RISIKO PADA ASPEK PEMASARAN

2. RISIKO PADA ASPEK PEMASARAN

Masalah-masalah di bidang pemasaran dapat mengakibatkan turunnya penjualan serta rusaknya citra perusahaan. Sales yang menurun, market share yang menegcil, kurangnya distribusi barang merupakan sebagian dari tanda-tanda kegagalan pemasaran. Kegagalan pemasaran tidak lepas dari banyak permasalah yang ada. Berikut ini akan disampaikan beberapa 0 macam permasalahan pokok pemasaran antara lain :

a. Masalah Kebijakan pemerintah.

Beberapa faktor ekonomi makro yang dapat beresiko pada perusahaan, antara lain :

 Kenaikan pajak, akan mengakibatkan naiknya pajak kekayaan atau akan terjadi

inflasi yang menyebabkan turunnya permintaan.  Peraturan pemerintah yang berdampak pada meningkatnya biaya perusahaan (seperti

; pelarangan memproduksi suatu produk, kebijakan limbah, dan program keselamatan serta kesehatan kerja/K3).

b. Masalah Perubahan permintaan di pasar (strategi perusahaan)

Permintaan akan produk yang memiliki daur hidup produk yang pendek (a short life cycle ) seperti produk-produk teknologi informasi sangat sulit untuk dapat bertahan lama. Pada pasar produk demikian, perusahaan-perusahaan akan mendapatkan masalah dengan pendapatan yang bergelombang, yaitu cepet untung akan tetapi cepat pula buntung. Dengan demikian hendaknya perusahaan mengubah strategi perusahaan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasar dari produk tersebut.

c. Masalah Perang Harga

Perang harga dapat terjadi antar produsen suatu produk sejenis oleh beberapa sebab, seperti;

 Dampak dari kapasitas produksi  Kegiatan inovasi yang rendah di pasar  Satu perusahaan melakukan kampanye pemasaran yang agresif  Pasar berbentuk oligopoli

d. Pemalsuan

Pemalsuan suatu produk dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Merk merupakan salah satu dari sekian banyak sasaran pemalsuan, apalagi jika merk tersebut terkenal. Pemalsuan merk, selain akan mengurangi pendapatan, juga akan mengurangi reputasi perusahaan karena biasanya kualitas dari barang yang menggunakan merk palsu tersebut tidak sebaik yang asli.

e. Masalah “Performance” Produk yang Rendah

Hambatan mempromosikan suatu produk justru dapat muncul dari kinerja produk yang ternyata rendah. Hal ini sangat berbahaya karena konsumen hanya akan membeli produk yang dapat memuaskan kebutuhannya, sehingga hanya produk dengan kinerja terbaik saja yang akan menjadi pemimpin pasar (seperti; kekuatan, kemudahan operasional, dapat dipercaya dan bagaimana layanan purna jualnya).

f. Masalah Promosi yang Kurang Baik

Promosi hendaknya dilakukan secara berencana dan kontinyu agar efektif sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Perlu diingat konsumen potensial agar mau melakukan action pembelian perlu mendapat informasi, sedangkan konsumen yang telah melakukan pembelian perlu terus dibina agar melakukan pembelian ualang atau bahkan bisa menjadi pemasar tidak langsung.

g. Masalah Merek

Perusahaan yang mempromosikan merk produk yang tidak sesuai dengan kenyataannya akan merugikan produk itu sendiri. Sebaliknya produk-produk yang kualitasnya sesuai dengan isi pesan dari promosi yang dilakukan, atau merk produk yang merupakan produk perintis (pertama kali muncul), akan kuat berada dalam benak konsumen sebagai merk yang paling diingat dan menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi atau dipakai. Jadi kegagalan kegagalan memperkenalakan produk biasanya disebabkan oleh promosi yang lemah atau kinerja produk yang juga lemah.

h. Masalah Mengembangkan Produk

Menurut konsep product life cycle, hendaknya produk baru diluncurkan pada saat produk lain telah memasuki tahapan decline. Sebelum produk baru tersebut diluncurkan hendaknya bagian riset dan pengembangan perusahaan telah mantap dengan rancangan produk barunya sehingga saat diluncurkan, kelak produk baru ini dapat diterima konsumen. Namun dalam kenyataannya, perkembangan produk baru lebih berpeluang gagal dari pada berhasil, hal ini biasanya disebabkan pada lemahnya penelitian produk yang dilakukan.

i. Masalah Distribusi

Perusahaan yang memproduksi merk terkenal mengetahui seluruh outlet yang menyediakan barang-barangnya, sedangkan sebagian perusahaan lagi tidak begitu memperhatikan outlet ini. Selain itu, banyak perusahaan hanya berfikir menjual produk secara lokal pada hal produknya berpotensi bagus kalau dijual untuk skala nasional atau ekspor.