Aspek Fisik : Aspek Pendidikan : Aspek Ekonomi :

pertumbuhan output produktivitas, tingkat upah neto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja, jenis pekerjaan yang tersedia, inflasi, pajak dan subtitusi, investasi, alokasi serta kualitas sumberdaya alam, penggunaan teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik, hingga politik, bencana alam dan peperangan.Kalau diamati sebagai faktor tersebut juga mempengaruhi satu sama lain. Tingkat pajak yang tinggi membut tingkat upah neto rendah dan ini bisa mengurangi motivasi kerja dari pekerja yang bersangkutan hingga produktivitasnya menurun. Produktivitas menurun dapat mengakibatkan tingkat upah netonya berkurang, dan seterusnya. Dalam hal ini tidak mudah untuk memastikan apakah karena pajak naik atau produktifitasnya yang menurun membuat pekerja tersebut menjadi miskin karena upah nettonya menjadi rendah. Penelitian yang dilakukan Saputro dan Utomo 2007 mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kemiskinan di lima belas propinsi di Indonesia memperlihatkan bahwa ada empat faktor utama yang perlu diperhatikan yaitu : pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan dan faktor lingkungan. Sebagian besar penduduk miskin di 15 provinsi pada tahun 2007 cenderung memiliki ciri-ciri seperti: pengeluaran per kapita untuk makanan lebih besar daripada pengeluaran per kapita untuk non-makanan, pendidikan masih rendah, bekerja di sektor pertanian, status pekerjaan informal, ada yang tidak bekerja, belum menggunakan tenaga kesehatan modern untuk persalinan anak pertama maupun persalinan anak terakhir, belum menggunakan alat KB, tidak menggunakan air bersih, dan tidak memiliki jamban. Untuk mengukur angka keluarga miskin KK, Pemerintah Kota Bogor menetapkan 14 kriteria. Dalam menentukan sebuah keluarga dikategorikan sebagai keluarga miskin atau tidak, diukur berdasarkan kriteria fisik, pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Secara rinci kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

a. Aspek Fisik :

1 Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 orang. 2 Lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah bambu kayu murahan. 3 Dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bamburumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester. 4 Tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar atau bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5 Sumber penerangan rumah tangga tidak berasal dari listrik. 6 Sumber air minum berasal dari sumur mata air tidak terlindungi sungai air hujan.

b. Aspek Pendidikan :

7 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga hanya sampai Sekolah Dasar SD tidak tamat SD tidak sekolah.

c. Aspek Ekonomi :

8 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah. 9 Tidak pernah atau hanya sekali dalam seminggu mengkonsumsi dagingsusuayam. 10 Tidak pernah atau hanya sekali dalam setahun membeli pakaian baru untuk setiap anggota rumah tangga 11 Sekali atau dua kali dalam sehari makan untuk setiap anggota rumah tangga. 12 Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 Ha per buruh tani nelayan buruh bangunan buruh perkebunan pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000bulan. 13 Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal sebesar Rp. 500.000 seperti sepeda motor, emas, ternak, barang modal lainnya. d. Aspek Kesehatan 14 Tidak mampu membayar untuk berobat ke puskesmaspoliklinik. Berdasarkan kriteria tersebut , Pemerintah Kota Bogor melakukan pendataan KK miskin dan menetapkan kebijakan serta program penanggulangan kemiskinan. Pada tahap awal, program penanggulangan kemiskinan tertuang dalam Rencana Strategis Renstra Kota Bogor 2004 – 2009. Program penanggulangan kemiskinan kemudian dilanjutkan dan dijadikan skala prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Bogor tahun 2009- 2014. Sebagai salah satu skala prioritas pembangunan di Kota Bogor, penanggulangan kemiskinan di Kota Bogor, dalam pelaksanaannya melibatkan beberapa sektor atau satuan perangkat kerja daerah SKPD yang dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan, yang dikordinasikan oleh sebuah Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang bertanggungjawab langsung kepada Walikota Bogor. Secara formal Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bogor. Program penanggulangan kemiskinan Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Program Penanggulangan Kemiskinan dalam RPJMD URUSAN PROGRAM Ketahanan Pangan Program peningkatan ketahanan pangan Pemberdayaan Masyarakat Program pengembangan lembaga ekonomi kelurahan Perumahan Rakyat Program lingkungan sehat perumahan Pendidikan Program peningkatan pendidikan anak usia dini Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun Program pendidikan menengah Program pendidikan non-formal Kesehatan Program pelayanan kesehatan penduduk miskin Program kesehatan ibu melahirkan dan anak Program perbaikan gizi masyarakat Program pengembangan lingkungan sehat Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan. Sosial Program pemberdayaan fakir miskin Program pembinaan anak terlantar Program pembinaan penyandang cacat. trauma dan korban bencana Sumber : Pemerintah Kota Bogor 2009

2.2. Pembangunan Daerah