Tabel 22. Luas masing-masing kelas kemampuan lahan
No. Kelas Kemampuan Lahan
Luas Ha
1. Iw
20,522 31,69
2. Ie
22,894 35,34
3. Ig
6,319 8,42
4. IIg
1,471 2,27
5. IIIg
1,610 2,49
6. VIg
8,087 12,49
7. Jalan
5,402 8,34
Total 64,762
100
E. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan dikelompokkan berdasarkan faktor penghambat, yaitu berupa temperatur tc, ketersediaan air wa yaitu curah hujan, ketersediaan
oksigen oa yaitu drainase, media perakaran rc yaitu tekstur dan kedalaman efektif, retensi hara nr yaitu pH dan C-organik, serta bahaya erosi eh yaitu
lereng. Temperatur, ketersediaan air, media perakaran yaitu tekstur dan kedalaman tanah merupakan faktor penghambat yang tidak dapat diperbaiki
karena merupakan faktor penghambat alam. Ketersediaan oksigen berupa drainase dapat diperbaiki dengan pembuatan saluran drainase. Retensi hara berupa pH dan
C-organik dapat diperbaiki dengan penambahan bahan organik dan pengapuran. Bahaya erosi berupa lereng dapat diperbaiki dengan teknik konservasi tanah dan
air berupa pembuatan teras. Hasil penelitian ini didukung oleh Rahmawaty 2011 bahwa media perakaran dan bahaya banjir merupakan faktor penghambat alam
yang tidak dapat diperbaiki, sedangkan lereng dan erosi tanah dapat diperbaiki dengan teknik konservasi tanah dan air berupa pembuatan teras.
Kesesuaian lahan dapat dinilai secara aktual maupun potensial. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djaenudin dkk., 2003 bahwa masing-masing
kesesuaian lahan dapat dinilai secara aktual maupun potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan
Universitas Sumatera Utara
sekarang present land use, tanpa adanya masukan untuk perbaikan, sedangkan kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi
setelah diberikan masukan untuk perbaikan, seperti penambahan pupuk, perbaikan atau teras, tergantung dari jenis faktor pembatasnya.
Dengan melihat kemampuan lahan yang memiliki kelas I sampai kelas VI dan yang mempunyai hambatan yang sedang hingga berat menyebabkan tidak
semua tanah-tanah Arboretum ini sesuai untuk penggunaan pertanian, penggunaan lahan terbatas untuk tanaman rumput atau padang pengembalaan, kondisi tanah
tersebut lebih sesuai untuk hutan produksi, hutan lindung atau cagar alam. Hal ini sangat sesuai dengan fungsi arboretum sebagai tempat koleksi pepohonan
khususnya tanaman kehutanan. Akan tetapi, dengan kondisi penggunaan lahan berdasarkan pengamatan lapangan dan peta penutupan lahan yang diperoleh dari
Badan Pemantapan Kawasan Hutan BPKH berupa pertanian lahan kering dan kebun sawit, maka diperlukan alternatif penggunaan lahan yang dapat
memperbaiki kondisi lahan yang sudah tidak sesuai dengan penggunaannya.
F. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kehutanan