12
2.1.2 Perspektif Efektifitas
Efektifitas dipandang dari tiga perspektif menurut pendapat Gibson 1997, yaitu : a.
Efektifitas dari perspektif individu b.
Efektifitas dari perspektif kelompok c.
Efektifitas dari perspektif organisasi Efektifitas individu berada pada bagian dasar dalam konteks efektifitas individu.
Perspektif individu menekankan pada penampilan setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan individu dalam melaksanakan tugasnya secara efektif sangat dipengaruhi oleh
berbagai factor, seperti : keterampilan, pengetahuan, kecakapan, sikap, motivasi, dan tekanan atau stress.
Efektifitas organisasi seperti dinyatakan diatas merupakan perspektif yang ketiga. Hal ini terjadi karena adanya individu-individu dan kelompok-kelompok . oleh karena itu efektifitas
organisasi tercipta karena adanya efektifitas individu dan efektifitas kelompok. Walaupun demikian efektifitas organisasi tidak hanya sekedar kumpulan efektifitas individu dan efektifitas
kelompok melainkan karena organisasi merupakan sustu system kerjasama yang kompleks, maka efektifitas ditentukan juga oleh factor-faktor seperti lingkungan, teknologi, strategi, struktur,
proses, dan iklim kerjasama. Gibson, 1997.
2.2 Program Kesejahteraan Sosial Anak
2.2.1 Pengertian Program
Universitas Sumatera Utara
13
Program didefinsikan sebagai instrument kebijakan yang berisi kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran
danatau kegiatan masyarakat yang di koordinasikan bappenas.go.id, 2009. Program terbagi dalam dua jenis, yaitu:
1. Program Teknis, merupakan program–program yang menghasilkan pelayanan
kepada kelompok sasaranmasyarakat pelayanan eksternal 2.
Program Generik, merupakan program–program yang digunakan oleh beberapa unit Eselon IA yang memiliki kharakteristik sejenis untuk mendukung pelayanan
aparatu danatau administrasi pemerintah Pelayanan Internal bappenas.go.id, 2009.
2.2.2 Pengertian Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa sansekerta “Catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini, kesejahteraan yang
terkandung dalam arti “catera” payung adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya
aman tenteram, baik lahir maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan, teman, dan kerja sama. Orang yang sosial adalah orang dapat berelasi dengan orang lain
dan lingkungannya dengan baik. Jadi kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara
baik. Fahrudin, 2012
Universitas Sumatera Utara
14
Menurut Friedlander dalam Fahrudin 2012, kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan – pelayanan sosial dan institusi – institusi yang dirancang untuk
membantu individu – individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka
dapat mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan- kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.
Kesejahteraan sosial adalah suatu system berskala nasional dari program–program, tunjangan atau dukungan–dukungan, dan pelayanan–pelayanan yang membantu masyarakat
memenuhi kebutuhan–kebutuhan meliputi kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang bersifat fundamental dalam upaya pemeliharaan masyarakat Zastrow dalam Siagian dan
Suriadi, 2012. Sedangkan sebagai suatu disiplin keilmuan, maka kesejahteraan sosial adalah kajian
tentang badan–badan atau lembaga–lembaga, program–program, personil dan kebijakan– kebijakan yang berfokus pada pelaksanaan pelayanan–pelayanan sosial bagi individu–individu,
kelompok–kelompok dan komunitas Siagian dan Suriadi, 2012. Menurut Undang–Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial,
kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spriritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya. Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program
dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009 dalam pasal 3 ayat 1, juga
Universitas Sumatera Utara
15
menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah di bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :
1. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; 2. memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian;
3. meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial;
4. meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam rangka penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan;
5. meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan;
6. meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial UU Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa kesejahteraan sosial merujuk pada suatu kondisi, dengan kondisi mana manusia, baik individu, kelompok maupun komunitas mampu
memenuhi kebutuhan hidup sehingga dapat mencapai dan menikmati hidup layak sebagai mahluk yang memiliki harkat martabat Siagian dan Suriadi, 2012.
Dalam Undang–Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial juga ditegaskan bahwa penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah,
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga Negara meliputi
rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
Universitas Sumatera Utara
16
Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan yaitu: 1.
Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan dan relasi-relasi sosial yang
harmonis dengan lingkungannya. 2.
Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan, dan
mengembangkan taraf hidup yang memuaskan. Selain itu Schneiderman 1972 dalam Fahrudin mengemukakan tiga tujuan utama dari
sistem kesejahteraan sosial yang sampai tingkat tertentu tercermin dalam semua program kesejahteraan sosial, yaitu pemeliharaan sistem, pengawasan sistem dan perubahan sistem.
1. Pemeliharaan Sistem
Pemeliharaan dan menjaga keseimbangan atau kelangsungan keberadaan nilai-nilai dan norma sosial serta aturan-aturan kemasyarakatan dalam masyarakat, termasuk hal – hal
yang bertalian dengan definisi makna dan tujuan hidup, motivasi bagi kelangsungan hidup orang seorang dan kelompok, norma-norma yang menyangkut pelaksanaan peranan
anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua, dan peranan pria dan wanita, norma-norma yang berhubungan dengan produksi dan distribusi barang dan jasa, norma-norma yang
berhubungan dengan penyelesaian konflik dalam masyarakat. 2.
Pengawasan Sistem Melakukan pengawasan secara efektif terhadap prilaku yang tidak sesuai atau
menyimpang dari nilai-nilai sosial. Kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial untuk mencapai tujuan semacam itu meliputi, mengintensifkan fungsi-fungsi pemeliharaan
berupa kompensasi, sosialisasi, peningkatan kemampuan menjangkau fasilitas-fasilitas
Universitas Sumatera Utara
17
yang ada bagi golongan masyarakat yang memperlihatkan penyimpangan tingkah laku misalnya kelompok remaja dan kelompok lain dalam masyarakat. Hal ini dimaksudkan
agar dapat ditingkatkan pengawasan diri sendiri dengan jalan menghilangkan sebab-sebab masalah sesungguhnya.
3. Perubahan Sistem
Mengadakan perubahan kearah berkembangnya suatu sistem yang lebih efektif bagi anggota masyarakat. Dalam mengadakan perubahan itu, sistem kesejahteraan sosial
merupakan instrumen untuk menyisihkan hambatan-hambatan terhadap partisipasi sepenuhnya dan adil bagi anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan, pembagian
sumber-sumber secara lebih pantas dan adil, dan terhadap penggunaan struktur kesempatan yang tersedia secara adil pula.
Fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan– tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosio-ekonomi, menghindarkan
terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang negatif akibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarat Friedlander dan
Apte dalam Fahrudin, 2012. Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial itu antara lain:
1. Fungsi Pencegahan
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga dan masyarakat agar terhindar dari masalah-masalah sosial baru. Dalam masyarakat transisi, upaya
pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan untuk membantu menciptakan pola- pola baru dalam hubungan sosial serta lembaga-lembaga sosial baru.
2. Fungsi penyembuhan
Universitas Sumatera Utara
18
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial agar orang yang mengalami masalah
tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat. Dalam fungsi ini tercakup juga fungsi pemulihan rehebilitasi
3. Fungsi pengembangan
Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber
daya sosial dalam masyarakat. 4.
Fungsi penunjang Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sektor atau
bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain.Fahrudin, 2012
Pelayanan Sosial Pelayanan sosial adalah usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tujuan dalam
pencapaian kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial merupakan usaha pendorong, penawar, pengganti bagi keluarga yang institusi pendidikan; serta merupakan bagian dari mekanisme
sosialisasi dan kontrol sosial keluarga, sekolah dan pelayanan-pelayanan yang dirangkai untuk menyediakan sumber-sumber pribadi dan sosial yang esensial guna pelaksanaan peranan-peranan
sosial yang efektif Sekarningsih, 1983: 77. Pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan, memelihara, meningkatkan kemampuan berfungsi sosial individu dan keluarga,
melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektifitas seperti kelompokkelompok sosial, organisasi serta masyarakat Fadhil, 1990: 30. Pelayanan-pelayanan
sosial membentuk dan menyediakan sumber-sumber yang disediakan untuk membantu orang-
Universitas Sumatera Utara
19
orang memperbaiki kompetensi sosialnya, mempengaruhi dan mengubah tingkah laku dan memecahkan masalah penyesuaian diri.
Pelayanan sosial telah dan mungkin akan diklasifikasikan dalam berbagai cara, tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB mengemukakan fungsi
pelayanan sosial sebagai berikut: 1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat
2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi 3. Organisasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian sosial
4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat. Untuk tujuan pembangunan 5. Penyediaan dan Penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar pelayanan-
pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi. Alfred J. Khan menyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial adalah:
1. Pelayanan Sosial untuk Sosialisasi dan pengembangan 2. Pelayanan Sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi
3. Pelayanan akses. Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan
perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program-program pemeliharaan, pendidikan non formal dan pengembangan. Tujuannya yaitu untuk menanamkan nilai-nilai
masyarakat dalam usaha pengembangan kepribadian anak. Soetarso, 1979: 40
Bentuk-bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain: 1. Program Penitipan Anak
2. Program-program kegiatan remaja atau pemuda
Universitas Sumatera Utara
20
3. Program-program pengisian waktu terulang bagi anak dan remaja dalam keluarga.
Pelayanan Sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara individual maupun di dalam
kelompok atau keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya. Bentuk-bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain :
1. Bimbingan sosial bagi keluarga 2. Program asuhan keluarga dan adopsi anak
3. Program bimbingan bagi anak nakal dan bebas hukuman 4. Program-program rehabilitasi bagi penderita cacat
5. Program-program bagi lanjut usia 6. Program-program penyembuhan bagi penderita gangguan mental
7. Program-program bimbingan bagi anak-anak yang mengalami masalah dalam bidang pendidikan
8. Program-program bimbingan bagi para pasien di rumah-rumah sakit
Kebutuhan akan program pelayanan sosial akses disebabkan oleh karena: 1. Adanya birokrasi modern
2. Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap hal-hal dan kewajibantanggung jawabnya.
3. Diskriminasi dan 4. Jarak geografi antara lembaga-lembaga pelayanan dari orang-orang yang memerlukan
pelayanan sosial.
Universitas Sumatera Utara
21
Dengan adanya berbagai kesenjangan tersebut, maka pelayanan sosial disini mempunyai fungsi sebagai “akses” untuk menciptakan hubungan bimbingan yang sehat antara berbagai
program, sehingga program-program tersebut dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya. Pelayanan akses bukanlah semata-mata memberikan informasi, tetapi
juga termasuk menghubungkan seseorang dengan sumber-sumber yang diperlukan dengan melaksanakan program-program referral. Fungsi tambahan dari pelayanan sosial ialah
menciptakan partisipasi anggota masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Tujuannya dapat berupa : Terapi individual dan sosial untuk memberikan kepercayaan pada diri individu
dan masyarakat dan untuk mengatasi hambatan-hambatan sosial dalampembagian politis, yaitu untuk mendistribusikan sumber-sumber dan kekuasaan.
Partisipasi mungkin merupakan konsekuensi dari bagaimana program itu diorganisir, dilaksanakan dan disusun. Partisi kadang-kadang merupakan alat, kadang-kadang merupakan
alat, kadang-kadang merupakan tujuan. Ada yang memandang bahwa partisipasi dan pelayanan merupakan dua fungsi yang selalukonflik, karenanya harus dipilih salah satu. Karenanya harus
dipilih partisipasi sebagai tanggungjawab masyarakat dan pelayanan sebagai tanggungjawab program. Pada umumnya sesuatu program sulit untuk meningkatkan keduaduanya sekaligus.
Pendapat demikian selalu benar. Pelayanan sosial membutuhkan pada tingkat tertentu partisipasi masyarakat Muhidin, 1992: 41
2.2.3 Pengertian Anak
Dalam Undang–Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 1 ditegaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Ketentuan dalam Undang–Undang diatas menerangkan bahwa anak yang masih dalam kandungan pun dikategorikan anak sampai dengan usia 18 tahun.
Universitas Sumatera Utara
22
Menurut Konvensi Hak Anak yang tertuang dalam pasal 1, anak merupakan setiap manusia yang berusia dibawah delapan belas tahun, kecuali berdasarkan undang–undang yang