Penutupan Lahan Kota Semarang

5.1 Penutupan Lahan Kota Semarang

Lahan atau land didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau siklis yang berada di bawah wilayah tersebut., termasuk atmosfer, tanah, bahan induk, relief, hidrologi, flora, dan fauna, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia dimasa lalu dan sekarang yang kesemuanya berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat ini dan masa mendatang (Vink, 1975 dalam Nurcahyono, 2003).

Menurut Lillesand dan Kiefer (1997), istilah penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi, contoh jenis penutup lahan adalah bangunan perkotaan, danau, vegetasi dan lain-lain. Sedangkan istilah penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Menurut Lo (1995) bahwa penutupan lahan menggambarkan kontruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan. Kontruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra penginderaan jauh.

Secara umum terdapat tiga kelas data yang mencakup dalam penutupan lahan adalah :

1. Struktur fisik yang dibangun oleh manusia.

2. Fenomena biotik vegetasi alami, tanaman pertanian dan kehidupan binatang.

3. Tipe-tipe pembangunan Suatu faktor penting untuk menentukan kesuksesan pemetaan penggunaan lahan dan penutupan lahan terletak pada pemilihan skema klasifikasi yang tepat dirancang untuk suatu tujuan yang dimaksud. Skema klasifikasi yang baik harus sederhana dalam penggunaan dan tidak ambisius dalam menjelaskan setiap kategori penutupan dan penggunaan lahan. Tingkat kecermatan hasil peta berhubungan erat dengan skema klasifikasi yang mempertimbangkan skala peta akhir.

Badan Survey Geologi Amerika Serikat telah menyusun sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutupan lahan untuk digunakan dalam data penginderaan jauh (Lillesand dan Kiefer, 1997). Sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutupan lahan menurut USGS disusun berdasarkan kriteria berikut : (1) tingkat ketelitian interprestasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh tida kurang dari 85 %, (2) ketelitian interpretasi untuk beberpa kategori harus kurang lebih sama, (3) hasil yang dapat diulang harus dapat diperoleh dari penafsir yang satu ke yang lain dan dari satu saat penginderaan ke saat yang lain, (4) sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang luas, (5)kategori harus memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari tipe penutup lahannya, (6) sistem klasifikasi harus dapat digunakan dengan data penginderaan jauh yang diperoleh pada waktu yang berbeda, (7) kategori harus dapat dirinci ke dalam sub kategori yang lebih rinci yang dapat diperoleh dari citra skala besar atau survey lapangan, (8) pengelompokan kategori harus dapat dilakukan, (9) harus dapat dimungkinkan untuk dapat membandingkan dengan data penggunaan lahan dan penutup lahan pada masa akan datang dan (10) lahan multiguna harus dapat dikenali bila mungkin.

Kota Semarang mempunyai luas wilayah 38.721,70 Ha berdasarkan hasil interpretasi dan analisis citra Landsat 7 ETM pada dua tahun yang berbeda yaitu tahun 2001 dan 2006 dengan waktu penyiaman masing- masing bulan April 2001 dan bulan Juni 2006 dengan kombinasi band 5, band 4 dan band 3 melalui klasifikasi terbimbing (supervised classification), penutupan lahan di wilayah Kota Semarang diklasifikasikan menjadi :

1. Area Terbangun (pemukiman, area industri, pertokoan/perdagangan, dan perkantoran)

2. Badan Air (sungai, lautan, dan tambak)

3. Ladang (area tanaman semusim)

4. Lahan Terbuka/Kosong (areal proyek pembangunan )

5. Sawah

6. Vegetasi Rapat (hutan tanaman, dan perkebunan)

7. Vegetasi Jarang (kebun campuran, jalur hijau, taman,TPU, dan campuran antara tanaman keras dan non keras)

8. Tidak Ada Data (awan dan bayangan awan) Klasifikasi penutupan lahan di Kota Semarang tersebut juga dilakukan uji akurasi berdasarkan overall clasification accuracy dan overall kappa statistics. Dalam penelitian ini tingkat akurasi dari proses klasifikasi yang dilakukan pada citra Landsat 7 ETM tahun penyiaman 2001 adalah sebesar 88,89% dan 87,02% sedangkan untuk tahun 2006 sebesar 89.29% dan 87,50%.

Akurasi atau ketelitian dalam klasifikasi merupakan suatu kriteria penting dalam menilai hasil dari pemrosesan citra penginderaan jauh bagi suatu sistem klasifikasi penutupan penggunaan lahan yang disusun berdasarkan data penginderaan jauh. Kriteria yang ditetapkan oleh Badan Survey Geologi Amerika Serikat (USGS) yang berkaitan dengan tingkat akurasi atau ketelitian adalah tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh tidak kurang dari 85 % dan ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama.

Apabila nilai akurasi dari klasifikasi yang berada dibawah kriteria USGS dapat disebabkan oleh dua hal. Yang pertama adalah karena pengambilan titik di lapangan yang tidak terlalu banyak sehingga kurang mewakili dari area atau kelas- kelas klasifikasi yang dibuat, dan yang kedua adalah karena perbedaan waktu atau jeda antara tanggal penyiaman citra dengan pengambilan data lapangan dengan GPS. Hal ini diakibatkan karena perubahan kondisi penutupan dan penggunaan lahan yang bersifat sangat dinamis sekali, apalagi yang berada di daerah perkotaan seperti di daerah Semarang. Citra landsat yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra dengan tahun penyiaman berbeda yaitu tahun 2001 pada bulan April dan tahun 2006 pada bulan Juni, sedangkan pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Agustus 2008.

Penjelasan pada masing-masing tipe penutupan lahan di Kota Semarang adalah sebagai berikut:

1. Area Terbangun

Dalam pengklasifikasian penutupan lahan di wilayah Kota Semarang untuk tipe penutupan lahan yang berupa area terbangun ini meliputi pemukiman, area perdagangan, kawasan industri dan jalan raya. Termasuk pula didalamnya terdapat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, transportasi dan pedesaan. Area

terbangun yang memiliki kenampakan dengan ukuran yang cukup luas dapat diindikasikan sebagai daerah perkotaan. Untuk pemukiman merupakan daerah yang digunakan secara intensif dan banyak lahan yang tertutup oleh struktur bangunan. Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat 7 ETM tahun 2001 dan 2006 untuk tipe penutupan lahan yang merupakan area terbangun dicirikan dengan warna merah.

Gambar 4. Area terbangun (pemukiman) di Kecamatan Semarang Tengah

2. Badan Air

Kategori penutupan lahan yang termasuk dalam tipe penutupan lahan kelas badan air antara lain sungai, waduk, kanal, teluk, muara, dan tambak. Untuk badan air pada citra landsat 7 ETM tahun 2001 dan 2006 pada wilayah Kota Semarang dicirikan dengan warna biru muda dan biru tua. Warna biru secara umum juga digunakan sebagai ciri pada pengkelasan tipe penutupan lahan badan air dengan tujuan untuk mudah dipahami.

(a) (b)

3. Ladang

Tipe penutupan lahan berupa ladang disini berupa lahan dengan ditumbuhi tanaman semusim yang merupakan lahan pertanian kering hasil budidaya masyarakat selain padi untuk mencukupi kebutuhan pangan. Untuk wilayah Kota Semarang berdasarkan hasil survei di lapangan, tanaman semusim yang ditanam pada tipe penutupan lahan ladang ini berupa tanaman kacang (kacang tanah dan kacang panjang), kedelai, jagung, dan ketela. Untuk ladang pada citra landsat 7 ETM Kota Semarang tahun 2001 dan 2006 dicirikan dengan warna hijau kecoklatan, sedangkan untuk warna pengkelasannya dicirikan dengan warna kuning.

(a) (b)

Gambar 6. (a) Ladang di Kecamatan Gunungpati (b) Ladang di Kecamatan Genuk

4. Lahan Terbuka

Lahan terbuka/kosong dalam tipe penutupan lahan ini merupakan lahan yang tidak termanfaatkan dan dalam kondisi tidak bervegetasi seperti lapangan merah, tanah gundul, dan tempat-tempat yang direncanakan akan dijadikan lahan pemukiman atau area proyek pembangunan (berupa lahan pertanian yang sebelumnya lahan tersebut harus diatuskan (dimatangkan) terlebih dahulu selama kurang lebih satu tahun) dalam kondisi tersebut lahan ini dapat dikategorikan ke dalam kelas lahan kosong. Untuk tipe penutupan lahan berupa lahan terbuka ini pada citra landsat 7 ETM tahun 2001 dan 2006 di Kota Semarang dicirikan

dengan warna kuning kecoklatan sedangkan dalam pengklasifikasiannya dicirikan dengan warna cokelat keputihan.

(a) (b) Gambar 7. (a) Area proyek pembangunan perumahan Kecamatan Tembalang

(b) Lahan pertanian sebelum ditanami (tanah gundul) Kecamatan Ngaliyan

5. Sawah

Sawah dapat berupa sawah beririgasi (teknis,½teknis, sederhana/pedesaan) dan sawah tadah hujan. Sawah juga dapat dibedakan atas sawah yang belum ditanami dan sawah yang siap panen. Tipe penutupan lahan berupa sawah dalam penelitian ini dilakukan interpretasi pada sawah yang ada dengan tanaman padinya dan sawah basah (belum ada tanaman padinya). Untuk sawah pada citra landsat 7 ETM tahunn 2001 dan 2006 dicirikan dengan warna biru keunguan (untuk sawah basah) dan warna hijau muda (untuk sawah dengan tanaman padi), sedangkan dalam pengklasifikasiannya dicirikan dengan warna ungu.

(a) (b)

Gambar 8. Sawah (a) Gunungpati (b) Tugu

6. Vegetasi Jarang

Tipe penutupan lahan untuk vegetasi jarang di Kota Semarang dikategorikan menjadi kebun campuran, jalur hijau, taman, TPU (Tempat Pemakaman Umum), dan campuran antara tanaman keras (berkayu) dan non keras (tidak berkayu). Berdasarkan interpretasi citra landsat 7 ETM tahun 2001 dan 2006 tipe penutupan lahan untuk vegetasi jarang dicirikan dengan warna hijau muda. Dalam proses pengklasifikasian, vegetasi jarang juga dicirikan dengan warna hijau muda.

(a) (b)

Gambar 9. (a) Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota Semarang (b) Taman lele Kecamatan Ngaliyan

7. Vegetasi Rapat

Tipe penutupan lahan untuk vegetasi rapat ini merupakan penutupan lahan yang berupa hutan alam, hutan tanaman yang berupa hutan jati dan hutan tanaman mahoni, perkebunan dan tegalan. Pohon-pohon yang tumbuh di lahan hutan dengan daerah yang memiliki kepadatan tajuk pohonnya (persentase penutupan tajuk) 10% atau lebih, batang pohonnya dapat menghasilkan kayu dan produksi kayu lainnya serta mempengaruhi iklim atau tata air lokal. Untuk vegetasi rapat

berdasarkan interpretasi hasil citra landsat 7 ETM dan proses pengklasifikasiannya dicirikan dengan warna hijau tua kecoklatan.

(a) (b)

Gambar 10. (a) Hutan tanaman jati di Kecamatan Mijen

(b) Hutan tanaman mahoni di Kecamatan Ngaliyan

8. Tidak Ada Data

Tidak ada data merupakan tipe penampakan permukaan bumi yang tertutup oleh awan dan bayangan awan. Kelas ini termasuk dalam klasifikas yang disebabkan kondisi cuaca pada saat pengambilan citra. Untuk awan juga dipengaruhi oleh iklim lokal pada wilayah yang akan mempengaruhi hasil citra yang diambil. Namun kondisi tersebut juga tidak terlalu tergantung sepenuhnya karean ternyata di Indonesia pada umumnya kawasannya memiliki penutupan awan yang termasuk cukup tinggi (Nurcahyono, 2003). Sedangkan untuk kelas penutupan berupa bayangan awan dipengaruhi karena adanya awan. Luasnya relatif hampir sama dengan luas awannya, selain itu dipengaruhi pula oleh sudut kemiringan matahari terhadap bumi serta jenis awan dan ketinggian awan pada saat perekaman/pengambilan citra dilakukan.