Musik Nonseremonial

3.1 Musik Nonseremonial

Musik nonseremonial seperti yang dijelaskan diatas umumnya ditampilkan dalam bentuk nyanyian ( ende) atau permainan alat-alat tunggal (instrumen solo). Keberadaan nyanyian dan instrumen solo sangat penting sebagai hiburan dalam masyarakat.

3.1.1 Nyanyian atau Ende

Nyanyian atau ende sering juga disebut sebagai musik vokal masyarakat Batak Toba. Dalam musik vokal tradisional pengklasifikasiannya biasanya ditentukan berdasarkan kegunaan dan tujuan lagu tersebut yang dapat dilihat

berdasarkan liriknya. Adapun klasifikasi nyanyian yang dikenal pada masyarakat Batak Toba diantaranya adalah:

1. Ende mandideng yaitu musik vokal yang digunakan untuk menidurkan anak (lullaby).

2. Ende sipaingot, adalah musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang akan melangsungkan pernikahan. Biasanya dinyanyikan pada waktu senggang saat menjelang pernikahan.

3. Ende pargaulan, adalah musik vokal yang secara umum merupakan “solo chorus”, dan dinyanyikan oleh kaum muda-mudi dan daam waktu senggang, biasanya malam hari.

4. Ende tumba, adalah musik vokal yang khusus dinyanyikan sebagai pengiring tarian hiburan (tumba). Penyanyinya sekaligus menari dengan melompat-lompat dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar. Biasanya ende tumba ini dilakukan oleh para muda-mudi atau remaja di alaman (halaman kampung) pada malam terang bulan.

5. Ende sibaran, adalah musik vokal yang menggambarkan cetusan penderitaan seseorang yang berkepanjangan. Penyanyinya adalah orang yang menderita tersebut, dan biasanya dinyanyikan di tempat yang sepi.

vokal yang berkaitan dengan pemberkatan, dan berisi lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari Yang Maha Kuasa. Biasanya dinyanyikan oleh para orang tua kepada keturunannya.

6. Ende pasu-pasuan ,

adalah

musik

7. Ende hata, adalah musik vokal berupa lirik yang diimbuhi ritem yang disajikan secara monoton, seperti metric speech. Liriknya berupa rangkaian pantun dengan bentuk pola “aa bb” yang memiliki jumlah suku 7. Ende hata, adalah musik vokal berupa lirik yang diimbuhi ritem yang disajikan secara monoton, seperti metric speech. Liriknya berupa rangkaian pantun dengan bentuk pola “aa bb” yang memiliki jumlah suku

8. Ende Andung, adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup seseorang yang telah meninggal dunia, yang disajikan pada saat atau setelah disemayamkan. Dalam ende andung alunan melodi biasanya muncul secara spontan, sehingga penyanyi haruslah cepat tanggap dan terampil dalam sastra dan menguasai beberapa motif-motif lagu yang penting untuk jenis nyanyian ini (Ben Pasaribu, 1988). Demikian juga Hutasoit yang dikutip oleh Rithaony, membagi kelompok

musik vokal menjadi tiga jenis yaitu:

1. Ende namarhadohoan, yaitu musik vokal yang dinyanyikan untuk acara- acara namarhadodoan (resmi).

2. Ende siriakon, yaitu musik vokal yang dinyanyikan masyarakat Batak Toba dalam kegiatan sehari-hari.

3. Ende sibaran, yaitu musik vokal yang dinyanyikan dalam kaitannya dalam berbagai peristiwa kesedihan atau dukacita. Lebih jauh, menurut Jan Harold Brunvand yang dikutip oleh Rithaony

(1989). Jenis musik vokal masyarakat Batak Toba diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Nyanyian kelonan ( lullaby), yakni musik vokal yang mempunyai irama halus, tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang sehingga dapat membangkitkan rasa kantuk bagi sianak yang mendengarkan. Contoh: mandideng

2. Nyanyian kerja (work song), yakni musik vokal yang mempunyai irama dan kata-kata yang bersifat menggugah semangat, sehingga dapat menimbulkan rasa gairah untuk bekerja. Contoh: luga-luga solu.

3. Nyanyian permainan (play song), yakni musik vokal yang mempunyai irama gembira serta kata-kata yang lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan. Contoh: sampele-sampele.

4. Nyanyian yang bersifat kerohanian atau keagamaan, yakni musik vokal yang teksnya berhubungan dengan kitab injil, legenda-legenda keagamaan, atau pelajaran-pelajaran keagamaan. Contoh: metmet au on.

5. Nyanyian nasehat, yakni musik vokal yang liriknya berisi nasehat tentang bagaimana pola bertingkah laku yang baik. Contoh: siboruadi

6. Nyanyian mengenai hubungan berpacaran dan pernikahan, yaitu musik vokal yang liriknya biasanya mengungkapkan kebiasaan muda-mudi yang sedang bercinta dan akan melanjutkan ke jenjang pernikahan. Contoh: madekdek ma gambiri.

3.1.2 Instrumen Solo

Instrumen solo merupakan bagian dari musik instumental masyarakat Batak Toba. Adapun musik instrumen solo pada Batak Toba adalah:

1. Saga-saga (jews harp) yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara menggetarkan lidah instrumen tersebut dengan bantuan hentakan tangan dan rongga mulut berperan sebagai resonator. Instrumen ini tergolong kedalam kelompok idiophone.

2. Jenggong (jews harp) yang terbuat dari logam dan mempunyai konsep yang sama dengan saga-saga. Dan instrumen ini juga termasuk ke dalam kelompok idiophone.

3. Talatoit(transverse flute) sering juga disebut dengan salohat/tulila, yaitu alat musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara meniup dari samping. Mempunyai empat lobang nada yakni dua disisi kiri dan dua di sisi kanan, sedangkan lobang tiupan berada di tengah. Instrumen ini diklasifikasikan kedalam kelompok aerofon.

4. Sordam (up blown flute) yang terbuat dari bambu, dan dimainkan dengan cara meniup dari ujungnya dengan meletakkan bibir pada ujung istrumen yang diposisikan secara diagonal. Instrumen ini memiliki lima lobang nada, yakni empat dibagia atas dan satu dibagian bawah, sedangkan lobang tiupan berada pada ujung atasnya. Instrumen ini juga termasuk kedalam kelompok aerofon.

5. Tanggetang (bambo idiochord). Yaitu alat musik yang terbuat dari kayu besar dan memiliki senar yang dibentuk dari badan bambu itu sendiri dan badan bambu tersebut berperan sebagai resonator. Prinsip pembuatan, cara memainkan dan karakter bunyi instrumen ini hampir sama dengan keteng-keteng yang ada pada masyarakat Karo, dimana instrumen ini bersifat ritmis dan gaya permainannya seakan mengimitasikan karakter bunyi ogung (gong Batak Toba). Instrumen ini termasuk kelompok yang dipadukan antara idiophone dengan chordophone sehingga disebut idiochordophone.

6. Mengmung juga merupakan instrumen sejenis idiochordophone yang mirip dengan tanggetang, hanya saja senarnya terbuat dari rotan dan peti kayu dijadikan sebagai resonatornya.