Etika dalam Studi Kelayakan Bisnis (SKB)
7. Etika dalam Studi Kelayakan Bisnis (SKB)
Aspek moral dan etika dalam berbisnis khususnya lagi pada kegiatan studi kelayakan bisnis telah menjadi suatu hal yang paling penting. Hasil studi kelayakan bisnis yang Aspek moral dan etika dalam berbisnis khususnya lagi pada kegiatan studi kelayakan bisnis telah menjadi suatu hal yang paling penting. Hasil studi kelayakan bisnis yang
Sama seperti aspek-aspek lain dalam bisnis, studi kelayakan bisnis pun mengharapkan perilaku etis dari para pelakunya. Perilaku etis ini dimaksudkan merupakan prilaku yang mengacu kepada norma-norma atau standar-standar moral pribadi dan hubungannya dengan orang lain agar dapat terjamin bahwa tidak seorang pun yang dirugikan. Terlalu ketat terhadap etika adalah sulit karena terkadang dalam studi ini muncul hal-hal yang tak terduga sebelumnya, sehingga diperlukan jalan tengah antara aturan-aturan yang ketat dan relativisme etika. Sehingga diharapkan muncul konsensus berupa etika bagi penilaian kelayakan bisnis yang akan dapat dijadikan sebagai pedoman antar penilai dan kliennya. Akhirnya, studi kelayakan bisnis hendaknya dapat mengantisipasi dilema-dilema etika dan berusaha untuk menyesuaikan metodologinya. Studi kelayakan bisnis yang beretika memerlukan integritas pribadi dari penilai/peneliti dengan kliennya.
Agar lebih mudah dipahami penulis menyajikan bagaimana hendaknya suatu etika bagi peneliti/penilai suatu studi kelayakan bisnis terhadap responden, asisten dan klien.
1. Etika Peneliti pada Responden Dalam melakukan pengumpulan data, lindungi hak-hak responden, misalnya responden tidak akan merasa dirugikan baik secara fisik maupun mental. Jika peneliti berhubungan langsung dengan responden, jelaskanlah secara langsung tujuan dan manfaat- manfaat yang akan didapat dari studi ini sehingga responden maklum. Ada kalanya peneliti terpaksa melakukan penipuan misalnya dalam rangka menjaga kerahasiaan pihak ketiga. Penipuan sebaiknya tidak dipakai sebagai usaha untuk menaikkan tingkat respons.
Jika ada kemungkinan bahwa data dapat merugikan responden, perlu mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dimana batasan-batasan tersebut dirinci. Bagi kebanyakan studi kelayakan bisnis, biasanya cukup dinyatakan secara lisan saja.
Pemberitahuan kemudian kepada responden tentang hasil studi yang bersumber dari data responden akan membuat responden mempunyai pandangan yang sangat positif terhadap penelitian. Tidak perlu seluruh hasil studi, tetapi cukuplahdari suatu aspek tertentu saja dan dapat diinformasikan, misalnya dengan cara-cara statistic.
Yang penting adalah bahwa responden tidak hanya sekedar dimanfaatkan saja, tentu selama yang bersangkutan menghendaki hasil studi tersebut. Didalam proses pengumpulan data dari para responden, perlu diingat ha katas kebebasan pribadi, misalnya orang mempunyai hak untuk menolak diwawancarai, sehingga peneliti harus meminta izin terlebih dahulu.
2. Etika Peneliti pada Klien Dalam suatu studi kelayakan bisnis, perimbangan pertimbangan-pertimbangan etis terhadap klien juga perlu diperhatikan karena klien juga memilki hak atas penelitian yang dilaksanakan secara etis. Klien ingin identitasnya tidak diketahui, misalnya dalam melakukan riset pasar suatu produk baru atau klien akan masuk pada pasar yang baru sehingga identitasnya tidak mau diketahu oleh pesaing. Peneliti harus menghargai keinginan itu dan membuat rencana yang menjaga identitas kliennya. Klien mempunyai hak untuk mendapatkan hasil studi yang berkualitas. Tetapi kadang-kadang klien berpersepsi lain tentang apa yang dimaksud berkualitas itu, sehingga peneliti harus mengarahkan dan menjelaskannya.
3. Etika Peneliti pada Asisten Peneliti biasanya dibantu oleh asisten peneliti. Tidak etis jika menugaskan seseorang asistan untuk melakukan sesuatu, misalnya melakukan wawancara langsung di suatu tempat yang kurang aman sehingga bisa terancam secara fisik. Akibatnya dapat saja asisten peneliti memalsukan instrument penelitian. Seharusnya, peneliti menyediakan fasilitas lain yang membuat asistennya merasa nyaman. Peneliti harus menuntut perilaku etis dari para asistennya. Perilaku asisten berada dibawah tanggung jawab dan pengawasan langsung peneliti, sehingga apabila asisten berbuat curang maka penelitilah yang harus bertanggung jawab. Maka sebaiknya asisten selain diberi pelatihan dan supervisi yang baik, juga diberikan bekal mental yang kuat untuk tidak melakukan tindakan penyelewengan.
4. Etika Klien
Bisa saja terjadi atau bahkan sering terjadi dimana peneliti suatu studi kelayakan bisnis diminta oleh kliennya untuk mengubah data, mengartikan data dari segi yang menguntungkan, menghilangkan bagian-bagian dari hasil analisis data yang dianggap merugikannya, dan sebagainya. Hal seperti ini merupakan contoh perilaku tidak etis dari klien. Apabila peneliti menuruti kehendak klien yang seperti ini, maka hal ini merupakan pelanggaran terhadap standar-standar etika. Hal-hal seperti ini bisa saja terjadi oleh beberapa sebab. Misalnya, bayaran yang diterima lebih tinggi dari sewajarnya