Musik Seremonial

3.2 Musik Seremonial

Aktivitas musikal yang digunakan di dalam konteks seremonial adat dan ritual keagamaan, di masyarakat Batak Toba dikenal dengan sebutan gondang. Hal ini terungkap dalam falsafah tradisional masyarakat yang mengatakan bahwa gondang merupakan alat utama untuk mencapai hubungan antara manusia dan Sang pencipta yang disebut Debata Mulajadi Nabolon (Irwansyah Harahap, 2005: 15). Aktivitas musikal seremonial biasanya diiringi dengan musik dalam bentuk ensambel. Ensambel yang dikenal dalam budaya masyarakat Batak Toba disebut dengan gondang ,yaitu ensambel gondang sabangunan dan ensambel gondang hasapi.

3.2.1 Ensambel Gondang Sabangunan

Ensambel gondang sabangunan merupakan bagian dari musik instrumental masyarakat Batak Toba. Ensambel ini sering juga disebut sebagai ensambel besar atau dalam bahasa Batak Toba disebut bolon. Pertunjukan ensambel ini sering dilakukan di halaman terbuka, walaupun dapat juga dilakukan di dalam ruangan. Dalam perkembangan terakhir penggunaan ensambel ini sudah jarang ditemukan dalam upacara adat masyarakat Batak Toba secara umum.

Seperti diungkapkan Marsius Sitohang, bahwa masyarakat Batak Toba ada yang menganggap irama dari gondang sabangunan susah diikuti ketika sedang manortor, selain itu masyarakat menganggap iringan ensambel ini seperti mamele begu ( menyembah roh). Saat ini penggunaan gondang sabangunan bisa dijumpai hanya pada upacara adat tertentu seperti mangongkal holi/mangongkal saring- saring, itupun hanya dimainkan pada bagian pembukaan dari acara, biasanya acara selanjutnya akan diisi dengan iringan musik tiup atau organ tunggal. Namun dalam kelompok masyarakat tertentu ensambel ini masih tetap digunakan seperti kelompok masyarakat parmalim . Adapu alat musik dalam ensambel gondang sabangunan yaitu :

1. Taganing (single headed drum), masuk dalam klasifikasi membranofon. taganing adalah salah satu alat musik yang dapat mengeluarkan nada. Taganing adalah gondang yang bernada yang tersusun atas lima buah gendang, yang berfungsi sebagai pembawa melodi dan juga pembawa rythem pada lagu atau repertoar tertentu. Kelima gendang tersebut memiliki nama yang berbeda-beda yakni: odap, paidua odap, painonga, paidua ting-ting , dan ting-ting.

2. Gordang (single headed drum) yakni sebuah gendang-bas bermuka satu yang ukurannya lebih besar dari taganing, yang berperan sebagai pembawa ritem konstan dan ritem variabel. Klasifikasi instrumen ini termasuk kepada kelompok membranophone.

3. Sarune bolon (shawn, oboe) alat musik ini masuk dalam klasifikasi aerofon yaitu penggetar utamanya dari udara, sarune bolon adalah alat 3. Sarune bolon (shawn, oboe) alat musik ini masuk dalam klasifikasi aerofon yaitu penggetar utamanya dari udara, sarune bolon adalah alat

4. Ogung (gong) yang masuk dalam klasifikasi idiopone yang penggetar utamanya dari alat musik tersebut, ogung mempunyai 4 bagian dan memiliki nama yang berbeda yaitu: oloan, doal, ihutan, panggora. Dan keempat ogung itu sudah memiliki masing-masing rythem dimainkan secara konstan dan tidak berubah.

5. Hesek, alat musik yang termasuk pada klasifikasi idiophone, fungsi alat ini adalah sebagai pembawa tempo sebuah repertoar. Biasanya terbuat dari potongan besi atau dengan menggunakan botol bekas. Hesek dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik dari besi, sehingga bunyi yang dihasilkan kuat dan didengar oleh pemain musik yang lain.

6. Odap (double headed drum) yakni sejenis gendang kecil bermuka dua (dua sisi selaput gendang) yang berperan sebagai pembawa ritem variabel. Instrumen ini biasanya hanya dimainkan pada lagu atau repertoar tertentu. Instrumen ini tergolong kepada kelompok membranophone. Ensambel gondang sabangunan umumnya dimainkan oleh tujuh orang

pargonsi , yaitu:

1. Sebagai leader (pemimpin musikal) adalah sarune bolon, peranannya memainkan melodi, jumlah pemainnya satu orang

2. Partaganing dan odap berjumlah satu orang.

3. Satu orang memainkan gordang bolon.

4. Satu orang memainkan oloan dan ihutan,

5. Satu orang memainkan doal,

6. Satu orang memainkan panggora

7. Satu orang pemain hesek Di dalam masyarakat Batak Toba, alat musik gondang sabangunan

memiliki filosofi tersendiri. Setiap alat musik dalam ensambel gondang sabangunan memiliki falsafi yang berbunyi sebagai berikut: mangkuling sarune marhata-hata mangkuling taganing marunung-unung, manghuling ogung marhuolon. Secara harifiah, kalimat tersebut berarti: berbunyi sarune berkata- kata, berbunyi taganing dengan suara sayup-sayup, berbunyi ogung dengan suara bergema. Hubungan antara falsafi diatas dan pembagian peranan musikal setiap alat tercermin dalam konteks permainan musik, yaitu :

1. Peranan alat musik yang mutlak sebagai pembawa melodi pada dasarnya adalah sarune bolon. Bunyi sarune bolon dianalogikan dengan suara orang yang sedang berkata-kata.

2. Taganing kadang-kadang bisa bermain mengikuti melodi sarune bolon secara heterofonis atau hanya memberikan aksentuasi ritmis, pada garis melodi yang dimainkan sarune bolon .Bunyi taganing dianalogikan dengan suara orang yang sedang bersungut-sungut, dimana kata-katanya umunya terdengar kurang jelas.

3. Bunyi ogung berfungsi sebagai pemberi aksentuasi dan penentu siklus yang dianalogikan seperti suara yang bergema.

3.2.2 Ensambel Gondang Hasapi

Ensambel gondang hasapi merupakan ensambel yang dianggap sebagai bentuk ensambel musik yang kecil, dimana penggunaannya terbatas pada ruang kecil dan tertutup. Adapun alat-alat musik dalam ensambel gondang hasapi yaitu:

1. Sarune etek merupakan alat musik yang termasuk dalam klafikasi aerophone . Alat musik ini tergolong alat musik berlidah tunggal (single reed),sarune etek dalam gondang hasapi dijadikan sebagai instrumen pembawa melodi repertoar. Sarune etek bentuknya menyerupai sarune bolon namun sarune ini berukuran lebih kecil atau etek. Lubang nadanya ada lima buah, empat lubang berada diatas dan satu lubang di bawah. Adapun teknik atau cara memainkannya adalah meniup dengan cara marsiulak hosa (circular breathing).

2. Hasapi ende, sejenis lute ini adalah pembawa melodi. Hasapi ende memiliki dua senar .Proses penalaan biasanya dengan menjadikan senar paling atas sebagai nada do ataupun sol dan senar bawah dengan nada mi ataupun re dalam tangga nada Barat. Namun biasanya untuk mendapatkan nada yang lebih harmoni maka nada yang sering dipakai pada senar atas dan senar bawah adalah do dengan mi.

3. Hasapi doal dan hasapi ende, kedua nama ini merupakan sebutan untuk instrumen hasapi namun bedanya adalah pada peranan musikal yang dibawakan. Hasapi doal merupakan sebuah hasapi yang dimainkan dengan membawakan ritem yang konstan, dan nada yang sering 3. Hasapi doal dan hasapi ende, kedua nama ini merupakan sebutan untuk instrumen hasapi namun bedanya adalah pada peranan musikal yang dibawakan. Hasapi doal merupakan sebuah hasapi yang dimainkan dengan membawakan ritem yang konstan, dan nada yang sering

4. Garantung (xylophone) merupakan alat musik yang terbuat dari kayu, garantung memiliki nada pentatonik (lima nada) yaitu antara nada do sampai sol dalam tangga nada Barat, namun saat ini kita sudah bisa menemukan garantung yang bilahan kayunya terdiri dari delapan nada. Garantung biasanya dijadikan sebagai pembawa melodi sebuah repertoar , dan bisa juga dijadikan sebagai alat musik pembawa tempo dan irama pada lagu-lagu tertentu.

5. Hesek, alat musik yang termasuk pada klasifikasi idiophone, fungsi alat ini adalah sebagai pembawa tempo sebuah repertoar. Biasanya terbuat dari potongan besi atau dengan menggunakan botol bekas. Hesek dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik dari besi, sehingga bunyi yang dihasilkan kuat dan didengar oleh pemain musik yang lain.