18 Gambar  10.  Hasil  digesti  vektor  pCold  I;  M=  marker,  1=  vektor  pCold  I  yang
tidak  didigesti,  2=  vektor  pCold  I  yang  didigesti  dengan  enzim Bam
H I dan Sal I; angka di sebelah kiri merupakan ukuran marker Berdasarkan  Gambar  10,  diketahui  bahwa  digesti  vektor  pCold  I  telah
berhasil dilakukan. Hal ini terlihat dari perbedaan posisi pita DNA antara vektor pCold  I  yang  tidak  didigesti  dengan  vektor  pCold  I  yang  didigesti.  Pita  DNA
vektor  pCold  I  yang  didigesti  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  vektor  pCold  I yang didigesti karena perbedaan bentuk keduanya. Vektor pCold I yang didigesti
berbentuk linear sedangkan vektor pCold I yang tidak didigesti berbentuk sirkular. Fragmen  DNA  yang  berbentuk  sirkular  memiliki  mobilitas  yang  lebih  tinggi  di
dalam  gel  agarosa  dibandingkan  dengan  fragmen  DNA  yang  berbentuk  linear sehingga vektor pCold I yang didigesti terlihat memiliki ukuran yang lebih besar
bila dibandingkan dengan vektor pCold I yang tidak didigesti.
4.5 Kloning Fragmen DNA Penyandi CcGH Mature ke Vektor pCold I
Fragmen  DNA  penyandi  CcGH  mature  yang  sebelumnya  telah  berhasil diisolasi  dari  vektor  pGEM-T  Easy  selanjutnya  diligasi  dengan  vektor  pCold  I
yang  telah  didigesti  dengan  menggunakan  enzim  yang  sama  plasmid  yang dihasilkan  selanjutnya  disebut  sebagai  C-mCcGH.  Selanjutnya,  konstruksi
plasmid  C-mCcGH  ditransformasikan  ke  dalam  bakteri  E.  coli DH5α  untuk
diperbanyak  secara  in  vivo.  Bakteri  hasil  transformasi  yang  tumbuh  kemudian diidentifikasi dengan metode cracking Gambar 11.
3,0 - 2,0 -
4,0 - kb
M 1
2
19 Gambar 11. Hasil cracking C-mCcGH dari bakteri konstruksi  E. coli
DH5α; T= vektor pGEM-T Easy tanpa insersi, 1-5= hasil cracking klon bakteri
E.  coli DH5α, √= klon bakteri E. coli DH5α yang tersisipi oleh C-
mCc GH
Berdasarkan  hasil  cracking  Gambar  11  diketahui  bahwa  cukup  banyak koloni  bakteri  yang  membawa  plasmid  C-mCcGH.  Hal  tersebut  bisa  dilihat  dari
ukuran  pita  DNA  3  koloni  yang  lebih  besar  bila  dibandingkan  dengan  vektor pCold I tanpa insersi. Selanjutnya, koloni bakteri yang positif membawa plasmid
C-mCcGH  diremajakan  pada  media  2xYT  yang  telah  ditambahkan  ampisilin Gambar 12.
Gambar  12.  Klon  bakteri  konstruksi  E.  coli DH5α  yang  membawa  plasmid  C-
mCc GH
4.6 Isolasi Plasmid C-mCcGH dan Analisis Urutan Nukleotida
Plasmid  C-mCcGH  diisolasi  dari  bakteri  E.  coli DH5α  dan  selanjutnya
dilakukan sekuensing untuk menganalisa urutan nukleotidanya. Urutan nukleotida dari  plasmid  C-mCcGH  yang  disekuensing  dapat  dilihat  pada  Lampiran  3  dan
Lampiran  4.  Selanjutnya,  hasil  urutan  nukleotida  yang  diperoleh  disejajarkan dengan sekuens CcGH mature dengan menggunakan program GENETYX versi 7
Lampiran 5. Hasil pensejajaran urutan nukleotida plasmid C-mCcGH memiliki tingkat kesamaan 99 dengan sekuens CcGH mature. Hal ini menandakan bahwa
√  √  √
T 1
2 3
4 5
T
20 sekuens CcGH mature telah berhasil diligasi ke dalam vektor pCold I. Perbedaan
1 yang terdapat dalam sekuens diduga terjadi akibat adanya variasi genetik pada template
yang digunakan.
4.7 Transformasi Plasmid C-mCcGH ke Bakteri E. coli BL21 DE3