Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Transaksi Berjalan Indonesia Periode 2006 – 2013

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSAKSI BERJALAN INDONESIA

PERIODE 2006 - 2013

OLEH

RAMADHANI

100501175

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Transaksi Berjalan Indonesia dalam Jangka Waktu 2006 – 2013

“. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skirpsi ini tentunya Penulis tidak bekerja secara sendirian dan mendapat bantuan dari berbagai pihak yang berupa semangat, dorongan juga berupa sumbangan pemikiran. Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tersayang, Ayahanda Zubir dan Ibunda Baiyar dan saudara-saudari yang sangat disayangi Zulham Efendi, Zuraida, Zuandri, Zuarman, Joni, Januardi, Zuriani, Novriadi, dan Robby Chandra Putra. Terima kassih atas segalanya baik itu perhatian, bimbingan dan do’anya serta dukungan kasih sayang selama dalam penulisan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penulissan skripsi ini baik itu berupa dukungan, motivasi, bimbingan serta do’a, dan dana yang saya peroleh dalam masa pengerjaan skripsi ini terutama kepada:


(3)

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Makzum,S.E., M.Ec. Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE., M.Soc., Ph.D selaku Ketua dan Bapak PAidi Hidayat, SE., M.Si selaku sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE., M.si selaku dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu dan kesempatannya hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Syahrir Hakim Nasution, M.Si dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nassution, S.E., M.Si., selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam rangka penyempurnaan penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen/staf pengajar dan pegawai terkhusus Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik mahasiswa dengan penuh loyalitas dan profesionalitas selama mengikuti perkuliahan

7. Kepada kepada kedua Orang Tuaku, terima kasih atas doa, arahan, motivasi baik itu secara moril dan materil dari awal perkuliahan hingga terselesainya skripsi ini.

8. Buat teman – teman seperjuangan didalam masa pengerjaan skripsi serta teman- teman Ekonomi Pembangunan 2010. Serta buat teman-teman EP


(4)

Departemen Ekonomi Pembangunan dan pihak yang turut serta yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya dan Penulis menyadari bahwa sepenuhnya penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima saran dan mengharapkan kritikan yang bersifat membangun demi lebih sempurna kedepannya.

Penulis berharap semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya. Terima kasih.

Medan, Juni 2014

Penulis

Ramadhani NIM.100501175


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi Transaksi Berjalan Indonesia periode 2006 – 2013. Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Bank Indonesia, Nilai Tukar, dan Pertumbuhan Ekonomi Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 2006 – 2013, sedangkan metode analisis yang digunakan adalah Ordiary Least Square ( OLS ).

Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien determinasinya ( R2) adalah 0,45 yang mana artinya bahwa variabel independent (Suku Bunga Bank Indonesia, Indonesia, Pertumbuhan Ekonomi dan Nilai Tukar) dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependent ( Transaksi Berjalan ) sebesar 45 % Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam variabel penelitian ini. F-statistik > F-tabel ( 7,911 > 2,99 ) yang berarti bahwa Suku Bunga Bank Indonesia, Nilai Tukar dan Pertumbuhan Ekonomi secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap Transaksi Berjalan di Indonesia.

Kata Kunci: Suku Bunga Bank Indonesia, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Tukar


(6)

Abstract

This study aims to analyze the factors that influence current account in Indonesia during 2006 – 2013 which use quarter data. The independence variables in this research are Interest rate, Inflation, Economic Growth, and Exchange Rate.

This research uses time series data which analsis data that used is Ordinary Least Square ( OLS ). The result of this research show that coefficient determination ( R2) is 0,45 that has meaning independence variable (Interest rate, Inflation, Economic Growth, and Exchange Rate can give explanation towards on dependence variable ( currnt account ) 53 %. Meanwhile the rest are can be explained by others variable that exclude in this research. F-Statistik > F tabel ( 7,911> 2,99 ) means Interest rate, Economic Growth, and Exchange Rate simultanly can influence current account in indonesia at that time.

Keyword: Interest rate, Exchange Rate and Economic Growth

                   


(7)

DAFTAR ISI

Halamaman

KATA PENGANTAR ………. i

ABSTRAK……… iv

ABSTRACT……….………. v

DAFTAR ISI……….…... vi

DAFTAR TABEL………..………… viii

DAFTAR GAMBAR……….…………... ix

DAFTAR LAMPIRAN………. . x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Perumusan Masalah……… 8

1.3 Tujuan Penelitian……….... . 9

1.4 Manfaat Penelitian……….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Suku Bunga Bank Indonesi…………. 10

2.2 Mekanisme Penertapan Suku Bunga Bank Indonesia. 10 2.3 Perubahan Suku Bunga Bank Indonesia ……….… . 12

2.4 Strategi Komunikasi Suku Bunga Bank Indonesia….. 12

2.5 Pengertian Transakasi Berjalan…….……… 13

2.6 Komponen Transaksi Berjalan………. 13

2.6.1 Barang……….. 16

2.6.2 Jasa………... 16

2.6.2.1 Jasa Transportasi………..…. 17

2.6.2.2 Travel……… 18

2.6.2.3 Jasa Komunikasi……… 18

2.6.2.4 Jasa Konstruksi………. 18

2.6.2.5 Jasa Asuransi……… 18

2.6.2.6 Jasa Komputer dan Informasi…… 19

2.6.2.7 Royalti dan Imbalan Lisensi……. 19

2.6.2.8 Jasa Personal, Kultural dan Rekreasi 19 2.6.2.9 Jasa Pemerintah……….………. 19


(8)

2.6.2.10 Jasa Bisnis Lainnya………. 20

2.7 Pendapatan……….. 20

2.7.1 Kompensasi Tenaga Kerja………...…………. 21

2.7.2 Pendapatan Investasi…..……… 22

2.8 Transfer Berjalan………..……….. 24

2.8.1 Klasifikasi……….. 25

2.9 Pertumbuhan Ekonomi……… 26

2.11 Nilai Tukar……….. 27

2.12 Kerangka Konseptual……….. 28

2.13 Hipotesis………. 28

2.14 Penelitian Terdahulu……… 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian……… 30

3.2 Jenis dan Sumber Data………. 30

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……… 30

3.4 Pengolahan Data……… 31

3.5 Model Analisis Data………. 31

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik……… 32

3.6.1 Normalitas………..………… 32

3.6.2 Multikolonieritas……… 32

3.6.3 Autokorelasi……….……….. 33

3.6.4 Heterokodesitas………..……..…….. 38.

3.7 Uji Kesesuaian ( test for Goodness of fit )……… 39

3.7.1 Koefisien Determinasi ( R – Sq...uare )…………. 39

3.7.2 Uji t-Statistik ( Uji Parsial )………..………. 39

3.7.3 Uji F- Statistik………... 40

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data……….. 42

4.1.1 Uji Asumsi Klasik………. 42

a. Uji Normalitas……… 42

b. Multikolonieritas……… 44

c. Heterokodesitas……….. 48


(9)

4.2 Uji kesesuaian……… 52

1. Determinasi……… 52

2. Uji t-statistik………... 53

3. Uji F-statistik………. 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 59


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul

Hal

1.1 Pergerakan BI rate indonesia 2006 – 2013 2 1.2 Pergerakan Transaksi Berjalan Indonesia 5 2.1 Struktur Transaksi Berjalan Indonesia 16 2.2 Struktur Transaksi Berjalan Indonesia 17

4.1 Uji Normalitas 43

4.2 Uji Multikolonieritas I 45

4.3 Uji Multikolonieritas II 45

4.4 Uji Heterokodesitas 48

4.5 Uji Autokorelasi ( LM Test ) 49

4.6 Hasil Regresi ( Estimasi Berganda ) 51

4.7 Koefisien Determinasi 53


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul

Hal

2.1 Kerangka Konseptual 31

3.1 Uji T – Statistik 33


(12)

Daftar Lampiran

Uji Asumsi Klasik

 Normalitas……… 63

 Heterokodesitas……… 67

 Autoko………. 68

 Multikoloneritas……… 69

Uji kesesuaian  Determina……… 73

 Uji - t……….……….. 73


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi Transaksi Berjalan Indonesia periode 2006 – 2013. Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Bank Indonesia, Nilai Tukar, dan Pertumbuhan Ekonomi Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 2006 – 2013, sedangkan metode analisis yang digunakan adalah Ordiary Least Square ( OLS ).

Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien determinasinya ( R2) adalah 0,45 yang mana artinya bahwa variabel independent (Suku Bunga Bank Indonesia, Indonesia, Pertumbuhan Ekonomi dan Nilai Tukar) dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependent ( Transaksi Berjalan ) sebesar 45 % Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam variabel penelitian ini. F-statistik > F-tabel ( 7,911 > 2,99 ) yang berarti bahwa Suku Bunga Bank Indonesia, Nilai Tukar dan Pertumbuhan Ekonomi secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap Transaksi Berjalan di Indonesia.

Kata Kunci: Suku Bunga Bank Indonesia, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Tukar


(14)

Abstract

This study aims to analyze the factors that influence current account in Indonesia during 2006 – 2013 which use quarter data. The independence variables in this research are Interest rate, Inflation, Economic Growth, and Exchange Rate.

This research uses time series data which analsis data that used is Ordinary Least Square ( OLS ). The result of this research show that coefficient determination ( R2) is 0,45 that has meaning independence variable (Interest rate, Inflation, Economic Growth, and Exchange Rate can give explanation towards on dependence variable ( currnt account ) 53 %. Meanwhile the rest are can be explained by others variable that exclude in this research. F-Statistik > F tabel ( 7,911> 2,99 ) means Interest rate, Economic Growth, and Exchange Rate simultanly can influence current account in indonesia at that time.

Keyword: Interest rate, Exchange Rate and Economic Growth

                   


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah bekerjasama dengan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter Indonesia, yang dalam hal ini sebagai pengatur dan pengawas seluruh aspek kegiatan perekonomian di Indonesia misalnya dalam kasus ekonomi di dunia belakangan ini.

Baru – baru ini, otoritas moneter dalam tugasnya dikebijakan moneter pada 2013, Bank Indonesia telah beberapa kali menaikkan tingkat suku bunganya ( BI rate ), bermula dari kenaikan pada pertengahan 2013 hingga awal 2014 sekarang ini. Hal ini dikarenakan antisipasi Bank Indonesia dalam mengurangi dampak kebijakan Amerika Serikat yang akan melakukan Tappering Off nya.

Dilihat dari grafik pergerakan suku bunga Bank Indonesia atau yang biasa disebut BI Rate Indonesia, bahwa kenaikan ini berlaku hanya pada tahun 2008 dan tahun 2013. Pada tahun 2008 di Amerika Serikat telah terjadi resesi ekonomi walaupun pada tahun 2013 kemarin dinyatakan Amerika telah pulih dari resesi, bedasarkan data ketenagakerjaan Amerika Serikat.


(16)

Berikut gambaran suku bunga Bank Indonesia yang akan dijelaskan mulai dari tahun 2006 untuk melihat perbandingan tingkat suku bunga yang terjadi pada tahun 2008 hingga akhir tahun 2013

Tabel 1.1

Pergerakan Suku Bunga Bank Indonesia 2006 – 2013

Periode 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Triwulan I 12.75 9.25 8.00 8.30 6.50 6.75 5.75 5.75 Triwulan II 12.50 8.75 8.30 7.30 6.50 6.75 5.75 5.80 Triwulan III 11.75 8.25 9.00 6.50 6.50 6.75 5.75 6.70 Triwulan IV 10.25 8.25 9.40 6.50 6.50 6.25 5.75 7.50 Sumber : Data diolah dari Bank Indonesia, 2006 - 2013

Dari tampilan tabel di atas, dimulai tahun 2006, disimpulkan bahwa tingkat suku bunga Bank Indonesia cenderung turun tiap bulannya. Dimulai pada tahun 2006 tingkat suku bunga Bank Indonesia 2 digit 12,75 % dan terus menurun per triwulannya hingga akhir tahun 2006 sebesar 250 basis poin dan pada akhir tahun akhirnya dapat menjadi 10.25 %, juga pada tahun 2007 suku bunga pada Bank Indonesia juga menunjukkan tren penurunan dari 9,25 % hingga akhir tahun 2007 berkisar 8,16 % hingga akhir 2007 berdasarkan perhitungan triwulannya.

Namun hal berbeda terjadi pada tahun 2008, tabel di atas memperlihatkan bahwa pada tahun triwulan I 2008, BI rate tetap tidak menunjukkan kenaikan yang berarti namun mulai terlihat pada awal pertengahan 2008 di bulan mei tepatnya di triwulan II, suku bunga Bank Indonesia sudah menunjukkan tanda – tanda kenaikan yang mana hal ini dikarenakan oleh antisipasi Bank Indonesia terhadap pengaruh


(17)

mei 2008 ( Rapat Dewan Gubernur ( RDG) Bulanan ) diputuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dari 8 % menjadi 8,25 % hingga pada akhirnya naik terus hingga menyentuh 9,42 % pada akhir tahun 2008 berarti dalam hal ini telah terjadi kenaikan sebesar sebesar 117 basis poin dalam kurun waktu 8 bulan.

Kenaikan suku bunga Bank Indonesia ini terjadi dikarenakan bebarapa alasan dan salah satunya adalah fakor eksternal yaitu dari perekonomian dunia melalui perdagangan, politik, sosial budaya dan lainnya. Terkait hubungannya dengan ekonomi maka Indonesia yang turut serta berkontribusi dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi global, sehingga tidak terkecuali ketika dunia mengalami guncangan maka Indonesia juga akan mengalami hal yang sama dikarenakan adanya keterkaitan antara Indonesia dan dunia. Dan hal ini terbukti ketika di mulai dari tahun 2008 perekonomian global mengalami fluktuasi, yang berawal dari perekonomian negara Adidaya , Amerika Serikat yang menunjukkan gejala resesi ekonomi..

Hingga pada akhirnya semenjak awal 2009 suku bunga Bank Indonesia mulai menunjukkan penurunan bahkan hingga akhir 2012, tingkat suku bunga Bank Indonesia telah menunjukkan penurunan yang signifikan bahkan hingga sebesar 350 basis poin dari 8,25 % pada tahun 2009 awal menjadi 5,75 pada akhir tahun 2012.

Dikarenakan dari kasus di atas membuat otoritas moneter di Indonesia yaitu Bank Indonesia yang bertugas penting dalam perekonomian, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan moneternya yaitu dengan menaikkan dan menurunkan suku bunga, dimana hal ini dilakukan dalam rangka untuk menstabilkan ekonomi makro


(18)

dan mengurangi pengaruh resesi ekonomi yang terjadi di negara maju. Di satu sisi Bank Indonesia yang menaikkan suku bunganya, maka naik turun nya suku bunga ini akan berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran Indonesia ( NPI ) yang tergambar pada transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial indonesia, seperti ynag tertulis bahwa pada neraca transaksi berjalan indonesia mengalami pergerakan yang fluktuatif seperti di bawah ini.

Tabel 1.2

Pergerakan Transaksi Berjalan Indonesia: ( USD Juta )

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Total

2006 2569 1472 3495 2091 9628

2007 2065 2282 2114 3364 10365

2008 2742 -1013 - 966 -637 126

2009 2591 2570 1500 3531 10192

2010 1891 1342 1043 870 5144

2011 2947 273 766 -2301 1685

2012 -3192 -8149 -5265 -7189 -24418

2013 -5095 -9998 -8529 -4018 -28450

Sumber : Bank Indonesia, 2006 – 2013

Dari tampilan tabel di atas maka dapat kita lihat bahwa Transaksi Berjalan Indonesia pada tahun 2006 – 2007 stabil dan walaupun mengalami kenaikan dan penurunan namun pada waktu dua tahun itu Transaksi Berjalan Indonesia selalu surplus sedangkan berbeda pada triwulan II 2008 mengalami penurunan yang sangat tajam , seperti pada laporan tahun 2008 transasksi berjalan Indonesia pada data triwulan pertama dari laporan neraca pembayaran Indonesia masih menunjukkan positif atau surplus sebesar USD 2,742 juta dikarenakan pada data triwulan pertama ini sejalan dengan perekonomian masih belum menunjukkan gejala yang berarti


(19)

dikaitkan dengan krisis ekonomi dunia. Juga selaku bank sentral Indonesia masih belum menaikkan tingkat suku bunga kreditnya yang mana pada saat itu masih 8 %, namun terkait pengaruh dari faktor eksternal maka pada triwulan kedua transaksi berjalan Indonesia mulai menunjukkan defisit menjadi USD-1.013 Juta, hal ini merupakan suatu penurunan yang sangat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya, selanjutnya pada triwulan III defisit transaksi berjalan Indonesia sedikit lebih kurang berkisar sebesar USD – 967 Juta dan berkurang kembali sebesar USD -637, semakin berkurangnya defisit transaksi berjalan Indonesia ini merupakan tak lepas dari bauran kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam memperkuat fundamental ekonomi Indonesia seperti yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia. Namun lebih lanjut pada akhir tahun 2008 tercatat bahwa transaksi berjalan Indonesia masih menunjukkan positif yaitu sebesar USD126 Juta, hal ini dikarenakan Transaksi berjalan pada 2008 masih mengalami sedikit surplus, namun hal tersebut didorong oleh surplus yang cukup besar pada triwulan pertama sehingga dapat menutupi akumulasi defisit pada tiga triwulan berikutnya. Transaksi berjalan mencatat deficit pada Tw. II dan berlanjut hingga Tw. IV dengan kecenderungan mengecil Seperti laporan Bank Indonesia

Perkembangan transaksi berjalan Indonesia semenjak dari krisis ekonomi Amerika yang terjadi serta krisis hutang di Eropa telah menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan dan hal ini terbukti dari hasil laporan neraca pembayaran Indonesia yang mempublikasikan bahwa transaksi berjalan Indonesia selama tahun 2009 selalu mengalami surplus berturut – turut USD 2.507 juta Triwulan pertama, USD 2.480


(20)

Juta triwulan kedua, USD 2.146 Juta triwulan ketiga, dan USD 3.610 pada triwulan keempat juta dan apabila diakumulasikan sebesar USD 10.743 juta / tahun 2009. Selama tahun 2009 ini telah terjadi pemulihan ekonomi global sehingga menyebabkan kenaikan ekspor produk – produk Indonesia ke luar negeri terutama produk – produk yang bersumber dari Sumber Daya Alam, dan terbukti pada akhir tahun 2009 total transaksi berjalan Indonesia naik secara signifikan menjadi USD 10.743 juta.

Perkembangan transaksi berjalan Indonesia pada tahun 2010 selalu mengalami surplus namun terus mengalami penurunan tiap triwulannya, walaupun pada akhir triwulan Bank Indonesia mempublikasikan akumulasi transaksi berjalan Indonesia turun hingga setengah kali dari periode sebelumnya, namun tetap menunjukkan surplus pada tahun ini, hal ini dikarenakan pada tahun 2010, terjadinya kenaikan pada permintaan domestik yang tinggi mendorong peningkatan impor nonmigas sehingga impor nonmigas tumbuh tinggi mencapai 38,6%, lebih cepat daripada peningkatan ekspor.

Perkembangan transaksi berjalan Indonesia pada tahun 2011 ini mulai mengalami goncangan terkait dengan faktor eksternal seperti krsiis ekonomi di Eropa tetapi masih mengalami perkembangan yang wpositif yaitu sebesar USD 1686 juta, lalu terus mengalami penurunan yang tajam dibandingkan pada periode sebelumnya 2010 yang tercatat sebesar US$5144 juta dan untuk 2 tahun kedepannya terus turun hingga mengalami defisit terus menerus hingga pada akhir tahun 2013, bahkan diluar


(21)

melebar menjadi USD-28.450 juta, adapun penyebab dari defisitnya transaksi berjalan Indonesia sepanjang 2012 – 2013 adalah Menurut Gubernur Bank Indonesia pada saat itu, Darmin Nasution : defisit ini disebabkan oleh sejumlah 'penyakit'. diantaranya adalah persoalan bahan bakar minyak (BBM), pertumbuhan ekonomi, dan kondisi ekonomi dunia. Persoalan BBM, kata Darmin, pemerintah dihadapkan pada tingkat konsumsi yang berlebihan. Kenaikan harga BBM dinilai tidak efektif karena terlambat dijalankan. Hal ini mengakibatkan impor migas menjadi lebih besar.

Sebagai tambahan selain BI rate yang mempengaruhi transaksi berjalan Indonesia maka penulis juga menambahkan contoh variabel lain seperti Pertumbuhan ekonomi, Inflasi ( IHK ), dan Nilai tukar terhadap transaksi berjalan, walaupun adanya beberapa variabel lain seperti yang disebutkan di atas, di dalam penulisan karya ilmiah ini penulis lebih menekankan bagaimana dampak BI Rate terhadap Transaksi berjalan Indonesia

Dari segi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami cukup berfluktuasi dimana pada tahun 2008 sebesar 6,1 % secara tahunan, kondisi fundamental ekonomi Indonesia cukup baik ditengah ketidakpastian ekonomi global pada saat itu dan hal ini lah yang menjadi banyaknya investor masuk ke indonesia, berikutnya mulai dari 2009 – 2013 pada akhir tahun lalu 2013, seperti dalam pidato presiden mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2009-2013 mencapai rata-rata 5,9% per tahun yang merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi Angka ini juga menunjukkan bahwa di antara Negara anggota G-20 pada tahun 2012 dan 2013, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi


(22)

tertinggi kedua setelah Cina “Inilah pertumbuhan ekonomi tertinggi, setelah kita mengalami krisis ekonomi lima belas tahun lalu,” kata Yudhoyono. Seperti di kutip dari ( BBC.co.uk)

Selanjutnya dari segi Nilai tukar, nilai tukar mata uang Indonesia terhadap Dollar mengalami naik turun tiap tahunnya , seperti pada tahun 2006 itu sebesar Rp.9.075 dan Rp. 9.419 hingga akhir 2007 dan pada tahun 2008 nilai tukar Indonesia terhadap dollar sebesar 1 USD = Rp. 9.678 dan meningkat tahun berikutnya 2009 menjadi 10.395/ US Dollar dan tahun berikutnya nilai tukar Indonesia kembali menguat selam 2 tahun berturut-turut pada tahun 2010 dan 2011 menjadi 9.084/US Dollar dan 8.700/US Dollar. Seperti dikutip dari ( Jaringnews.com ) terjadi perberbedaan pada 2 tahun setelahnya 2012-2013, rupiah dihantam dollar dengan kenaikan yang cukup signiikan yaitu 9.380/US Dollar dan Nilai tukar Rupiah sepanjang tahun 2013 anjlok sebesar 20,8 persen secara point to point ke level Rp.12.170 per dolar AS. Sedangkan bila dihitung secara rata-rata, merosot 10,4 persen (yoy) ke tingkat Rp10.445 per dolar AS.

Berdasarkan uraian-uraian dan fenomena-fenomena diatas pada dasarnya penulis pada awalnya hanya tertarik pada Transaksi berjalan dan suku bungan Bank Indonesia, namun kita mengetahui bahwa bukan hanya Suku Bungan Bank Indonesia yang mempengaruhinya namun ada faktor lain. Oleh sebab itu Penulis menambahkan variabel-variabel lainnya seperti Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Tukar, sehingga berdasarkan keterangan – keterangan di atas, maka Penulis tertarik untuk


(23)

membuat skripsi dengan judul “ Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Transkasi Berjalan Indonesia Periode 2006 – 2013 “.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, maka dapat diperoleh suatu rumusan permasalahn sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh BI rate terhadap Transaksi Berjalan Indonesia

2. Berapa besarkah beberapa variabel seperti Nilai Tukar dan Pertumbuhan Ekonomi) dalam mempengaruhi transakasi berjalan Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh BI rate Indonesia terhadap Transaksi Berjalan Indonesia

2. Untuk mengertahui seberapa besar kontribusi beberapa variabel seperti Nilai Tukar dan Pertumbuhan Ekonomi) dalam mempengaruhi Transakasi Berjalan Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat memberikan tambahan wawasan kepada Penulis khususnya pada disiplin ilmu yang sedang ditekuni

2. Sebagai tambahan wawasan dan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terkhusus kepada Mahasiswa/I Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(24)

3. Sebagai pelengkap, penambah refrensi bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik untuk menganalisis pada penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate).

Suku Bunga Bank Indonesia atau yang biasa disebut BI Rate adalah suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia. “ BI Rate adalah tingkat suku bunga instrumen yang berupa seperti sinyal oleh Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) bulanan bahkan mingguan bila hal itu dimungkinkan untuk menjalani rapat minggguan. Dari pengertian tersebut terlihat jelas bahwa BI Rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan diadakannya rapat ini maka dapat diambil langkah konkret nyata/respon kebijakan moneter yang dinyatakan dalam penurunan/ kenaikan ( fluktuasi ) bahkan konstan dari bulan sebelumnya.

2.2 Mekanisme Penetapan BI Rate.

Penetapan respons kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG Bulan dengan pembahasan bulanan. Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter


(25)

(lag of monetary policy) dalam memengaruhi inflasi. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan

Pada dasarnya perubahan BI Rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia terhadap prakiraan Inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran inflasi yang ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian Bank Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan dilakukan, antara lain dalam Laporan Kebijakan Moneter yang disampaikan secara triwulanan dan press release bulanan.

Proses Penetapan respon kebijakan moneter dalam hal ini BI rate: 1. Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dalam RDG Bulanan. 2. Respon kebijakan moneter diharapkan untuk periode satu triwulan kedepan. 3. Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dengan memperhatikan efek

tunda kebijakan moneter dalam mempengaruhi inflasi.

Selain itu yang menjadi pertimbangan dalam penetapan respon kebijakan tersebu adalah:

1. BI rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar dapat tetap berada pada sasaran yang telah dirtetapkan. Perubahan BI Rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi terhadap targetnya dipandang telah bersifat permanen dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya. 2. BI rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara diskresi dengan


(26)

a. Rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.

b. Berbagai informasi lainnya seperti leading indocators, expert opinion, asesmen faktor resiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan seperti adanya Tim Pengendali Inflasi( TPI ), Tim Pengendali Inflasi Daerah ( TPID ).

2.3 Perubahan BI Rate

Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Ini dapat naik ataupun turun bahkan tetap sesuai dengan kebijakan yang dilakukan.

2.4 Strategi Komunikasi BI Rate.

Sebagai bentuk transparasnsi Bank Indonesia kepada masyarakat, maka bank Indonesia akan mengumumkan ke publik setiap kebijakn yang diambilnya yang mana dapat kita lihat di websitenya “ Publikasi “ melalui press release dan konferensi pers yang secara reguler mengumumkan keputusan RDG, penguatan strategi komunikasi tersebut dilakukan melalui penerbitan Laporan Kebijakan moneter secara triwulanan. Di dalamnya akan memuat assesmen menyeluruh Bank Indonesia mengenai perkembangan terkini makroekonomi, inflasi, kondisi moneter, prakiraan inflasi kedepan, dan respon kebijakan moneter yang diperlukan untuk membawa inflasi ke arah sasaran inflasi yang telah ditetapkan.


(27)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah melalui:

1. Press Realease.

2. Laporan Kebijakan moneter secara triwulanan. 3. Publikasi dan penjelasan Dewan Gubernur. 4. Media elektronik.

5. Situs resmi Bank Indonesia.

Selain strategi komunikasi terhadap masyarakat, juga diperlukan bauran kebijakan pemerintah dan BI agar kebijakan lebih efektif.

2.5 Pengertian Transaksi Berjalan

Current Account meliputi transakasi yang berkaitan dengan ekspor impor terhadap barang dan jasa. Melalui pos transaksi ini akan terlihat jelas apakah neraca perdagangan suatu negara surplus atau bahkan deficit. Meskipun dalam teori seyogyanya neraca perdagaangan seimbang karena ketentuan suatu negara untuk membiayai impor ditentukan oleh nilai ekspor, namun dalam kenyataanya tidaklah demikian. Ketidakstabilan ekspor atau sebaliknya impor merupakan salah satu penyebab mengapa demikian. Banyak faktor yang menentukan mengapa terjadi instability export, antara lain apakah disebabkan oleh harga barang atau factor lainnya.

Selanjutnya dari current account ini yang merupakan Neraca Pembayaran Indonesia ( NPI ) juga merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi sentiment


(28)

para pelaku pasar, disamping itu sejumlah besaran yang ada didalamnya seperti transaksi ekspor dan impor barang dan jasa memiliki peranan yang penting

2.6 Komponen Transaksi Berjalan

Transaksi berjalan (current account) telah mengalami beberapa kali penyempurnaan untuk memberikan hasil yang lebih baik kepada masyarakat luas. Berikut komponen tampilan transaksi berjalan indonesia:

Tabel 2.1

Contoh Komponen Standar Transaksi Berjalan

A.

Barang dan jasa

Barang

Barang dagangan umum Barang untuk diproses Barang yang diperbaiki

Barang yang diperoleh di pelabuhan oleh sarana pengangkut Emas nonmoneter

B.

Jasa

Transportasi Travel Lainnya Jasa komunikasi Jasa konstruksi Jasa asuransi Jasa financial

Jasa komputer dan informasi Royalti dan imbalan lisensi Jasa bisnis lainnya

Jasa personal, kultural, dan rekreasi Jasa pemerintah

C.

Pendapatan

Kompensasi tenaga kerja Pendapatan investasi Investasi langsung Investasi portofolio Investasi lainnya


(29)

Pemerintah

Remitansi tenaga kerja Transfer lainnya

Berjalan dengan beriringnya waktu, maka tampilan dari transaksi berjalan indonesia pun mengalami perubahan dan disempurnakan seperti yang ditampilkan di bawah ini:

Tabel 2.2

Contoh Neraca Pembayaran Indonesia: Transaksi Berjalan

TW I TW II TW III TW IV Total Transaksi Berjalan

A. Barang (Neraca Perdagangan)

Ekspor Nonmigas Migas Impor Nonmigas Migas

B. Jasa-jasa

Transportasi

Penumpang dan lainnya Perjalanan

Penerimaan Pengeluaran Jasa-jasa Lainnya

C. Pendapatan

Kompensasi Tenaga Kerja Pendapatan Investasi Investasi Langsung Investasi Portofolio Investasi Lainnya

D. Transfer Berjalan

Pemerintah


(30)

Transfer dari Tenaga Kerja Transfer Lainnya

Dari tabel 2.2 di atas menampilkan transaksi berjalan secara lebih rinci. Untuk keperluan analitis, ekspor impor barang dipisahkan antara ekspor impor migas dan nonmigas, serta informasi pembayaran bunga utang pemerintah. Dua komponen jasa terbesar (transportasi dan perjalanan). Jasa perjalanan ditampilkan secara gross untuk melihat peranan industry pariwisata domestik dalam menjaring devisa. Komponen jasa lainnya beserta pendapatan dan transfer berjalan tersaji secara neto.

2.6.1 Barang (Goods)

Pengertian barang disini mengacu kepada komoditas yang diperjualbelikan antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk. System of National Account (SNA) 1993 mendefinisikan barang sebagai ‘objek fisik di mana terdapat permintaan (demand) terhadap objek tersebut, dapat timbul hak kepemilikan atas barang tersebut, dan kepemilikannya dapat ditransfer dari satu unit institusional ke unit lainnya melalui transaksi di pasar’. Secara konseptual, transaksi barang dicatat dalam neraca pembayaran pada saat terjadi perpindahan kepemilikan antara penduduk dengan bukan penduduk. Komponen standar barang terdiri dari barang:

1. Dagangan umum (generalmerchandise) 2. Barang untuk diproses (goods for processing) 3. Barang yang diperbaiki (repairs on goods)


(31)

5. Emas nonmoneter (non-monetary gold).

2.6.2 Jasa (Services)

Komponen jasa dalam transaksi berjalan mencakup transaksi penyediaan jasa oleh penduduk Indonesia kepada bukan penduduk (inflow) dan oleh bukan penduduk kepada penduduk Indonesia (outflow). Sesuai dengan BPM5, jasa terbagi atas 11 komponen, yaitu: transportasi (transportation), perjalanan (travel), jasa komunikasi (communication services), jasa konstruksi (construction services), jasa asuransi (insurance services), jasa finansial (financial sevices), jasa komputer dan informasi (computer and information services), royalti dan imbalan lisensi (royalty and license fees), jasa bisnis lainnya (other business services), jasa personal, kultural, dan rekreasi (personal, cultural and recreational services), dan jasa pemerintah (government services n.i.e.).

2.6.2.1 Jasa Transportasi

Jasa transportasi dikelompokkan berdasarkan tipenya seperti: 1. Jasa penumpang (passenger service),

2. Jasa angkutan barang (freight service) 3. Jasa lainnya (otherservices)

Dalam prakteknya, perhitungan jasa penumpang dilakukan sebagai berikut: Jasa penumpang inflow diperoleh dari orang bukan penduduk indonesia ke indonesia dan Jasa penumpang outflow diperoleh dari jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri dengan menggunakan maskapai asing dikalikan dengan rata-rata tariff tiket internasional ke beberapa negara tujuan utama.


(32)

Selanjutnya, jasa angkutan barang (freight service) mengacu pada pengangkutan atau transportasi barang dan hampir selalu terkait dengan kegiatan ekspor dan impor barang. Jasa angkutan barang mencakup pula biaya bongkar/muat barang dari/ke kapal pengangkut di pelabuhan.

2.6.2.2 Travel

Jasa perjalanan (travel) mencakup seluruh barang dan jasa yang diperoleh wisatawan/turis (traveler) untuk konsumsi pribadi di negara yang dikunjunginya. Barang dan jasa yang umumnya masuk pada kelompok travel adalah penginapan, makanan dan minuman, hiburan, transportasi di dalam negara yang dikunjungi, hadiah dan cendera mata. Barang dan jasa tersebut dapat dibeli oleh wisatawan, diperoleh wisatawan secara cuma-cuma, atau berupa hadiah dari teman atau keluarga.

2.6.2.3 Jasa Komunikasi

Jasa komunikasi (communication services) meliputi jasa telekomunikasi, seperti transmisi suara, gambar, atau informasi lain melalui berbagai moda, seperti telepon, teleks, atau satelit; dan jasa pos dan kurir, seperti pengiriman surat dan paket.

2.6.2.4 Jasa Konstruksi

Jasa konstruksi (construction services) meliputi pekerjaan yang dilakukan pada proyek konstruksi dan instalasi oleh pekerja suatu perusahaan di lokasi yang berada di luar teritori ekonomi perusahaan tersebut. Pekerjaan tersebut umumnya dilakukan dalam periode waktu yang singkat (kurang dari 1 tahun).


(33)

Jasa asuransi (insurance services) meliputi penyediaan berbagai jenis asuransi oleh perusahaan asuransi domestik kepada bukan penduduk atau sebaliknya. Jasa tersebut terdiri dari asuransi pengangkutan barang (freight insurance), berbagai jenis asuransi langsung (direct insurance) lainnya, seperti asuransi jiwa dan asuransi kebakaran, dan reasuransi (reinsurance).

2.6.2.6 Jasa Komputer Dan Informasi

Jasa komputer dan informasi (computer and information services) meliputi transaksi jasa terkait data komputer dan berita. Termasuk dalam jasa ini, yaitu database (seperti pengembangan, penyimpanan, dan on-line time series), pemrosesan data, konsultansi hardware, implementasi software, pemeliharaan/perbaikan komputer, jasakeagenan berita (penyediaan berita, fotografi, dan artikel ke media), serta jasa berlangganan langsung surat kabar dan terbitan berkala.

2.6.2.7 Royalti Dan Imbalan Lisensi

Royalti dan imbalan lisensi (royalties and license fees) mencakup pembayaran atau penerimaan atas penggunaan aset-aset nonfinansial tak berwujud dan hak kekayaan intelektual (proprietary rights) (seperti paten, hak cipta, merek dagang, proses industri, waralaba dan sejenisnya) dan penggunaan berlisensi produk asli atau prototipe.

2.6.2.8 Jasa Personal, Kultural, Dan Rekreasi

Jasa personal, kultural, dan rekreasi (personal, cultural, and recreational services) meliputi: (i) jasa audiovisual, yaitu jasa dan imbalan yang terkait dengan


(34)

produksi film, program radio dan televisi, dan rekaman musik dan (ii) jasa kebudayaan dan rekreasi lainnya, seperti jasa terkait museum atau perpustakaan.

2.6.2.9 Jasa Pemerintah

Jasa pemerintah (government services, n.i.e) meliputi semua jasa terkait dengan sektor pemerintah (misalnya pengeluaran Kedutaan Besar dan Konsulat) atau organisasi internasional dan regional yang tidak dapat diklasifikasikan dalam komponen jasa yang ada.

2.6.11 Jasa Bisnis Lainnya

Other business services meliputi jasa bisnis lainnya selain disebutkan di atas yang terdiri dari: Merchanting & other trade-related services:

Merchanting & other trade-related services adlah mencakup komisi atas transaksi barang dan jasa yang diterima merchant, broker komoditas, dealer, dan agen komisi.. Merchanting merupakan kegiatan pembelian barang oleh penduduk suatu negara dari bukan penduduk yang diikuti dengan penjualan kembali (resale) barang tersebut kepada bukan penduduk lainnya, tanpa diikuti proses masuk atau keluarnya barang ke wilayah ekonomi penduduk tersebut

Other trade-related services misalnya seperti (Miscellaneous business, professional and technical service mencakup jasa di bidang hukum, akuntansi, konsultasi manajemen, dan kehumasan; periklanan dan riset pasar; penelitian dan pengembangan; arsitektur, rancang bangun dan sejenisnya; pertanian, pertambangan, dan pemrosesan lapangan (on-site); dan jasa lainnya.


(35)

Pendapatan (income) merupakan perolehan/hasil yang timbul dari penyediaan faktor produksi tenaga kerja dan modal finansial. Inflow pendapatan mengacu pada hasil yang diperoleh dari penyediaan tenaga kerja Indonesia atau modal finansial Indonesia kepada bukan penduduk; sementara outflow pendapatan merupakan biaya yang harus dibayar Indonesia karena memanfaatkan tenaga kerja atau modal finansial asing. Pendapatan yang diperoleh tenaga kerja dari majikannya dinamakan kompensasi tenaga kerja (compensation of employees), sedangkan pendapatan yang diperoleh dari modal finansial disebut pendapatan investasi (investment income). Pendapatan investasi terdiri dari tiga komponen, yaitu

1. Penerimaan/pembayaran atas hasil dari investasi langsung (direct investment income),

2. Investasi portofolio (portfolio investment income) 3. Investasi lainnya (other investment income)

2.7.1 Kompensasi Tenaga Kerja (Compensation of Employees)

Kompensasi tenaga kerja mencakup upah, gaji, dan manfaat lainnya (berbentuk tunai atau natura) yang diperoleh pekerja individual penduduk suatu negara karena bekerja untuk dan dibayar oleh penduduk negara lain tempatnya bekerja. Komponen lain yang termasuk dalam kompensasi pekerja adalah iuran yang dibayarkan oleh pemberi kerja atas nama pekerja untuk jaminan sosial atau asuransi pribadi atau dana pensiun untuk kesejahteraan pekerja. Pekerja dalam konteks compensation of employees adalah pekerja musiman, pekerja dengan jangka waktu pendek (kurang dari 1 tahun), dan pekerja di perbatasan. Dalam kompensasi tenaga


(36)

kerja ini juga termasuk upah, gaji, dan manfaat lainnya yang diterima staf lokal dari kedutaan asing atau lembaga internasional tempatnya bekerja. Hal ini terkait dengan status residensi kedutaan asing atau lembaga Internasional yang dianggap bukan penduduk suatu negara di mana kedutaan/lembaga internasional tersebut berlokasi. Dengan demikian, pemberian kompensasi kepada staf lokal merupakan transaksi antara penduduk dan bukan penduduk.

Ketika seseorang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu 12 bulan atau lebih, orang tersebut sudah dianggap sebagai bukan penduduk di negara asalnya dan merupakan penduduk di negara tempatnya bekerja. Dengan demikian, balas jasa yang diterima pekerja tersebut dari majikannya merupakan transaksi antara penduduk dengan penduduk dan tidak dicatat dalam neraca pembayaran. Jika pada suatu saat pekerja tersebut mengirimkan dana kepada keluarga di tanah airnya, transfer dana tersebut akan dicatat dalam neraca pembayaran pada komponen transfer berjalan(current transfer) sebagai transfer dari tenaga kerja (workers’ remittances). Kompensasi tenaga kerja harus dicatat secara gross sebelum dipotong pajak penghasilan. Pajak penghasilan yang diterima pemerintah dari tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja dalam jangka waktu kurang dari 12 bulan akan dicatat sebagai inflow transfer kepada pemerintah; sementara pajak penghasilan yang harus dibayar oleh tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang bekerja dalam jangka waktu kurang dari 12 bulan akan dicatat sebagai ouflow transfer sektor lainnya.


(37)

Inflow pendapatan investasi mengacu pada pendapatan yang diperoleh penduduk Indonesia karena menyediakan modal finansial kepada bukan penduduk (yang dibuktikan dengan kepemilikan aset finansial luar negeri). Di sisi outflow, pendapatan investasi merupakan pendapatan yang diperoleh bukan penduduk karena menyediakan modal finansial kepada penduduk Indonesia (yang dibuktikan dengan kepemilikan mereka atas aset finansial Indonesia).

Pendapatan investasi terutama diklasifikasikan menjadi pendapatan investasi langsung, pendapatan investasi portofolio, dan pendapatan investasi lainnya. Pengklasifikasian pendapatan investasi langsung sejalan dengan klasifikasi arah investasi (investasi langsung ke luar negeri dan investasi langsung di Indonesia); sementara pengklasifikasian pendapatan investasi portofolio dan investasi lainnya mencerminkan klasifikasi aset dan kewajiban yang digunakan dalam transaksi finansial (financial account) dan posisi investasi internasional. Standar yang berlaku secara internasional mengharuskan pencatatan investasi langsung dilakukan secara neto, dalam hal ini inflow merupakan pendapatan yang diperoleh investor langsung (direct investor) dari perusahaan investasi langsung di luar negeri (direct investment enterprise abroad) setelah dikurangi dengan pendapatan yang diperoleh perusahaan investasi langsung tersebut dari investor langsungnya; atau sebaliknya untuk outflow. Pendapatan investasi langsung inflow mencakup pendapatan yang diperoleh investor langsung Indonesia dari perusahaan investasi langsung di luar negeri ditambah dengan pendapatan yang diperoleh perusahaan investasi langsung di Indonesia


(38)

(misalnya perusahaan PMA – Penanaman Modal Asing) dari investor langsungnya di luar negeri.

Sementara itu, pendapatan investasi langsung outflow merupakan pendapatan yang diperoleh investor langsung di luar negeri dari perusahaan investasi langsungnya di Indonesia (misalnya perusahaan PMA – Penanaman Modal Asing) ditambah dengan pendapatan yang diperoleh perusahaan investasi langsung di luar negeri dari investor langsungnya di Indonesia. Pendapatan investasi langsung dapat dirinci menjadi pendapatan atas ekuitas (income on equity) dan pendapatan atas utang (income on debt). Pendapatan atas ekuitas dapat dirinci lebih lanjut menjadi dividen dan profit kantor cabang yang didistribusikan (dividends and distributed branch profits) serta laba yang ditanam kembali dan profit kantor cabang yang tidak didistribusikan (reinvested earnings andundistributed branch profits).

Pendapatan atas utang antara lain berupa bunga atas utang yang diterima perusahaan dari investor langsungnya di luar negeri. Pendapatan investasi portofolio terdiri dari pendapatan atas instrumen saham (ekuitas), yaitu berupa dividen dan pendapatan atas utang, dalam hal ini berupa bunga/kupon surat utang yang dimiliki. Pendapatan investasi lainnya umumnya berupa bunga yang diperoleh/dibayar atas simpanan, pinjaman, dan utang dagang (trade credit).

2.8 Transfer Berjalan (Current Transfers)

Transfer dibedakan antara transfer berjalan yang menjadi bagian dari transaksi berjalan dan transfer modal yang menjadi bagian dari transaksi modal


(39)

dalam transfer modal. Transfer berjalan secara langsung mempengaruhi tingkat pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposible income) serta mempengaruhi konsumsi barang dan jasa. Pendapatan dan tingkat konsumsi pemberi transfer akan berkurang, sebaliknya pendapatan dan konsumsi penerima transfer akan meningkat.

Sementara itu, transfer modal meliputi:

1. Transfer kepemilikan aktiva tetap (fixed assets), termasuk pemberian uang yang dikaitkan dengan kewajiban membeli barang yang ditentukan oleh institusi pemberi bantuan, seperti investment grant;

2. Pembebasan atas kewajiban membayar pinjaman (debt forgiveness) yang diberikan kreditur kepada debitur berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. Jika terjadi keraguan dalam mengklasifikasikan suatu transfer, transfer tersebut dianggap sebagai transfer berjalan.

2.8.1 Klasifikasi

Transfer berjalan terutama diklasifikasikan menurut sektor institusional yang menerima (dalam hal inflow) atau memberi transfer (outflow), yaitu sektor pemerintah (general government) dan sektor lainnya (other sectors). Transfer sektor lainnya dipecah menjadi remitansi tenaga kerja (workers’ remittances) dan transfer lainnya. Transfer berjalan pemerintah mencatat antara lain bantuan yang diterima Pemerintah Indonesia dalam bentuk bukan barang modal untuk penanggulangan bencana alam, bantuan perlengkapan persenjataan, penerimaan pajak, denda, serta bantuan tunai untuk keperluan belanja pemerintah.


(40)

Transfer berjalan sektor lainnya terdiri dari:

1. Remitansi tenaga kerja (workers’ remittances), yaitu transfer dari tenaga kerja migrant kepada keluarga di negara asal (misalnya transfer dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri).

2. Transfer lainnya (other transfers) mencakup premi neto (premi bruto dikurangi service charges) dan klaim asuransi non-life3, sumbangan untuk organisasi sosial atau keagamaan, pembayaran iuran keanggotaan, atau bantuan bencana alam, dan pembayaran pajak pendapatan.

2.9 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Banyak ahli ekonomi yang merumuskan teori tentang pertumbuhan ekonomi, misalnya saja seperti:

1. Teori Pertumbuhan Ahli Ekonomi Klasik, seperti Adam Smith, Ricardo dan Malthus, John Stuart Mill, Schumpeter,

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik seperti Keynes Robert Solow, Harrord Domar


(41)

Dan dari analisis yang mereka lakukan, dapat disimpulkan bahwa pada intinya mereka menelaah salah satu atau kedua persoalan berikut: ( i ) factor – factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi; dan ( ii ) corak proses ekonomi.

dari analisis faktor – faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dapat disimpulkan bahwa tingkat dan laju pertumbuhan suatu perekonomian ditentukan oleh empat factor: ( i ) luas tanah ( termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya; ( ii ) jumlah dan perkembangan penduduk; ( iii ) jumlah stok modal dan perkembangannya dari tahun ke tahun; dan ( iv ) tingkat teknologi dan perbaikannya dari tahun ke tahun.

Sedangkan dari corak proses pertumbuhan, kaum klasik berpandangan pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi dalamjangka panjang karena merea berpikir, kelebihan penduduk akan menyebabkan masyarakat mengalami kemunduran kembalai dalam pembangunannya.

2.10 Nilai Tukar

Nilai tikar mata uang merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda atau yang dikenal dengan sebutan kurs. Nilai tukar didasari dua konsep. Pertama, konsep nominal, merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang menyatakan jumlah mata uang suatu negara diperlukan guna memperoleh sejumlah mata uang suatu negara yang dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran internasional.

Nilai tukar spot adalah tingkat nilai tukar di mana penyerahan barang dilakukan bersamaan dengan saat transaksi disetujui. Nilai tukar forward adalah


(42)

tingkat nilai tukar yang dipakai di mana penyerahan barang dilakukan kemudian setelah transaksi tetapi harga yang dipakai adalah saat terjadi transaksi. Nilai tukar spot juga dibedakan antara tingkat nilai tukar atau kurs jual dan kurs beli “ spread. “. Besar kecilnya “ spreas “ ditentukan oleh efisiensi dan aktivitas dan lembaga perantara di pasaer valuta asing

2.11 Kerangka Konseptual

2.12 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan Berdasarkan uraian teori di

Suku Bunga Bank  Indonesia ( BI Rate ) 

Transaksi Berjalan Pertumbuhan 

 Ekonomi 

 


(43)

1. Ada pengaruh yang negatif antara tingkat Suku Bunga Bank Indonesia ( BI rate ) terhadap Transaksi Berjalan Indonesia.

2. Ada pengaruh yang positif ( Pertumbuhan Ekonomi ) dan Negatif ( Nilai Tukar dan Inflasi ) dalam mempengaruhi transaksi berjalan Indonesia.

2.13 Penelitian Terdahulu

Sari, ( 2012 ) di dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Dinamis Keterkaitan Variabel Yang Mempengaruhi Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 2012 “ menyimpulkan bahwa variabel – variabel seperti Nilai Tukar, Suku Bunga Libor dan Pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi signifikan terhadap transaksi berjalan bahkan berdasarkan metode VAR transaksi berjalan itu segnifikan terhadap transaksi berjalan itu sendiri, sedangkan TB itu hanya mempengaruhi sedikit terhadap variabel lain.

Ardiansyah, ( 2006 ) di dalam penelitiannya yang berjudul “ analisis pengaruh neraca pembayaran terhadap nilai tukar rupiah “ menyimpulkan persamaan jangka pendek menunjukkan bahwa ternyata variabel yang signifikan mempengaruhi nilai tukar Rupiah hanya capital account satu triwulan yang lalu, current account satu triwulan yang lalu, tingkat suku bunga dua triwulan yang lalu, Hasil estimasi persamaan jangka panjang untuk nilai tukar Rupiah menunjukkan bahwa ternyata variabel yang dapat mempengaruhi nilai tukar Rupiah adalah capital account, produk domestik bruto, currentaccount.


(44)

 


(45)

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup seluruh Indonesia dimana mengamati pergerakan Suku Bunga Bank Indonesia ( BI Rate ). Objek dari penelitian ini adalah mengenai Transaksi Berjalan Indonesia yang dipengaruhi oleh pergerakan fluktuasi Suku Bunga Bank Indonesia ( BI Rate ) dan tambahan variabel lainnya seperti Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Tukar dengan analisa kurun waktu selama 8 tahun dari Triwulan I,2006 - Triwulan IV,2013.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series triwulan yang bersifat kuantitatif yang berbentuk angka – angka. Adapun sumber datanya diperoleh melalui laporan Neraca Pembayaran Indonesia dalam kurun waktu 8 tahun ( 2006 – 2013 ), serta bahan – bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website dan jurnal – jurnal.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari instansi – instansi terkait ( Bank Indonesia ) dan diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan pencatatan data dan pengggandaan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah disebutkan di atas


(46)

Data diolah dengan menggunakan program E-views 6 dalam penulisan skripsi ini

3.5 Model Analisis Data

Dalam menganalsis besarnya pengaruh variabel – variabel bebas terhadap terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel – variabel yang ada dengan metode Metode Ordinary Least Square ( OLS ). variabel – variabel tersebut dibuat dahulu dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

Y = f ( X1,X2,X3 )………. ( 1 )

Kemudian fungus tersebut ditransformasikan ke dalam multiple regression sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + μ ……( 2 ) Keterangan:

Y = Transaksi Berjalan Indonesia ( Juta USD )

X1 = Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia ( BI rate ) ( Persen ) X2 = Nilai Tukar

X3 = Pertumbuhan Ekonomi ( Persen ) Α = Intercept/Konstanta

β 1 β 2 β 3 β 4 = Koefisien Regresi μ = Error Term


(47)

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.6.1 Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memilki distribusi normal. Alat analisis yang digunakan dalam uji ini adalah uji Jarque-Bera Test ( J-B test). Kriteria pengambilan keputusan dalam uji ini adalah:

a. Apabila nilai JB hitung < χ2 tabel, maka data berdistribusi normal diterima. b. bila nilai JB hitung > χ 2 tabel maka data berdistribusi normal tidak diterima

(ditolak)

c. selanjutnya dapat dilihat dengan menggunakan probability, apabila probability ≥ alpha 5 % maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila probability ≤ 5 % maka data tidak berdistribusi normal

3.6.2 Multikolinearias

Multikoloniearitas adalah alat yang digunakan untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variable independent diantara satu sama yang lainnya. Multikolinearitas dikenalkan oleh Ragnar Frisch ( 1934 ). Sebuah model regresi dikatakan terkena multikolinearitas apabila terjadi hubungan linear yang sempurna diantara beberapa variabel atau semua variabel bebas dari suatu model regresi. Dengan demikian, multikolinearitas terjadi pada regressi berganda yang melibatkan lebih dari satu variabel independen. Adapun untuk mendeteksi estimasi regresi yang memiliki multikolinearitas adalah sebagai berikut:


(48)

1. Nilai R2 yang tinggi, namun standar error dan tingkat signifikansi masing – masing variabel rendah.

2. Nilai koefisien variabel yang tidak sesuai dengan hipotesis misalnya variabel yang seharusnya memiliki pengaruh ( koefisien ) positif, namun hasil estimasi menunjukkan hasil negatif.

3.6.3 Heterokodestisitas

Uji heteroskedasitas adalah suatu pentimpangan asumsi OLS dalam bentuk varians gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS yang tidadk bernilai konstan. Heterokodesitas bertujuan untuk menguji apakah dalarn model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas maka dapat dilakukan dengan melakukan salah satu dari beberapa uji yang salah satunya adalah dilakukan dengan menggunakan uji White. Dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas melalui uji White dilakukan sebagai berikut:

1. Apabila nilai chi kuadrat statistic ( X2 ) yang lebiih besar dari nilai chi-square kritis ( tabel ) dengan derajat kepercayaan tertentu ( α ) maka terdapat heterodeskitas

2. Apabila nilai chi-square statistic ( X2 ) lebih kecil dari chi-square (tabel) denga derajat kepuasan kepercayaan tertentu (α) maka tidak mengandung masalah heterokodeskitas


(49)

3.6.4 Autokorelasi

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi, seperti uji d Durbin Watsonn ( Uji – DW ) dan Uji Langrange Multiplier ( LM test)

1. Uji DW ( Durbin Watson )

Untuk mengetahui apakah suatu mode teerdapat korelasi atau tidak dapat dilihat dari nilai Durbin Watson Stat. Langkah – langkah yang perlu dilakukan untuk menguji Uji DW tersebut antara lain:

1. Lakukan estimasi regresi dengan menggunakan model empiris yang diamati. Selanjutnya hitung nilai residualnya ( μ1 )

2. Hitung nilai DW statistic dengan menggunakan rumus:

1

Dimana nilai DW statistic terletak antara 0 – 4

Dengan pengembangan formulasi persamaan sebelumnya, maka dapat ditentukan:

2

t

+

2 t -1

- 2

1

μ

t

Karena t dan t hanya berada satu observasi, maka kedua-duanya kira-kira akan


(50)

d = 2 1

1

μ

2

Setelah dihitung nilai DW nya, maka kemudian bandingkan dengan total nilai DW table, dengan persamaan sebagai berikut:

- Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif, maka bila nilai DW hiting terletak antara terletak antara 0 < d < d1

- Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi negative apabila nilai DW statistic terletak antara 4-d < d < 4

- Terima Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi negative ataupun autokorelasi positif, bila nilai DW statistic terletak antara du < d < 4-du

- Ragu – ragu ( inconclusive ) tidak ada autokorelasi positif bila d1 ≤ d ≤ du

- Ragu – ragu ( inconclusive ) tidak ada autokorelasi negative bila du ≤ d ≤ 4d1 2. Uji Lagrange Multiplier ( LM Test )

Uji DW secara umum sangat mudah untuk dilakukan, namun banyak peneliti yang lupa asumsi yang ada pada uji DW tersebut. Asumsi dari penggunaan uji DW dalam menguji autokorelasi adalah:

1. Variabel penjelas atau penjelas independen adalah nonstokastik 2. Variabel error berdistribusi normal


(51)

Untuk mengatasi hal terebut, Durbin telah membuat sebuah test yang disebut htest untuk menguji serial korelasi ( model lag ) namun test tesebut tidaklah cocok, sehingga munsul test Breusch-Godfrey test atau juga dikenal dengan LM test Uji Lagrange Multiplier test, dimana cara mendeteksi nya adalah sebagai berikut:

1. Dengan melihat Obs*R-square ( X2 hitung) > X2 tabel 2. Nilai Probability lebih rendah dari 0,05

3.7 Uji Kesesuaian ( Test for Goodness of Fit )

3.7.1 Koefisien Determinasi ( R – Square )

Koefisien determinasi ( R – square ) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independent secara bersamaan dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 ( 0 < R2 < 1 ).

3.7.2 Uji t-Statistik ( Uji Parsial )

Uji t – statistic merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien ( variabel independent ) regresi signifikan atau tidak terhadapa variabel dependent dengan menganggap variabel independent lainnya adalah konstan. Dalam hal ini, digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = 0 ………….. tidak signifikan Ha : bi ≠ b……… signifikan


(52)

Bila t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independent yang diuji berpengaruh nyata (signifikan ) terhadap variabel dependent

Nilai t – hitng dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:

bi : Koefisien variabel independent ke – i b : Nilai Hipotesis nol

Sbi : Simpangan baku dari variabel independent ke – i

Ha diterima Ha diterima

H0 diterima

Gambar : 3.1 Kurva Uji t - Statistik

3.7.3 Uji F-Statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara keseluruhan atau bersama – sama terhadap variabel dependent. Untuk


(53)

Ho : bi = 0 ………….. tidak signifikan Ha : bi ≠ b……… signifikan

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F- hitung dengan F – Tabel. Jika F – hitung ( F * ) > F-Tabel, maka Ho ditolak, yang artinya variabel independent secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependent

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

F hitung = R2 / ( k – 1 ) ( 1 – R2 ) / ( n – k ) Di mana:

R2 : koefisien Determinasi k : jumlah variabel independent n : jumlah sampel

Kriteria:

Ho : β 1 = β 2 = β 3 = 0

Ho diterima ( F* < FTabel , artinya variabel independent secara bersama –

sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independent. Ha: 1 ≠ 2 ≠ 3 ≠ 0

Ha diterma ( F* > F table ), artinya independent secara bersama – sama berpengaruh nyata terhadap variabel independent.


(54)

Ho diterima Ha diterima

Gambar 3.2

Kurva Uji F-Statistik

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Transaksi Berjalan Indonesia dengan pendekatan Metode Ordinary Least Square ( OLS ) disamping itu akan dilakukan pengujian – pengujian terhadap masalah yang biasanya muncul dalam regresi linear dan analisis runtun waktu ( time series ) menggunakan software komputer yang bernama eviews 6. 4.1 Analisis Data

4.1.1 Uji Asumsi Klasik

Analsis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan bantuan program eviews 6. Untuk mendapatkan esrimasi yang


(55)

asumsi klasik. yaitu: Uji Normalitas, Multikolonieritas, Uji Heterokodesitas, Uji Autokorelasi.

a. Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau apakah dalam suatu model regresi, variabel independent, dependent atau keduanya mempunyai distribusi normal. Adapun distribusi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji normal data ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat normal probability.

Tabel 4.1: Uji Normalitas

Variabel Independent Skewness Jarque bera-test Probabilitas Suku Bunga BI -0.221126 2.395404 0.301887

Nilai Tukar -0.443596 2.242109 0.325956 Pertumbuhan Ekonomi -0.581664 2.447681 0.294098 Sumber: data sekunder yang diolah

Dari Tabel 4.1 di atas, sebelum kita menganalisa mengenai kenormalan data maka akan terlebih dahulu dijelaskan mengenai persebaran data oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa pada (skewess) memberikan informasi mengenai kecondongan atau kemenjuluran (skewness) Pengertian dari skewnes atau ukuran kemiringan adalah lebih besar dari nol (>0) yang mana menunjukkan data memiliki distribusi miring ke


(56)

kanan yang pada artinya data lebih menumpuk pada nilai yang lebih rendah. Sedangkan, koefisien yang lebih kecil dari nol (< 0) menginformasikan data distribusi lebih miring ke kiri, artinya data cenderung menumpuk pada nilai yang lebih tinggi. Berbeda dengan kurtosis, kiutosis menunjukkan untuk mengukur tingkat kepadatan sebaran.

Berdasarkan pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua variabel seperti Suku Bunga Bank Indonesia, Nilai Tukar, Pertumbuhan Ekonomi, berada pada nilai negative dan lebih kecil dari nol. Maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data lebih miring ke kiri atau data cenderung menupuk pada nilai yang tinggi.

Sedangkan pada uji asumsi klasik yaitu kenormalan yang diuji melalui Jarque-Bera, terlihat bahwa seluruhnya berdistribusi normal dikarenakan semua variabel memilki nilai probabilitas lebih besar dari alpha 5 % atau error term nya sudah berdistribusi normal. Dapat dilihat bahwa Suku Bunga Bank Indonesia memiliki probabilitas 0.301887, Nilai Tukar memilki nilai probabilitas 0,325936, serta Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai probabilitas 0,294098 sehingga dapat disimpulkan seluruh data berdistribusi normal.

b. Masalah Multikoloniaritas

Multikolinearitas menunjukkan adanya gejala hubungan linear atau hubungan yang pasti diantara variabel regressor ( vaiabel penjelas ) di salam model regresi. Gejala ditunjukkan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasannya dalam menntukan adanya multilolinearitas dalam model yaitu:


(57)

2. Nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel., jika F stattistik > F tabel → terdapatnya multikoleniaritas dan sebaliknya jika F statistic < F tabel → tidak terdapatnya multikoleniaritas

Dilihat dari setiap koefisien masing – masing variabel sesuai hipotesis yang ditentukan, maka hasilnya sebagai berikut:

Y = αβ1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +μ ……… (1)

Tabel 4.2

Uji Multikolonieritas 1

R-squared 0.458778 Mean dependent var 0.157500

Adjusted R-squared 0.400790 S.D. dependent var 2.271051

S.E. of regression 1.757989 Akaike info criterion 4.082687

Sum squared resid 86.53475 Schwarz criterion 4.265904

Log likelihood -61.32300 Hannan-Quinn criter. 4.143418

F-statistic 7.911602 Durbin-Watson stat 1.003436

Prob(F-statistic) 0.000564

Sumber: data diolah

Dimana dari hasil di atas, maka hasil estimasi R-square ( R 2 ) nya adalah 0,458778, sedangkan untuk masing – masing variabel independent adalah seperti di bawah ini:

Tabel 4.3


(58)

Variabel Independent Nilai R2 ( R-square )

X1 dan X2 0,000831

X1 dan X3 0,124854

X2 dan X3 0,276269

Sumber: data diolah

a. Suku Bunga Bank Indonesia ( X1 ) dan Nilai Tukar ( X2 )

β1 X1 = αβ3 X3 ++ μ ………(2)

Maka didapat R2 = 0,000831, yang artinya variabel Nilai Tukar ( X2) mampu memberi penjelasan sebesar 0,000831 atau 0,08 % terhadap variabel Suku Bunga Bank Indonesia. dari hasil R2 ini dapat disimpulkan tidak terdapatnya multikolonieritas diantara variabel independent Suku Bunga Bank Indonesia dan Nilai Tukar, karena R2 pada persamaan (2) lebih kecil R2 persamaan (1).

b. Suku Bunga Bank Indonesia ( X1 ) dan Pertumbuhan Ekonomi ( X3 ) β1 X1 = αβ4 X4 ++ μ ………..(3)

Maka didapat R2 = 0,124854, yang artinya variabel Pertumbuhan Ekonomi ( X4) mampu memberi penjelasan sebesar 0,124854 atau 12 % terhadap variabel Suku Bunga Bank Indonesia. dari hasil R2 ini dapat disimpulkan tidak terdapatnya multikolonieritas diantara variabel independent Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Bank Indonesia, karena R2 pada persamaan (3) lebih kecil R2 persamaan (1).

c. Nilai Tukar ( X2 ) dan Pertumbuhan Ekonomi ( X3 )


(59)

Maka didapat R2 = 0,276269 yang artinya variabel Nilai Tukar ( X2) mampu memberi penjelasan sebesar 0,276269 % atau 27,6 % % terhadap Nilai Tukar , dari hasil R2 ini dapat disimpulkan tidak terdapatnya multikolonieritas diantara variabel independent Nilai Tukar dan Pertumbuhan Ekonomi, karena R2 pada persamaan (4) lebih kecil R2 persamaan (1).

c. Uji Heterokodestisitas

Asumsi penting regresi linear klasik adalah bahwa gangguan yang muncul dalam model regresi korelasi adalah homokedastis, yaitu semua gangguan mempunyai variasi yang sama. Dalam regresi mungkin ditemui gejala heterokodesitas. Pengujian ini dilakukan dengan metode Uji White

Untuk mendeteksi adanya Heterokodesitas adalah sebagai berikut: 1. Nilai Probabilitas ≤ 0,05 berarti terdapat heterokodesitas

2. Nilai Probabilitas ≥ 0,05 berarti tidak terdapatnya heterokodesitas

Adapun hasil regresi heterokodesitas dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

Tabel.4.4 Uji Heterokodesitas Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.888717 Prob. F(9,22) 0.5503

Obs*R-squared 8.532122 Prob. Chi-Square(9) 0.4815

Scaled explained SS 3.706364 Prob. Chi-Square(9) 0.9297


(60)

Nilai Obs*square atau X2 hitung dan juga nilai probabilitas-nya apabila nilai probabilitasnya lebih rendah dari 0,05 berarti terdapat heterokodesitas pada hasil estimasi. Sebaliknya, apabila nilai probability lebih tinggi dari 0,05, sesuai dengan keterangan diatas maka pada persamaan ini dietahui probability nya adalah 0,3511 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapatnya heterokodesitas.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi pada model regresi artinya ada regresi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan dengan melihat Darwin Watson ( DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

Kurang dari 1,10 ( ≤ 1,10 ) = Terdapat autokorelasi 1,10 sampai 1,54 = Tanpa kesimpulan

1,55 sampai 2,46 = Tidak terdapat autokorelasi

2,46 sampai 2,90 = Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,91 ( ≥ 2,91 ) = Ada autokorelasi

Tabel 4.5

Uji Lagrange Multiplier test ( LM Test )

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 7.684901 Prob. F(2,26) 0.0024

Obs*R-squared 11.88871 Prob. Chi-Square(2) 0.0026


(61)

Date: 06/03/14 Time: 22:39 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 0.167603 0.158487 1.057517 0.3000

X2 0.001032 0.000451 2.290233 0.0304

X3 0.662289 0.532828 1.242969 0.2250

C -15.01670 7.318352 -2.051924 0.0504

RESID(-1) 0.528295 0.191698 2.755867 0.0106

RESID(-2) 0.354966 0.203126 1.747516 0.0924

R-squared 0.371522 Mean dependent var 1.38E-15

Adjusted R-squared 0.250661 S.D. dependent var 1.670761

S.E. of regression 1.446284 Akaike info criterion 3.743233

Sum squared resid 54.38516 Schwarz criterion 4.018058

Log likelihood -53.89172 Hannan-Quinn criter. 3.834329

F-statistic 3.073960 Durbin-Watson stat 1.976942

Prob(F-statistic) 0.026036

Dari Tabel diatas, hasil data diatas dan sesuai dengan keterangan yang disebutkan diatas, diketahui dw statistic nya sebesar sebesar 1,976942 sesuai dengan persyaratan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya autokorelasi dalam regresi di atas.

4.1.2 Perumusan Model Regresi

Hasil dari pengujian klasik yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi dalam penelitian layak dilakukan dikarenakan bisa dikatakan diperolehnya data yang bebas dari masalah normalitas data, tidak terdapatnya autokorelasi dan tidak tedapatnya heterokodesitas, sedangkan dalam hal multikolonieritas hanya tedapat multikolonieritas antara Suku Bunga Bank Indonesia dan inflasi ( karena suku bungan merupakan memang alat moneter Bank Indonesia


(62)

untuk mengendalikan inflasi, sehingga langsung berpengaruh cepat ) namun yang lainnya tidak terdapat multikolonieritas

Tabel 4.6

Hasil Estimasi Berganda

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 06/03/14 Time: 22:40 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 0.428093 0.185485 2.307961 0.0286

X2 -0.001293 0.000439 -2.945840 0.0064

X3 -1.473727 0.610608 -2.413540 0.0226

C 17.88608 7.573381 2.361703 0.0254

R-squared 0.458778 Mean dependent var 0.157500

Adjusted R-squared 0.400790 S.D. dependent var 2.271051

S.E. of regression 1.757989 Akaike info criterion 4.082687

Sum squared resid 86.53475 Schwarz criterion 4.265904

Log likelihood -61.32300 Hannan-Quinn criter. 4.143418

F-statistic 7.911602 Durbin-Watson stat 1.003436

Prob(F-statistic) 0.000564

Berdasarkan hasil regresi di atas, adapun model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = 17.88608 + 0.428093X1 – 0.001293X2 – 1,473727X3 Dari persamaan berikut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Suku Bunga Bank Indonesia memiliki pengaruh yang positif terhadap Transaksi Berjalan Indonesia dengan koefisien sebesar 17.88608, artinya apabila Suku Bunga Bank Indonesia mengalami peningkatan 1 % maka akan mengakibatkan transaksi berjalan Indonesia meningkat sebesar 17.88608 Juta USD. Dari penjelasan di atas dapat dianalisis bahwa pernyataan di atas berlawanan dengan teori. Seperti


(63)

diketahui bahwa BI menaikkan BI rate dalam rangka mengurangi Defisit transaksi berjalan yaitu dalam mengurangi dampak Impor indonesia yang terlalu tinggi. Namun dapat dilihat disini bahwa hasilnya adalah positif dikarenakan masih sangat tingginya permintaan penduduk Indonesia akan produk – produk terutama industri-industri dalam negeri yang notabeneya masih menggunakan produk-produk luar negeri dalam bahan baku industri mereka.

Nilai Tukar mempunyai pengaruh yang yang negatif terhadap Transaksi Berjalan Indonesia dengan koefisien sebesar 0.001293, artinya apabila Nilai Tukar mengalami peningkatan sebesar 1 % maka akan Transaksi Berjalan Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 0.001293 Juta USD.

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi mempunyai pengaruh yang yang negatif terhadap Transaksi Berjalan Indonesia dengan koefisien sebesar 1.473727, artinya apabila Pertumbuhan Ekonomi mengalami peningkatan sebesar 1 % maka akan Transaksi Berjalan Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 1.473727 Juta USD. Pada kali ini juga berbeda dikarenakan berbeda dengan teori. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini didorong oleh konsumsi dan investasi. Semakin tinggi 2 variabel ini maka semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia ( dengan asumsi barang dihasilkan dari dalam negeri ) namun di era globalisasi ini Indonesia erat kaitannya dengan hubungan internasional dikarenakan semakin tingginya tingkat konsumsi orang indonesia menyebabkan diharuskannya memasukkan produk dari luar negeri sehingga menyebabkan tingkat neraca pembayaran Indonesia khususnya Transaksi berjalan mengalami defisit ditambah lagi dengan masalah-masalah


(64)

structural dari dalam negeri yaitu yang mengaharuskan negara mensubsidi akan kebutuhan minyak daam negeri yang mana akan menyebabkan semakin lebarnya deficit transaksi berjalan

4.2. Uji Kesesuaian ( Test Goodness of Fit )

1. Koefisien Determinasi ( R – Square )

Kekuatan dari variebel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat dari nilai R2 ( R-square ) . apabila R2 semakin mendekati ke angka satu, maka variabel – variabel independent memberikan informasi kepada variabel terikat. Adapau hasil perhitungan nilai koefisien dari determinasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi Nilai Koefisien

R2 0.458778

Adjusted R2 0.400790

Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan diperoleh koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,45, yang mana artinya bahwa variasi yang terjadi pada


(65)

variabel independent ( Suku Bunga Bank Indonesia, Nilai Tukar dan Pertumbuhan Ekonomi ) mampu memberikan penjelasan terhadap variabel dependent ( Transaksi Berjalan Indonesisa ) sebesar 45 % sedangkan sisanya sebanyak 55 % tidak dapat dijelaskan dalam model estimasi atau dijelaskan oleh term of errornya, sedangkan adjusted R-square atau koefisien determinasi bernilai 0.400790 dimana angka ini mengindikasian bahwa 40 % variasi transaksi berjalan dapat dijelaskan oleh Suku Bunga Bank Indonesia, Nilai Tukar, dan Pertumbuhan Ekonomi

2. Uji t – Statistik

Uji t-statistik adalah pengujian secara parsial yang mana bertujuan untuk melihat apakah masing – masing koefisien regresi ( variabel independent ) signifikan atau tidak terhadap variabel dependent dengan menganggap variabel lainnya konstan. Berikut hasil regresi sebagai berikut:

A. Suku Bunga Bank Indonesia

Tabel 4.8

Uji t ( Suku Bunga Bank Indonesia)

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 06/03/14 Time: 22:41 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 0.631279 0.186723 3.380827 0.0020

C -4.667840 1.468908 -3.177763 0.0034

Sumber: Data diolah


(66)

H0 diterima ; H1 ditolak jika t-hitung < t-tabel …. H0 : b = 0… tidak signifikan H1 diterima ; H0 ditolak jika t-htung > t-tabel …...H0 : b ≠ 0 … signifikan

a. Penentuan level pengujian α = 5 %

df = n-k-1 = 32 - 3 - 1 = 28 t-tabel = 2.048

b. Penentuan statistik pengujian t-statistik t-hitung = 3, 380

a. Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan dari besarnya t-statistik

H1 diterima, H0 ditolak karena t-hitung > t-tabel ( 3.380 > 2.048 ) berarti tingkat Suku Bunga Bank Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Transaksi Berjalan Indonesia

B. Nilai Tukar

Tabel 4.9 Uji t ( Nilai Tukar )

Date: 06/03/14 Time: 22:42 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X2 -0.000725 0.000453 -1.598540 0.1204

C 7.080008 4.348204 1.628260 0.1139


(67)

H1 diterima ; H0 ditolak jika t-hitung < t- tabel ….. H1 : b ≠ 0 ….. signifikan b. Penentuan level pengujian

α = 5%

df = n - k – 1 = 32 – 3 – 1 = 28 t-tabel = 2.048

c. Penentuan statistic pengujian statistik t-hitung = -1,598540

d. Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan dari besarnya t-statistik

H1 diterima karena t-hitung < t-tabel ( - 1.598 < 2.093 ) berarti tingkat Nilai Tukar memiliki pengaruh signifikansi terhadap variabel Transaksi Berjalan Indonesia.

C. Pertumbuhan Ekonomi

Tabel 4.11 Uji t ( Pertumbuhan Ekonomi )

Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X3 -1.012698 0.586315 -1.727225 0.0944

C 6.100140 3.462516 1.761765 0.0883

a. Menetapkan hipotesis yang akan diuji ( untuk nilai t-statistik negative ) H0 diterima ; H1 ditolak jika t-hitung > t-tabel...H0 : b = 0…Tidak signifikan H1 diterima ; H0 ditolak jika t-hitung < t- tabel ….. H1 : b ≠ 0 ….. signifikan


(1)

Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X3 -0.989972 0.478522 -2.068810 0.0473 C 13.45303 2.825938 4.760552 0.0000 R-squared 0.124854 Mean dependent var 7.643750 Adjusted R-squared 0.095682 S.D. dependent var 1.889604 S.E. of regression 1.796931 Akaike info criterion 4.070499 Sum squared resid 96.86887 Schwarz criterion 4.162108 Log likelihood -63.12799 Hannan-Quinn criter. 4.100865 F-statistic 4.279976 Durbin-Watson stat 0.151690 Prob(F-statistic) 0.047276

Uji Multikolonieritas

X2 dan X3 ( Nilai Tukar dan Pertumbuhan Ekonomi )

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 06/03/14 Time: 22:36 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X3 -684.1916 202.1806 -3.384062 0.0020 C 13566.70 1193.988 11.36251 0.0000 R-squared 0.276269 Mean dependent var 9551.781 Adjusted R-squared 0.252145 S.D. dependent var 877.9305 S.E. of regression 759.2222 Akaike info criterion 16.16293 Sum squared resid 17292550 Schwarz criterion 16.25454 Log likelihood -256.6068 Hannan-Quinn criter. 16.19329 F-statistic 11.45187 Durbin-Watson stat 0.531956 Prob(F-statistic) 0.002006

Uji Heterokodesitas


(2)

F-statistic 0.888717 Prob. F(9,22) 0.5503 Obs*R-squared 8.532122 Prob. Chi-Square(9) 0.4815 Scaled explained SS 3.706364 Prob. Chi-Square(9) 0.9297 Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 06/03/14 Time: 22:37 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -496.6035 227.3841 -2.183986 0.0399 X1 26.96261 18.40197 1.465202 0.1570 X1^2 -0.300012 0.393853 -0.761735 0.4543 X1*X2 -0.001340 0.000873 -1.535140 0.1390 X1*X3 -1.699862 1.275939 -1.332244 0.1964 X2 0.054049 0.023930 2.258668 0.0342 X2^2 -1.65E-06 8.58E-07 -1.919618 0.0680 X2*X3 -0.001749 0.001917 -0.912061 0.3716 X3 44.55495 34.09998 1.306597 0.2048 X3^2 -1.253633 1.682529 -0.745088 0.4641 R-squared 0.266629 Mean dependent var 2.704211 Adjusted R-squared -0.033387 S.D. dependent var 2.926760 S.E. of regression 2.975217 Akaike info criterion 5.268817 Sum squared resid 194.7421 Schwarz criterion 5.726860 Log likelihood -74.30108 Hannan-Quinn criter. 5.420645 F-statistic 0.888717 Durbin-Watson stat 2.550645 Prob(F-statistic) 0.550309


(3)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 7.684901 Prob. F(2,26) 0.0024 Obs*R-squared 11.88871 Prob. Chi-Square(2) 0.0026 Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 06/03/14 Time: 22:39 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 0.167603 0.158487 1.057517 0.3000 X2 0.001032 0.000451 2.290233 0.0304 X3 0.662289 0.532828 1.242969 0.2250 C -15.01670 7.318352 -2.051924 0.0504 RESID(-1) 0.528295 0.191698 2.755867 0.0106 RESID(-2) 0.354966 0.203126 1.747516 0.0924 R-squared 0.371522 Mean dependent var 1.38E-15 Adjusted R-squared 0.250661 S.D. dependent var 1.670761 S.E. of regression 1.446284 Akaike info criterion 3.743233 Sum squared resid 54.38516 Schwarz criterion 4.018058 Log likelihood -53.89172 Hannan-Quinn criter. 3.834329 F-statistic 3.073960 Durbin-Watson stat 1.976942 Prob(F-statistic) 0.026036

Uji Kesesuaian

Koefisien Determinasi

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 06/03/14 Time: 22:40 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 0.428093 0.185485 2.307961 0.0286 X2 -0.001293 0.000439 -2.945840 0.0064 X3 -1.473727 0.610608 -2.413540 0.0226 C 17.88608 7.573381 2.361703 0.0254 R-squared 0.458778 Mean dependent var 0.157500 Adjusted R-squared 0.400790 S.D. dependent var 2.271051 S.E. of regression 1.757989 Akaike info criterion 4.082687 Sum squared resid 86.53475 Schwarz criterion 4.265904 Log likelihood -61.32300 Hannan-Quinn criter. 4.143418 F-statistic 7.911602 Durbin-Watson stat 1.003436


(4)

Prob(F-statistic) 0.000564

Uji t ( Parsial )

Suku Bunga Bank Indonesia

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 06/03/14 Time: 22:41 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 0.631279 0.186723 3.380827 0.0020 C -4.667840 1.468908 -3.177763 0.0034 R-squared 0.275887 Mean dependent var 0.157500 Adjusted R-squared 0.251750 S.D. dependent var 2.271051 S.E. of regression 1.964492 Akaike info criterion 4.248806 Sum squared resid 115.7769 Schwarz criterion 4.340414 Log likelihood -65.98089 Hannan-Quinn criter. 4.279171 F-statistic 11.42999 Durbin-Watson stat 0.606866 Prob(F-statistic) 0.002023

Uji t ( Parsial )

Nilai Tukar

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 06/03/14 Time: 22:42 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X2 -0.000725 0.000453 -1.598540 0.1204 C 7.080008 4.348204 1.628260 0.1139 R-squared 0.078492 Mean dependent var 0.157500 Adjusted R-squared 0.047775 S.D. dependent var 2.271051 S.E. of regression 2.216137 Akaike info criterion 4.489870 Sum squared resid 147.3379 Schwarz criterion 4.581478 Log likelihood -69.83792 Hannan-Quinn criter. 4.520235 F-statistic 2.555330 Durbin-Watson stat 0.521736


(5)

Prob(F-statistic) 0.120404

Uji t ( Parsial )

Pertumbuhan Ekonomi

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 06/03/14 Time: 22:43 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X3 -1.012698 0.586315 -1.727225 0.0944 C 6.100140 3.462516 1.761765 0.0883 R-squared 0.090449 Mean dependent var 0.157500 Adjusted R-squared 0.060131 S.D. dependent var 2.271051 S.E. of regression 2.201712 Akaike info criterion 4.476809 Sum squared resid 145.4261 Schwarz criterion 4.568418 Log likelihood -69.62895 Hannan-Quinn criter. 4.507175 F-statistic 2.983306 Durbin-Watson stat 0.485109 Prob(F-statistic) 0.094411

Uji F ( Simultan )

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 06/03/14 Time: 22:45 Sample: 2006Q1 2013Q4 Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 0.428093 0.185485 2.307961 0.0286 X2 -0.001293 0.000439 -2.945840 0.0064 X3 -1.473727 0.610608 -2.413540 0.0226 C 17.88608 7.573381 2.361703 0.0254 R-squared 0.458778 Mean dependent var 0.157500


(6)

Adjusted R-squared 0.400790 S.D. dependent var 2.271051 S.E. of regression 1.757989 Akaike info criterion 4.082687 Sum squared resid 86.53475 Schwarz criterion 4.265904 Log likelihood -61.32300 Hannan-Quinn criter. 4.143418 F-statistic 7.911602 Durbin-Watson stat 1.003436 Prob(F-statistic) 0.000564