BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masalah kesehatan telah menjadi salah satu masalah yang sangat pelik hingga saat ini dan masih terus berkembang serta belum ada akhirnya. Menurut
Undang-Undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, dikatakan bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan juga terkait dengan tingkat ekonomi seseorang. Semakin rendah tingkat
ekonominya, semakin rendah kualitas kesehatan seseorang. Setiap penyakit diharapkan dapat ditanggulangi secepat mungkin untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian. Salah satunya bentuk penanggulangan dapat dilakukan melalui penggunaan obat-obatan. Saat ini, obat yang beredar di
Indonesia sangatlah banyak. Menurut DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes
,
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia IDI periode 2006-2009, secara
internasional obat hanya dibagi menjadi menjadi 2, yaitu : obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan
memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya. Obat generik dibagi lagi menjadi 2 yaitu generik berlogo dan generik bermerek Batubara, 2008.
Obat Generik Berlogo OGB diluncurkan pada tahun 1991 oleh pemerintah yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas
menengah ke bawah akan obat. Harga obat generik dikendalikan oleh pemerintah untuk menjamin akses masyarakat terhadap obat. Harga obat generik bisa ditekan
karena obat generik umumnya dikemas sederhana dan dijual dalam kemasan dengan jumlah besar, dan tidak di promosikan secara berlebihan sehingga
menghemat biaya kemasan dan biaya iklan dalam pemasarannya. Proporsi biaya iklan obat dapat mencapai 20-30 Dinkes Gorontalo, 2008, sehingga biaya
iklan obat akan mempengaruhi harga obat secara signifikan. Mengingat obat merupakan komponen terbesar dalam pelayanan kesehatan, maka peningkatan
pemanfaatan obat generik akan memperluas akses terhadap pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Menurut Widjajarta 2008, beda harga obat bermerk dengan obat generik sekitar 40 kali sampai 80
kali bahkan ada yang mencapai 200 kali lipat dibandingkan harga obat generik. Di luar negeri, harga maksimal obat bermerek diatur hanya 1,2-2 kali harga obat
generik Widjajarta, 2008. Hal inilah yang menjadi kendala terbesar sulitnya distribusi obat generik di Indonesia.
Atas dasar pertimbangan bahwa ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang cukup, terjangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu dan
keamanannya, perlu digerakkan dan didorong penggunaannya di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Pertimbangan lain yaitu agar penggunaan obat
generik dapat berjalan efektif perlu diatur kembali mengenai ketentuan kewajiban menuliskan resep danatau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah. Oleh karena itu pada tanggal 14 januari 2010, ditetapkanlah suatu peraturan baru oleh Menteri Kesehaan Republik Indonesia, dr.
Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR. PH, Keputusan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02MENKES0682010 tentang
Ketetapan Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Peraturan ini terdiri dari 4 bab, dimana pada bab II pasal 4,
ayat 1, tertulis bahwa “Dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah wajib menulis resep obat generik bagi semua pasien sesuai indikasi
medis”. Dengan latar belakang tersebut, penulis merasa perlu dilakukan penelitian
untuk menilai seberapa patuh dokter-dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi dalam meresepkan obat generik kepada pasien dalam menunjang
keberhasilan program pemerintah ini.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian adalah: bagaimana tingkat kepatuhan dokter-dokter di fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat
dalam meresepkan obat generik kepada pasien?
Universitas Sumatera Utara
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan dokter dalam meresepkan obat generik kepada pasien di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi,
Medan.
1.3.2.Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1.
Memperoleh gambaran jumlah resep obat generik dan obat generik bermerek yang dikeluarkan oleh dokter di Rumah Sakit Umum dr.
Pirngadi pada bulan Februari sampai bulan April 2010. 2.
Memperoleh gambaran jumlah obat-obat generik yang tidak tersedia di instalasi farmasi rumah sakit.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Sebagai gambaran keberhasilan program pemerintah di kota Medan. 2.
Sebagai masukan bagi pemerintah untuk pengadaan distribusi obat generik yang lebih lancar khususnya di kota Medan.
3. Sebagai bahan informasi untuk digunakan atau melengkapi data
penelitian oleh peneliti lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA