Penggolongan Obat TINJAUAN PUSTAKA

2.2.3 Fase Farmakodinamik

Farmakodinamik mempelajari mekanisme kerja obat dengan tujuan meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi Setiawati dkk., 2007. Kebanyakan obat bekerja dengan berinteraksi dengan reseptor, berinteraksi dengan enzim, ataupun dengan kerja non-spesifik. Protein merupakan reseptor obat yang paling penting Setiawati dkk., 2007. Jenis-jenis protein lain yang telah diidentifikasikan sebagai reseptor obat meliputi enzim-enzim, transpor protein misalnya Na + K + ATPase, dan protein struktural misalnya tubulin Bourne dan Roberts, 2007. Obat tidak menimbulkan fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada Setiawati dkk., 2007. Berakhirnya kerja obat pada tingkat reseptor merupakan salah satu akibat dari serangkaian proses. Dalam beberapa hal, efek berlangsung hanya selama obat menempati reseptor sehingga dengan lepasnya obat dari reseptor efek akan segera berakhir. Ada juga kerja obat masih tetap ada walaupun obat sudah terdisosiasi disebabkan oleh adanya beberapa molekul pasangan masih dalam bentuk aktif Katzung, 2007. Semua respon farmakologik harus mempunyai suatu efek maksimum E max . Tidak perduli berapa konsentrasi obat yang akan dicapai, akan didapat suatu titik dimana tidak ditemukan lagi suatu respon. Kepekaan organ target pada obat dicerminkan oleh konsentrasi obat yang diperlukan untuk menghasilkan 50 dari efek maksimum. Kepekaan yang meningkat pada suatu obat biasanya ditandai oleh respon yang berlebihan pada dosis kecil atau dosis sedang Holford, 2007.

2.3 Penggolongan Obat

Menurut Permenkes 917MenkesPerX1993, obat jadi adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Universitas Sumatera Utara Berbagai obat-obat yang beredar di Indonesia dengan segala fungsinya dapat diperoleh dalam berbagai sediaan obat. Menurut Batubara 2008, bentuk sediaan obat dapat berupa sediaan padat pulvis, tablet, kapsul, suppositoria, kaplet, lozenge , semi padat salep, krim, pasta, jelli, cair larutan, sirup, eliksir, guttae, injeksi, enema, gargarisma, douche , suspensi, emulsi, infusa, dan gas aerosol, gas. Dalam Permenkes No. 725a1989, untuk memudahkan pengawasan, penggunaan, dan pemantauan, obat digolongkan menjadi : a. Obat Bebas Obat bebas termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotik juga dapat diperoleh di warung- warung. Obat bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contoh obat bebas yaitu parasetamol, vitamin C, antasida, dan Obat Batuk Hitam OBH. b. Obat Bebas Terbatas Obat golongan ini juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran berwarna biru dan tertera peringatan dengan tulisan: P. No. 1: Awas Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya. P. No. 2: Awas Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. P. No. 3: Awas Obat keras. Tidak boleh ditelan. P. No. 4: Awas Obat keras. Hanya untuk dibakar. P. No. 5: Awas Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan Obat bebas terbatas dapat diperoleh tanpa resep dokter di apotik, toko obat ataupun di warung-warung. Contohnya obat anti mabuk Antimo, obat flu kombinasi, klotrimaleas CTM. c. Obat keras Obat keras dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya yaitu obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya. Jika pemakai tidak memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek Universitas Sumatera Utara berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian. Contoh obat golongan keras yaitu antibiotik tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya, serta obat-obatan yang mengandung hormon obat kencing manis, obat penenang, dan lain- lain. d. Psikotropika Psikotropika adalah zatobat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi mengkhayal, ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi merangsang bagi para pemakainya. Jenis obat psikotropika yaitu shabu-shabu dan ekstasi. e. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Narkotika merupakan kelompok obat yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan addiksi ketergantungan dan toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Menurut DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes, secara internasional obat hanya dibagi menjadi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik. a. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya. Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud. Universitas Sumatera Utara Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik paten. b. Obat generik. Setelah obat paten berhenti masa patennya, obat paten kemudian disebut sebagai obat generik generik= nama zat berkhasiatnya. Obat generik dibagi lagi menjadi 2 yaitu generik berlogo dan generik bermerek branded generic . Obat generik berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahaan farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat generik bermerek yang lebih umum disebut obat bermerk adalah obat yang diberi merek dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya.

2.4 Obat Generik