Urutan Prioritas

c. Urutan Prioritas

Apabila dijumpai beberapa usulan proyek yang feasible atau layak untuk dilaksanakan, padahal hanya akan melaksanakan satu atau sebagian saja dari usulan- usulan itu karena keterbatasan sumber daya, seperti dana, maka dapat dilakukan pungutan prioritas (ranking) atau (capital rationing) untuk menentukan usulan proyek yang paling layak. Proses pengurutan prioritas ini memiliki beberapa skenario. Lima di antaranya dipaparkan berikut ini.

a. Skenario Mutually Exclusive (saling meniadakan). Skenario ini dipakai jika suatu proyek A dipilih, maka proyek lain harus tidak dipilih. Dengan skenario untuk kondisi seperti ini, menurut Husnan, tolok ukur untuk pemilihan proyek dapat menggunakan NPV atau IRR, tergantung pada persoalan yang di hadapi, serta karakteristik dari NPV dan IRR itu sendiri.

b. Skenario Contigency (saling terkait). Skenario ini dipakai jika suatu proyek A yang dipilih, maka proyek B (atau mungkin ada proyek lain) harus diikutsertakan pula. Jadi, manajemen harus melakukan investasi terhadap proyek-proyek tersebut. Kriteria-kriteria investasi, seperti PI, NPV, IRR, dan sebagainya dapat digunakan, setelah semua data tentang arus kas keluar dan masuk dari kedua proyek ini digabungkan.

Berikut adalah contoh tiga proyek dimana proyek B dilihat dari nilai PI adalah proyek yang tidak layak (nilai PI < 1). Akan tetapi, karena ketiga proyek adalah saling terkait (kontinjensi), maka perlu dihitung apakah ketiganya akan dianggap layak, atau tidak. Tekniknya seperti disajikan berikut ini.

Nama Proyek Nilai PI

Nilai Proyek Arus

Kas

Masuk proyek

Proyek A

2.400,0 Proyek B

1.200,0 Proyek C

Prakiraan arus kas masuk proyek dihasilkan dengan menglirkan nilai PI dan Nilai Proyek. Untuk mencari nilai PI gabungan adalah dengan membagi 4.700 / 4.500 = 1,044. Oleh karena nilai PI gabungan lebih besar satu, maka secara gabungan ketiga proyek adalah layak, sekalipun proyek B nilai PI-nya kurang dari satu.

c. Skenario independence (Saling Bebas). Skenario ini, walaupun jarang dijumpai, digunakan jika suatu proyek A dianggap yang paling layak direalisasikan, tidak ada hubungan dengan proyek B (atau proyek lainnya) yang juga layak juga direalisasikan. Apakah proyek B akan ditunda, dihapus, atau diikutsertakan akibat pembangunan proyek A akan dipelajari kemudian, karena dianggap tidak berkaitan.

d. Skenario capital budget constrain (Keterbatasan Finansial). Jika, ada beberapa proyek yang layak untuk dibangun dana tidak mencukupi untuk membangun seluruh proyek, tentulah tang akan direalisasikan hanya satu atau beberapa proyek yang memenuhi syarat saja, seperti : ketoga persyaratan diatas, ketersediaan dana, rencana sisa dana kecil yang terkecil, dan nilai NPV proyek yang paling baik.

Dengan menggunakan persyaratan tersebut, akan terdapat ada dua akibat, yaitu :  Mendahulukan proyek atau proyek-proyek yang paling layak, tetapi

menghapus proyek lainnya karena peluang untuk penundaan tidak ada.  Mendahulukan proyek-proyek yang paling layak, dan menunda proyek lain untuk tahun-tahun mendatang.

e. Skenario Cost Effectiveness (Biaya Efektif). Pengurutan proyek-proyek dengan cara ini didasarkan pada sumber daya yang mendesak untuk segera dimanfaatkan, seperti misalnya tenaga kerja mengganggu. Melihat kondisi penggangguran di negara kita, apalagi setelah mengalami keadaan krisis multidimensi sejak akhir tahun 1997, tidak hanya pemerintah, tetapi juga banyak perusahaan yang membantu masyarakat agar mendapatkan pekerjaan. Seperti kita ketahui, besarnya tingkat pengangguran akan berdampak luas kepada meningkatnya kemiskinan dan kejahatan. Berikut ini contoh pemilihan proyek-proyek yang lebih menekankan kepada besarnya jumlah pekerja yang dapat diserap oleh proyek- proyek tersebut.

Berikut ini adalah beberapa contoh data dari beberapa proyek yang fisibel.