Distribusi spasial suhu permukaan berdasarkan topografi

5.4.4 Distribusi spasial suhu permukaan berdasarkan topografi

Salah satu yang mempengaruhi nilai suhu permukaan adalah ketinggian tempat. Menurut Handoko (1993) bahwa penyebaran suhu vertical pada lapisan troposfer, secara umum suhu makin rendah menurut ketinggian. Hal ini dapat dijelaskan dengan factor-faktor berikut :

1. Udara merupakan penyimpanan panas terburuk, sehingga suhu udara sangat dipengaruhi oleh permukaan bumi tempat persentuhan antara udara dengan daratan dan lautan. Permukaan bumi tersebut merupakan pemasok panas terasa untuk pemanasan udara.

2. Lautan mempunyai luas dan kapasitas panas yang lebih besar daripada daratan, sehingga meskipun daratan merupakan penyimpanan panas yang lebih buruk tetapi karena udara bercampur secara dinamis, maka pengaruh permukaan laut secara vertikal akan lebih dominan. Akibatnya suhu akan turun menurut ketinggian baik di atas lautan maupun daratan.

Ruang wilayah Kota Semarang dibagi menjadi tiga. Ruang wilayah ini didasarkan menurut kondisi topografinya yaitu:

1. Dataran rendah di bagian utara yang dikenal dengan Kawasan Pesisir/Pantai dengan ketinggian antara 0 - <0,75 meter.

2. Dataran di bagian tengah yang dikenal dengan Semarang Bawah, dengan ketinggian wilayah antara >0,75 - <5 meter.

3. Dataran tinggi dan perbukitan di bagian selatan yang dikenal dengan

Semarang Atas, dengan ketinggian wilayah antara 5 – <348 meter. Pembagian Wilayah Kecamatan berdasarkan keadaan topografi di Kota Semarang diantaranya:

a. Pesisir (0 - 0,75) mdpl, lingkup wilayah kecamatan diantaranya kecamatan Tugu, Semarang Barat bagian Utara, Semarang Timur bagian Utara, Gayamsari bagian Utara, dan Genuk bagian Utara.

b. Daratan (>0,75 - <5) mdpl, lingkup wilayah kecamatan diantaranya kecamatan Ngaliyan bagian Ujung timur, Semarang Barat bagian Selatan, Semarang

Selatan bagian Ujung Barat, Semarang Tengah, Semarang Timur bagian Selatan, Gayamsari bagian Selatan, Pedurungan, Genuk bagian Selatan.

c. Perbukitan (5 - <348) mdpl, lingkup wilayah kecamatan diantaranya kecamatan Ngaliyan, Mijen, Gunungpati, Banyumanik, Tembalang, Gajahmungkur, Candisari, Semarang Selatan bagian Timur, dan Pedurungan bagian Ujung Selatan.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai suhu permukaan pada citra Landsat 7 ETM tahun 2001 dan 2006 di Kota Semarang dapat diketahui nilai rata- rata suhu permukaan di ruang wilayah menurut ketinggian yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai rata-rata suhu permukaan pada ruang wilayah dan ketinggian

Suhu Rata-rata ( o C) No

Ruang Wilayah

Ketinggian (mdpl)

19.496 19.226 Keterangan : Tahun 2001 bulan April dan tahun 2006 bulan Juni

5 - <348

Kota Semarang mempunyai wilayah tertinggi <348 meter dpl, yang merupakan ruang wilayah perbukitan yang dikenal dengan Semarang atas. Nilai suhu permukaan dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Menurut Handoko (1995) bahwa rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian di Indonesia sekitar 5-6 o C tiap kenaikan 1000m.

Pada Tabel 8. terlihat perbedaan nilai rata-rata suhu permukaan tiap ruang wilayah dan ketinggian. Untuk ruang wilayah pesisir dan daratan mempunyai nilai rata-rata suhu permukaan lebih rendah dibandingkan dengan ruang wilayah perbukitan pada waktu yang sama. Hal ini dapat disebabkan perbedaan waktu pengambilan citra Landsat 7 ETM pada tahun 2001 dan 2006. Pada citra Landsat

7 ETM untuk tahun 2001 (Gambar 2.) terlihat ruang wilayah pesisir dan daratan diselimuti kabut awan berbeda pada tahun 2006 dan mempunyai jarak yang dekat dengan pantai utara pulau Jawa. Nilai suhu permukaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penerimaan radiasi panas matahari. Radiasi panas matahari yang akan diterima oleh bumi dipengaruhi keadaan permukaan bumi yang berupa daratan dan lautan. Permukaan bumi berupa daratan sangat cepat menerima dan

melepaskan panas sedangkan untuk lautan bersifat sebaliknya. Selain itu, banyak sedikit awan yang menyelimuti permukaan bumi akan mempengaruhi jumlah panas yang diterima bumi. Semakin banyak awan maka semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi. Awan adalah udara lembab kumpulan besar uap air atau kristal-kristal es yang halus di udara. Uap air itu sebagian besar berasal dari proses penguapan air yang menggenangi permukaan bumi seperti laut, sungai, atau rawa. Awan akan bergerak di udara tergantung dari angin yang akan membawanya. Makin lembab udara di suatu tempat, maka makin besar terjadinya hujan di tempat itu. Untuk jarak yang dekat dengan pantai utara pulau Jawa, nilai suhu permukaan dipengaruhi oleh adanya angin darat dan angin laut. Angin adalah udara yang bergerak. Hukum Buys Ballot menyatakan bahwa udara akan bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi (rapat) menuju udara yang lebih rendah (renggang). Bila suatu tempat memiliki udara dingin, maka udara menjadi rapat (tekanan tinggi). Sebaliknya bila bersuhu panas, maka udara menjadi renggang (tekanan rendah).