawab atas dampak pemberian obat kepada pasien (Anonim, 2010). Dalam memberikan perlindungan kepada pasien, maka dapat diidentifikasikan bahwa fungsi dari pharmaceutical care adalah menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan lainnya serta mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat. Tujuan yang ingin dicapai mencakup mengindentifikasikan hasil pengobatan dan tujuan akhir pengobatan, agar pengobatan dapat diterima untuk terapis, agar diterapkan penggunaan secara


(36)

12

rasional, memantau efek samping obat, menentukan metode penggunaan obat (Bahfen, 2008).

Ruang lingkup pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 kegiatan pokok yaitu :

a. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, yang terdiri dari :

i. perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai. Merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan pasien.

ii. permintaan obat dan bahan medis habis pakai. Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan perencanaan.

iii. peneriamaan obat dan bahan medis habis pakai. Tujuannya supaya obat dan bahan medis habis pakai yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan.

iv. penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai. Tujuannya supaya mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan dengan persyaratan yang ditetapkan.

v. pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.


(37)

13

vi. pengendalian obat dan bahan medis habis pakai. Tujuannya supaya tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat dan bahan medis habis pakai di unit pelayanan kesehatan dasar.

vii. pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan. Tujuannnya adalah bukti pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah dilakukan, sebagai sumber data untuk melakukan pengendalian dan sumber data untuk pembuatan laporan.

viii. pemantuan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai. Tujuannya untuk mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan (Anonim, 2014).

b. Pelayanan farmasi klinik. Merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien, yang terdiri dari :

i. pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat (PIO) ii. pelayanan infoemasi obat (PIO)

iii. konseling

iv. ronde/visite pasien (khusus puskesmas rawat inap) v. pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO) vi. pemantauan terapi obat (PTO)


(38)

14 2.6 Kegiatan Pokok Puskesmas

Ada 18 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Usaha-usaha pokok itu bergantung pada faktor tenaga, sarana, prasarana, biaya yang tersedia, serta kemampuan manajemen dari setiap puskesmas. Kegiatan pokok puskesmas itu diantanya :

a. upaya kesehatan ibu dan anak

i. pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan, dan menyusui, serta bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.

ii. pemberian nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk. iii. imunisasi.

iv. pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimulasinya. v. pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, dan pra sekolah untuk berbagai

penyakit ringan. b. upaya keluarga berencana

i. kursus KB untuk para ibu dan calon ibu yang mengunjungi KIA.

ii. konseling pemasangan IUD serta cara-cara penggunaan pil dan kondom dengan member sarananya.

c. upaya perbaikan gizi

i. identifikasi penderita kekurangan gizi. ii. pengembangan program perbaikan gizi. iii. pendidikan gizi kepada masyarakat. d. upaya kesehatan lingkungan

i. penyehatan air bersih.


(39)

15 iii. penyehatan air buangan/limbah. iv. penyehatan lingkungan perumahan. v. pengawasan sanitasi tempat umum.

e. upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular i. pengumpulan dan menganalisis data penyakit.

ii. pelaporan kasus penyakit menular.

iii. investigasi kebenaran laporan yang masuk.

iv. tindakan permulaan untuk pencegahan penyakit menular.

v. penyembuhan penyakit penderita, hingga tidak lagi menjadi sumber infeksi.

vi. pemberian imunisasi.

f. upaya pengobatan, termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan lalulintas i. diagnosa sedini mungkin melalui pengumpulan informasi riwayat

penyakit, pemeriksaan fiksik, pemeriksaan laboratorium, kemudian membuat diagnosis.

ii. pelaksanaan tindakan pengobatan. iii. upaya rujukan.

g. upaya penyuluhan kesehatan masyarakat

i. kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan oleh petugas di klinik, rumah, dan kelompok-kelompok masyarakat.

ii. di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi di tingkat kabupaten diadakan tenaga-tenaga koordinator penyuluhan kesehatan.


(40)

16 i. perawatan kesehatan masyarakat. j. kesehatan kerja.

k. kesehatan gigi dan mulut. l. kesehatan jiwa.

m. kesehatan mata.

n. laboratorium sederhana.

o. pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan. p. kesehatan usis lanjut.

q. pembinaan pengobatan tradisional. r. kesehatan remaja. (Mubarak, 2011).

2.7 Organisasi Puskesmas

a. Struktur Organisasi. Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi di suatu puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat digunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :

i. kepala puskesmas

ii. unit usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam pengelolaan seperti :

a) data dan informasi

b) perencanaan dan penilaian c) keuangan


(41)

17 d) umum dan pengawasan

iii. unit pelaksana teknis fungsional puskesmas a) upaya kesehatan masyarakat

b) upaya kesehatan perorangan iv. jaringan pelayanan puskesmas

a) unit puskesmas pembantu b) unit puskesmas keliling c) unit bidan di desa/komunitas

b. Kriteria Personalia. Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit puskesmas. Khusus untuk kepala puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.

c. Eselon kepala puskesmas. Kepala puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan. Sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya peran kepala puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan, maka jabatan kepala puskesmas setingkat dengan eselon III-B. Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon III-B, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria kepala puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap (Kemenkes, 2004).


(42)

18 2.8 Mutu Layanan Kesehatan

Setiap orang akan menilai mutu layanan kesehatan berdasarkan standar dan atau karakteristik/kriteria yang berbeda-beda. Salah satu kesulitan dalam merumuskan pengertian mutu layanan kesehatan itu sangat melekat dengan faktor-faktor subjektivitas orang yang berkepentingan baik pasien/konseumen, pemberi layanan kesehatan (provider), penyandang dana, masyarakat ataupun pemilik sarana layanan kesehatan (Imbaho, 2007). Mutu layanan kesehatan terdiri dari beberapa perspektif diantaranya :

a. Perspektif pasien/masyarakat. Pasien/masyarakat melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah, berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pandangan pasien / masyarakat ini sangat penting karena pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali (Imbaho, 2007). b. Perspektif pemberi layanan kesehatan. Pemberi layanan kesehatan (provider)

mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau potokol, kebebasan, profesi dalam setiap melakukan layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir, dan bagaiman keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan itu. Komitmen dan motivasi pemberi layanan kesehatan bergantung pada kemampuannya dalam melaksanakan tugas dengan cara optimal. Sebagai profesi layanan kesehatan, perhatiannya terfokus pada dimensi kompetensi teknis, efektivitas, dan keamanan (Imbaho, 2007).


(43)

19

c. Perspektif penyandang dana. Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efesien dan efektif. Pasien diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu sesingkat mungkin sehingga biaya layanan kesehatan dapat menjadi efisien (Imbaho, 2007).

d. Perspektif pemilik sarana layanan kesehatan. Pemilik sarana kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan yang bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan, tetapi dengan tarif layanan kesehatan yang masih terjangkau oleh pasien / masyarakat, yaitu pada tingkat biaya ketika belum terdapat keluhan pasien dan masyarakat (Imbaho, 2007).

2.9 Pengobatan Rasional di Puskesmas

Upaya pengobatan rasional di puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi upaya pelayanan pengobatan yang rasional di puskesmas melalui pembinaan secara fungsional dengan melibatkan unit-unit yang terkait di berbagai tingkat administrasi. Menurut badan kesehatan sedunia (WHO), kriteria pemakaian obat (pengobatan) rasioanl, antara lain :

a. Sesuai dengan indikasi penyakit. Pengobatan didasarkan atas keluhan individual dan hasil pemeriksaan fisik yang akurat.

b. Diberikan dengan dosis yang tepat. Pemberian obat memperhitungkan umur, berat badan dan kronologis penyakit.

c. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat. Jarak minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan.


(44)

20

d. Lama pemberian yang tepat. Pada kasus tertentu memerlukan pemberian obat dalam jangka waktu tertentu.

e. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin. Hindari pemberian obat yang kadaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan penyakit.

f. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau. Jenis obat mudah didapatkan dengan harganya relatif murah.

g. Meminimalkan efek samping dan alergi Obat. Beri informasi standar tentang kemungkinan efek samping obat dan cara mengatasinya. Kriteria pengobatan rasional dalam pelayanan puskesmas harus terus diupayakan secara terpadu, agar tercapai tujuan kesehatan yang bermutu (Anonim, 2012).


(45)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar tewujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Kemenkes, 2004).

Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama (Kemenkes, 2004).

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes , 2014a).


(46)

2

Puskesmas sebagai tempat dilakukannya pelayanan kesehatan yang terdepan sesuai dengan prinsip puskesmas adalah menciptakan paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes, 2014b).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 30 tahun 2014 tentang Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas di buat dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (Permenkes, 2014a). Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes, 2014a).

Selama ini penerapan dan pelaksanaan upaya kesehatan dalam kebijakan dasar puskesmas yang sudah ada sangat beragam antara daerah satu dengan daerah lainnya, namun secara keseluruhan belum menunjukkan hasil yang optimal (Permenkes, 2014b).

Sejak diundangkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas pada tangga 3 juli 2014, masih ada puskesmas yang belum sepenuhnya melakukan pelayanan kefarmasian dengan optimal, hal ini dibuktikan oleh Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) telah melakukan survei kondisi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia. Hasilnya


(47)

3

pelayanan puskesmas di Indonesia khususnya puskesmas di daerah masih jauh dari harapan para pasien. Minimnya pelayanan kesehatan di puskesmas seperti waktu tunggu yang lama, antrean yang terlalu panjang, kapasitas dokter dan sarana prasarana kesehatan dinilai masih cukup minim. BPKN melakukan riset di 15 Puskesmas di 15 Kabupaten/Kota di Indonesia (detikNews, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana penerapan standar pelayanan kefarmasian di tiga puskesmas rawat inap di kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana penerapan standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Helvetia, Puskesmas Medan-Deli dan Puskesmas Belawan.

1.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Helvetia, Puskesmas Medan-Deli dan Puskesmas Belwan adalah kurang.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan mengetahui sejauh mana penerapan standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Helvetia, Puskesmas Medan-deli dan Puskesmas Belawan.


(48)

4 1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian dasar untuk langkah-langkah pembinaan ke depan dalam peningkatan mutu serta efisiensi pelayanan kefarmasian di puskesmas.

1.6 Kerangka Penelitian

Penelitian ini mengevaluasi faktor-faktor yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian terhadap penerapan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 30 tahun 2014 sebagai dasar dalam pengembangan puskesmas di masa mendatang. Penerapan pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan variabel bebas yang terdiri dari empat garis besar yaitu bagian I adalah data dasar puskesmas yang terdiri dari nama puskesmas, jenis puskesmas, alamat puskesmas, kabupaten/kota, provinsi, nama kepala puskesmas, nama apoteker, nomor STRA/STRTTK, nomor SIPA/SIKTTK, jumlah apoteker, jumlah tenaga teknik kefarmasian, jumlah tenaga non kefarmasian.

Bagian II yang terdiri dari 2 garis besar, pertama, kebijakan pelayanan kefarmasian dan parameter yang diukur penanggung jawab apotek, instalasi farmasi tercantum pada struktur organisasi puskesmas, dan tersedianya kartu stok di gudang. Kedua, pelayanan farmasi dan parameter yang diukur penggunaan lembar resep, pengkajian resep, peracikan obat, penyerahan obat dan ronde/visite pasien.

Bagian III terdiri dari 5 garis besar, pertama, kelengkapan fasilitas (alat dan ruang) yang terdiri dari fasilitas penyimpanan yang menjamin stabilitas


(49)

5

obat, fasilitas penyimpanan narkotika/psikotropika, fasilitas penyimpanan bahan berbahaya/mudah terbakar, fasilitas penyimpanan gas medik, ruang peracikan obat, peralatan peracikan obat, fasilitas ruang tunggu, fasilitas ruang PIO/konseling, fasilitas pengarsipan, sistem penyimpanan obat di gudang, data penilaian capaian kinerja pengelolaan, keamanan penyimpanan obat di gudang, dan jenis obat generik sesuai dengan kebutuhan. Kedua, Standar Operasional Prosedur (SOP) yang terdiri dari pengelolaan sediaan farmasi, parameter yang diuji perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan pelaoran pengarsipan, pemantaun beserta evaluasi. Ketiga, administrasi umum dan parameter yang diuji pencatatan dan pengarsipan pelaporan narkotika dan psikotropika, pencatatan dan pengarsipan pelaporan keluar masuk obat dan perbekalan kesehatan, pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil pemantauan terapi obat. Keempat, pelayanan farmasi yang terdiri dari penulisan resep, pengkajian resep, tanpa persediaan obat racikan lebih dari satu hari, tanpa penggunaan blender sebagai alat racikan, penyerahan obat disertai etiket, apoteker memberikan informasi kepada pasien, pemberian informasi yang terdokumentasi, apoteker melaksanakan konseling yang terdokumentasi, pelaksanaan home pharmacy

care, melakukan MESO, pendokumentasian medication error. Ke-empat,

pelayanan farmasi klinik, parameter yang diuji pengkajian resep, dispensing, penelusuran riwayat penggunaan obat, Pemberian Informasi Obat, konseling, ronde/visite, Pemantauan Terapi Obat, Evaluasi Penggunaan Obat, Monitoring Efek Samping Obat, penyuluhan, dan home pharmacy care.


(50)

6

Kelima, evaluasi yang terdiri dari, sumber daya manusia, pengelolaan sediaan farmasi, pelayanan farmasi klinik, pengukuran capaian pelayanan dan menindaklanjuti hasil evaluasi.

Bagian IV yang terdiri dari jumlah apoteker yang mengikuti kursus/pelatihan farmasi klinik dalam 3 (tiga) tahun terakhir dan jenis pelatihan yang diikuti. Sedangkan variabel terikatnya adalah capaian penerapan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas yang dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Variabel Bebas

Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas

a. Data dasar

b. Kebijakan pelayanan kefarmasian c. Pelayanan farmasi

d. Kelengkapan fasilitas(alat dan ruang)

e. Standar Operasional Prosedur (SOP)

f. Administrasi umum g. Pelayanan farmasi klinik h. Evaluasi

i. Pertanyaan terbuka kepada Apoteker

Variabel Terikat Capaian Penerapan Standar Pelayanan kefarmasian di puskesmas


(51)

vi

EVALUASI PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP DI KOTA MEDAN : STUDI KASUS

PUSKESMAS HELVETIA, MEDAN-DELI, DAN BELAWAN ABSTRAK

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, maka ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Helvetia, Puskesmas Medan-deli dan Puskesmas Belawan.

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif yang bersifat

cross-sectional. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari

pengisian lembar observasional berdasarkan pengamatan langsung di tiga Puskesmas. Kategori yang dinilai terdiri dari empat bagian besar, bagian I data dasar, bagian II kebijakan pelayanan kefarmasian, dan pelayanan farmasi, bagian III kelengkapan fasilitas (alat dan ruang), SOP, administrasi umum, pelayanan farmasi klinik, dan evaluasi, bagian IV pertanyaan terbuka kepada apoteker. Puskesmas yang diteliti berjumlah tiga puskesmas yaitu puskesmas Helvetia, Medan-Deli, dan Belawan dengan kriteria puskesmas adalah puskesmas rawat inap dan memiliki apoteker.

Hasil penelitian ketiga puskesmas bagian II kebijakan pelayanan kefarmasian diperoleh 100% (baik), pelayanan farmasi puskesmas Helvetia dan medan-Deli 66,67% (kurang), puskesmas Belawan 73,36% (baik). Bagian III yaitu kelengkapan fasilitas (alat dan ruang) ketiga puskesmas mencapai 61,61% (kurang). SOP puskesmas Helvetia dan Medan-Deli mencapai 36,80% (kurang), puskesmas Belawan 21,02% (kurang). Administrasi umum puskesmas Helvetia dan Medan-Deli mencapai 66,71% (kurang), puskesmas Belawan 83,28% (baik), Pelayanan farmasi klinik puskesmas Helvetia mencapai 61,12 (kurang), puskesmas Medan-Deli dan Belawan 66,70% (kurang). Evaluasi, ketiga puskesmas memperoleh 0% (kurang). Bagian IV pertanyaan terbuka kepada apoteker ketiga puskesmas mencapai 100% (baik).

Disimpulkan bahwa pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia, puskesmas Medan-Deli, dan puskesmas Belawan adalah kurang/belum memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Kata Kunci : puskesmas, standar pelayanan kefarmasian, permenkes nomor 30


(52)

vii

EVALUATION OF PHARMACEUTICAL APPLICATION SERVICE STANDARD COMMUNITY HEALTH CENTER IN MEDAN:

A CASE STUDY COMMUNITY HEALTH CENTER HELVETIA, MEDAN-DELI, AND BELAWAN ABSTRACT

Pharmacy services is a direct service and accountable to the patient associated with the pharmaceutical preparation with the aim of achieving results that are sure to improve the quality of life of patients. To ensure the quality of pharmacy services to the community, the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 30 Year 2014 on the Application of Standards of Pharmaceutical Services at the health center. This study aims to determine the suitability of the application of pharmacy services at community health centers Helvetia, community health centers Medan-Deli, and community health centers Belawan.

This research used a survey method descriptive cross-sectional. The data collected is primary data obtained from observational sheet charging based on direct observation in three health centers. Categories assessed is composed of four major parts, Part I basic data, part II policy of pharmacy services and pharmacy services, part III completeness of facilities (instrument and room), SOP, general administration, pharmaceutical services clinic and evaluation, part IV open questions to pharmacists, community health center studied which of three community health centers that is, community health centers Helvetia, Medan-Deli, and Belawan with criteria health centers hospital and has a pharmacist.

The third research results part II health center pharmacy services policy obtained 100% (good), Helvetia health center pharmacy policy and Medan-Deli 66.67% (less), health centers Belawan 73.36% (good). Part III is complete facilities (tools and space) of the three health centers reached 61.61% (less). SOP Helvetia health center and Medan-Deli reached 36.80% (less), health centers Belawan 21.02% (less). Public administration health centers Helvetia and Medan-Deli reached 66.71% (less), health centers Belawan 83.28% (good), clinical Helvetia health center clinical pharmacy services reached 61.12 (less), community health center Medan-Deli and Belawan 66.70% (less). The third evaluation community health center obtained 0% (less). Part IV open questions to pharmacists three health centers reached 100% (good).

It was concluded that the Helvetia pharmacy services in community health centers, Medan-Deli, and Belawan not comply with the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 30 Year 2014 on Standards of Pharmaceutical Services at the health center.

Keywords: community health center, pharmacy service standards, regulation


(53)

EVALUASI PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI

PUSKESMAS RAWAT INAP DI KOTA MEDAN : STUDI KASUS

PUSKESMAS HELVETIA, MEDAN-DELI, DAN BELAWAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

umatera Utar

OLEH :

FRYDA ASRIANITA BR SUMBAYAK

NIM 131524077

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(54)

EVALUASI PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI

PUSKESMAS RAWAT INAP DI KOTA MEDAN : STUDI KASUS

PUSKESMAS HELVETIA, MEDAN-DELI, DAN BELAWAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

umatera Utar

OLEH :

FRYDA ASRIANITA BR SUMBAYAK

NIM 131524077

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(55)

PENGESAHAN SKRIPSI

EVALUASI PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI

PUSKESMAS RAWAT INAP DI KOTA MEDAN : STUDI KASUS

PUSKESMAS HELVETIA, MEDAN-DELI, DAN BELAWAN

OLEH :

FRYDA ASRIANITA BR SUMBAYAK

NIM 131524077

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 05 Januari 2016

Medan, Januari 2016 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001 Disetujui oleh :

Pembimbing I,

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. NIP 195301011983031004

Pembimbing II,

Sri Suriani Purnamawati, S.Si., Apt., M.Kes. NIP 196712071997032001

Panitia Penguji,

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. NIP 197802152008122001

Dr. Wiryanto, M.S., Apt. NIP 195110251980021001 Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. NIP 195301011983031004


(56)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas Rawat Inap di Kota Medan : Studi Kasus Puskesmas Helvetia, Medan-Deli, dan Belawan. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. dan Ibu Sri Suriani Purnamawati, S.Si., Apt., M.Kes. yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Franky Sumbayak dan Ibunda Surnia Manalu, serta abang dan adik yang senantiasa memberikan doa, semangat dan dukungan yang tak ternilai. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat terdekat saya Rumi, Ira, Yanti, Fitria, dan juga Parasian serta teman-teman mahasiswa/i Farmasi dan juga


(57)

v

teman-teman di Gereja Bethany Cornerstone yang selalu mendoakan dan memberi semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi. Akhir kata penulis memohon maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Medan, Januari 2016 Penulis,

Fryda Asrianita Br Sumbayak NIM 131524077


(58)

vi

EVALUASI PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP DI KOTA MEDAN : STUDI KASUS

PUSKESMAS HELVETIA, MEDAN-DELI, DAN BELAWAN ABSTRAK

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, maka ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Helvetia, Puskesmas Medan-deli dan Puskesmas Belawan.

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif yang bersifat

cross-sectional. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari

pengisian lembar observasional berdasarkan pengamatan langsung di tiga Puskesmas. Kategori yang dinilai terdiri dari empat bagian besar, bagian I data dasar, bagian II kebijakan pelayanan kefarmasian, dan pelayanan farmasi, bagian III kelengkapan fasilitas (alat dan ruang), SOP, administrasi umum, pelayanan farmasi klinik, dan evaluasi, bagian IV pertanyaan terbuka kepada apoteker. Puskesmas yang diteliti berjumlah tiga puskesmas yaitu puskesmas Helvetia, Medan-Deli, dan Belawan dengan kriteria puskesmas adalah puskesmas rawat inap dan memiliki apoteker.

Hasil penelitian ketiga puskesmas bagian II kebijakan pelayanan kefarmasian diperoleh 100% (baik), pelayanan farmasi puskesmas Helvetia dan medan-Deli 66,67% (kurang), puskesmas Belawan 73,36% (baik). Bagian III yaitu kelengkapan fasilitas (alat dan ruang) ketiga puskesmas mencapai 61,61% (kurang). SOP puskesmas Helvetia dan Medan-Deli mencapai 36,80% (kurang), puskesmas Belawan 21,02% (kurang). Administrasi umum puskesmas Helvetia dan Medan-Deli mencapai 66,71% (kurang), puskesmas Belawan 83,28% (baik), Pelayanan farmasi klinik puskesmas Helvetia mencapai 61,12 (kurang), puskesmas Medan-Deli dan Belawan 66,70% (kurang). Evaluasi, ketiga puskesmas memperoleh 0% (kurang). Bagian IV pertanyaan terbuka kepada apoteker ketiga puskesmas mencapai 100% (baik).

Disimpulkan bahwa pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia, puskesmas Medan-Deli, dan puskesmas Belawan adalah kurang/belum memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Kata Kunci : puskesmas, standar pelayanan kefarmasian, permenkes nomor 30


(59)

vii

EVALUATION OF PHARMACEUTICAL APPLICATION SERVICE STANDARD COMMUNITY HEALTH CENTER IN MEDAN:

A CASE STUDY COMMUNITY HEALTH CENTER HELVETIA, MEDAN-DELI, AND BELAWAN ABSTRACT

Pharmacy services is a direct service and accountable to the patient associated with the pharmaceutical preparation with the aim of achieving results that are sure to improve the quality of life of patients. To ensure the quality of pharmacy services to the community, the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 30 Year 2014 on the Application of Standards of Pharmaceutical Services at the health center. This study aims to determine the suitability of the application of pharmacy services at community health centers Helvetia, community health centers Medan-Deli, and community health centers Belawan.

This research used a survey method descriptive cross-sectional. The data collected is primary data obtained from observational sheet charging based on direct observation in three health centers. Categories assessed is composed of four major parts, Part I basic data, part II policy of pharmacy services and pharmacy services, part III completeness of facilities (instrument and room), SOP, general administration, pharmaceutical services clinic and evaluation, part IV open questions to pharmacists, community health center studied which of three community health centers that is, community health centers Helvetia, Medan-Deli, and Belawan with criteria health centers hospital and has a pharmacist.

The third research results part II health center pharmacy services policy obtained 100% (good), Helvetia health center pharmacy policy and Medan-Deli 66.67% (less), health centers Belawan 73.36% (good). Part III is complete facilities (tools and space) of the three health centers reached 61.61% (less). SOP Helvetia health center and Medan-Deli reached 36.80% (less), health centers Belawan 21.02% (less). Public administration health centers Helvetia and Medan-Deli reached 66.71% (less), health centers Belawan 83.28% (good), clinical Helvetia health center clinical pharmacy services reached 61.12 (less), community health center Medan-Deli and Belawan 66.70% (less). The third evaluation community health center obtained 0% (less). Part IV open questions to pharmacists three health centers reached 100% (good).

It was concluded that the Helvetia pharmacy services in community health centers, Medan-Deli, and Belawan not comply with the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 30 Year 2014 on Standards of Pharmaceutical Services at the health center.

Keywords: community health center, pharmacy service standards, regulation


(60)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan penelitian ... 3

1.5 Manfaat penelitian ... 4

1.6 Kerangka penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Puskesmas ... 7

2.2 Kedudukan puskesmas ... 8

2.3 Fungsi puskesmas ... 9


(61)

ix

2.5 Pelayanan kefarmasian ... 11

2.6 Kegiatan pokok puskesmas ... 14

2.7 Organisasi puskesmas ... 16

2.8 Mutu layanan kesehatan ... 18

2.9 Pengobatan rasional di puskesmas ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis penelitian ... 21

3.2 Sumber data penelitian ... 21

3.3 Lokasi penelitian ... 21

3.4 Teknik pengambilan data ... 22

3.5 Defenisi operasional ... 23

3.6 Prosedur kerja ... 23

3.7 Analisis data ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil ... 25

4.1.1 Hasil data dasar puskesmas Helvetia, Medan-deli, dan Belawan ... 25

4.1.2 Hasil persentase pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia, Medan-Deli, dan Belawan ... 26

4.1.3 Distribusi persentase pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia, Medan-Deli, dan Belawan ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32


(62)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 4.1 Data dasar puskesmas Helvetia, medan-deli dan belawan ... 25 4.2 Distribusi Persentase standar pelayanan kefarmasian

Puskesmas Helvetia, medan-deli dan belawan... 31


(63)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitian ... 6 4.1 Persentase standar pelayanan kefarmasian

di Puskesmas Helvetia ... 28 4.2 Persentase standar pelayanan kefarmasian

di Puskesmas Medan-deli ... 28 4.3 Persentase standar pelayanan kefarmasian


(64)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Hasil Lembar ceklist Puskesmas Helveti, Medan-deli,

dan belawan ... 35

2 Surat Izin penelitian di Puskesmas ... 41

3 Surat selesai penelitian di Puskesmas Helvetia ... 42

4 Surat selesai penelitian di Puskesmas Medan-Deli ... 43

5 Surat selesai penelitian di Puskesmas Belawan ... 44

6 Gambar Puskesmas Helvetia ... 45

7 Gambar Puskesmas Medan-Deli ... 47


(1)

vii

EVALUATION OF PHARMACEUTICAL APPLICATION SERVICE STANDARD COMMUNITY HEALTH CENTER IN MEDAN:

A CASE STUDY COMMUNITY HEALTH CENTER HELVETIA, MEDAN-DELI, AND BELAWAN ABSTRACT

Pharmacy services is a direct service and accountable to the patient associated with the pharmaceutical preparation with the aim of achieving results that are sure to improve the quality of life of patients. To ensure the quality of pharmacy services to the community, the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 30 Year 2014 on the Application of Standards of Pharmaceutical Services at the health center. This study aims to determine the suitability of the application of pharmacy services at community health centers Helvetia, community health centers Medan-Deli, and community health centers Belawan.

This research used a survey method descriptive cross-sectional. The data collected is primary data obtained from observational sheet charging based on direct observation in three health centers. Categories assessed is composed of four major parts, Part I basic data, part II policy of pharmacy services and pharmacy services, part III completeness of facilities (instrument and room), SOP, general administration, pharmaceutical services clinic and evaluation, part IV open questions to pharmacists, community health center studied which of three community health centers that is, community health centers Helvetia, Medan-Deli, and Belawan with criteria health centers hospital and has a pharmacist.

The third research results part II health center pharmacy services policy obtained 100% (good), Helvetia health center pharmacy policy and Medan-Deli 66.67% (less), health centers Belawan 73.36% (good). Part III is complete facilities (tools and space) of the three health centers reached 61.61% (less). SOP Helvetia health center and Medan-Deli reached 36.80% (less), health centers Belawan 21.02% (less). Public administration health centers Helvetia and Medan-Deli reached 66.71% (less), health centers Belawan 83.28% (good), clinical Helvetia health center clinical pharmacy services reached 61.12 (less), community health center Medan-Deli and Belawan 66.70% (less). The third evaluation community health center obtained 0% (less). Part IV open questions to pharmacists three health centers reached 100% (good).

It was concluded that the Helvetia pharmacy services in community health centers, Medan-Deli, and Belawan not comply with the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 30 Year 2014 on Standards of Pharmaceutical Services at the health center.

Keywords: community health center, pharmacy service standards, regulation of health minister number 30, 2014


(2)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar belakang ... 1

1.2Rumusan masalah ... 3

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan penelitian ... 3

1.5 Manfaat penelitian ... 4

1.6 Kerangka penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Puskesmas ... 7

2.2 Kedudukan puskesmas ... 8

2.3 Fungsi puskesmas ... 9


(3)

ix

2.5 Pelayanan kefarmasian ... 11

2.6 Kegiatan pokok puskesmas ... 14

2.7 Organisasi puskesmas ... 16

2.8 Mutu layanan kesehatan ... 18

2.9 Pengobatan rasional di puskesmas ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis penelitian ... 21

3.2 Sumber data penelitian ... 21

3.3 Lokasi penelitian ... 21

3.4 Teknik pengambilan data ... 22

3.5 Defenisi operasional ... 23

3.6 Prosedur kerja ... 23

3.7 Analisis data ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil ... 25

4.1.1 Hasil data dasar puskesmas Helvetia, Medan-deli, dan Belawan ... 25

4.1.2 Hasil persentase pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia, Medan-Deli, dan Belawan ... 26

4.1.3 Distribusi persentase pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia, Medan-Deli, dan Belawan ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32


(4)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 4.1 Data dasar puskesmas Helvetia, medan-deli dan belawan ... 25 4.2 Distribusi Persentase standar pelayanan kefarmasian

Puskesmas Helvetia, medan-deli dan belawan... 31


(5)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitian ... 6 4.1 Persentase standar pelayanan kefarmasian

di Puskesmas Helvetia ... 28 4.2 Persentase standar pelayanan kefarmasian

di Puskesmas Medan-deli ... 28 4.3 Persentase standar pelayanan kefarmasian


(6)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Hasil Lembar ceklist Puskesmas Helveti, Medan-deli,

dan belawan ... 35

2 Surat Izin penelitian di Puskesmas ... 41

3 Surat selesai penelitian di Puskesmas Helvetia ... 42

4 Surat selesai penelitian di Puskesmas Medan-Deli ... 43

5 Surat selesai penelitian di Puskesmas Belawan ... 44

6 Gambar Puskesmas Helvetia ... 45

7 Gambar Puskesmas Medan-Deli ... 47


Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012

3 93 99

Analisis Demand Masyarakat Terhadap Pelayanan Rawat Inap Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli, Puskesmas Bromo Dan Puskesmas Kedai Durian Tahun 2013

15 87 182

Pengaruh Citra Pelayanan Rawat Inap Terhadap Need Masyarakat Di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010

36 116 105

Gambaran Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber-Johnson Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003-2007

4 85 116

Analisis Mutu Pelayanan Rawat Inap Dan Hubungannya Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Peserta Askes Plus Di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan Tahun 2005

0 20 145

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Rawat Inap Di Kota Medan : Studi Kasus Puskesmas Helvetia, Medan-Deli, Dan Belawan

0 0 12

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Rawat Inap Di Kota Medan : Studi Kasus Puskesmas Helvetia, Medan-Deli, Dan Belawan

0 0 2

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Rawat Inap Di Kota Medan : Studi Kasus Puskesmas Helvetia, Medan-Deli, Dan Belawan

0 0 6

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Rawat Inap Di Kota Medan : Studi Kasus Puskesmas Helvetia, Medan-Deli, Dan Belawan

0 0 14

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Rawat Inap Di Kota Medan : Studi Kasus Puskesmas Helvetia, Medan-Deli, Dan Belawan

0 0 16