Keracunan pada Petani Cabe
sebagai enzim penyaluran impuls syaraf yang tersebar luas di berbagai jaringan dan cairan tubuh terdapat dalam plasma dan hati. Enzim kholinesterase terbagi 2
yaitu asetilkolinesterase AChE dan butirilkolinesterase BuChE. AchE dikenal juga dengan nama serum esterase atau pseudokolinesterase yang memecah butiril
kolin dalam plasma darah yang berfungsi sebagai transmittor dalam susunan saraf pusat. Terganggunya kadar kholinesterase di dalam darah disebut efek
kholinergik
31,33
Keracunan dalam penelitian ini berdasarkan pemeriksaan laboratorium dengan menggunaan metode Spektrofotometer. Pengamatan dilakukan pada
plasma darah pseudocholinesterase dalam serum menggunakan Spektrofotometer UV menitik beratkan pada aktivitas kholinesterase dalam
plasma darah yang dapat dilihat dari panjang gelombang pada alat Spektrotofometer. Prosedur pemeriksaan darah dalam peneltian ini menggunakan
Prosedur INDEC Diagnostic dengan ketentuan apabila hasil pemeriksaan cholinesterase dalam darah tersebut 5100 – 11700 UL maka kandungan darah
tersebut dikatakan normal. Ketentuan ini dapat diperluas sebagai berikut, apabila kandungan kholinesterase dalam darah 5100 UL dikategorikan kandungan
kholinesterase dalam darah terganggu keracunan berat, 5100 – 11700 UL kandungan kholinesterase dalam darah berpotensi keracunan keracunan ringan,
sedangkan 11700 dikategorikan kandungan kholinesterase dalam darah normal. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kholinestese dalam
darah petani 6223,62UL dengan standar deviasi 1473,24 UL. Hasil pemeriksaan darah pada petani didapatkan petani yang keracunan berat dengan kadar
kholinesterase dalam darah 5100 UL sebanyak 13 26 orang petani. Petani
yang memiliki kadar kholinesterase berpotensi keracunan keracunan ringan 5100 – 11700 UL sebanyak 37 orang 74. Kandungan kholinesterase dalam
darah normal 11700 UL tidak ditemukan. Hasil ini sesuai dengan hasil uji kholinesterase di Kabupaten Magelang
pada tahun 2006 di beberapa kecamatan yang selama ini menjadi sentra holtikultura seperti di Kecamatan Ngablak, Pakis, Dukun, Kajoran,
Bandongan,Windusari, dan Kaliangkrik dari 550 sampel darah petani yang selama ini menggarap ladang sayuran, didapatkan 99,8 keracunan pestisida. Dari 99,8
petani yang telah keracunan pestisida tersebut, 18,2 termasuk dalam kategori keracunan berat, 72,73 kategori sedang, 8,9 kategori ringan,dan hanya 0,1
kategori normal.
8
Perbedaan angka keracunan yang didapatkan antara penelitian ini dan hasil uji di Kabupaten Magelang dikarenakan perbedaan tanaman yang diamati, pada
penelitian di Magelang mengamati jenis sayuran secara global sedangkan dalam penelitian ini hanya mengamati pada tanaman cabe. Perbedaan jenis tanaman ini
tentunya akan mengakibatkan perbedaan jumlah pestisida, bahan aktif pestisida, dosis pestisida yang digunakan.