Kondisi Perekonomian Kota Bogor 22.27 Kondisi Kemiskinan Di Kota Bogor

BAB V. PEMBAHASAN HASIL KAJIAN

5.1. Kondisi Perekonomian Kota Bogor

Perekonomian Kota Bogor pada tahun 2004-2009 berada dalam keadaan relatif baik. Laju pertumbuhan ekonomi selama 2004-2009 rata-rata adalah sebesar 6,06 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditunjang oleh kenaikan angka Produk Domestik Regional Bruto PDRB sebesar rata-rata Rp. 1,57 triliuntahun. Jika diperhatikan lebih jauh, kenaikan PDRB Kota Bogor sebagian besar ditunjang oleh sektor tersier seperti pada PDRB tahun 2009 di mana sektor tersier menyumbang sebesar 66,7 persen sedangkan sektor sekunder sebesar 33,1 persen dan sektor primer sebesar 0,2 persen. Sektor primer adalah sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit di dalamnya. Yang termasuk kelompok ini adalah Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor Sekunder, yaitu Sektor yang mengolah bahan mentah atau bahan baku baik berasal dari Sektor Primer maupun dari Sektor Sekunder menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini mencakup Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air Minum dan Sektor Bangunan Konstruksi. Sektor Tersier atau dikenal sebagai Sektor Jasa, yaitu Sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk Jasa. Sektor yang tercakup adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa-jasa. Tabel 5. Perkembangan PDRB Kota Bogor Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2006-2010 Dalam Milyar Rupiah NO LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 1 PERTANIAN 19.15

20.65 22.27

24.01 25.92

2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0.17

0.18 0.19

0.21 0.22

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 1,751.09 2,112.82 2,532.97 3,044.08 3,644.31 4 LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 164.15 187.53 214.41 245.22 281.37 5 BANGUNAN 445.60 506.14 575.02 653.51 744.15 6 PERDAGANGAN, HOTEL, RESTORAN 2,981.45 3,435.87 3,955.08 4,528.58 5,228.76 7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 815.85 1,044.49 1,338.79 1,719.77 2,159.58 8 KEUANGAN, SEWA, JASA PERSH. 729.62 863.50 1,023.94 1,216.48 1,461.93 9 JASA-JASA 350.67 386.87 427.28 472.75 524.11 PDRB Harga Berlaku 7,257.74 8,558.04 10,089.94 11,904.60 14,070.35 Sumber : BPS Kota Bogor 2011 Berdasarkan data PDRB dapat disimpulkan bahwa lapangan usaha yang paling utama bagi masyarakat Kota Bogor berada di sektor tersier seperti perdagangan, hotel, restoran, transportasi, komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa, hal ini sesuai dengan visi Kota Bogor sebagai Kota Jasa. Sebagian kecil masyarakat bekerja di sektor sekunder industri pengolahan, listrik, gas dan air dan dalam jumlah sangat kecil bekerja di sektor primer pertanian dan pertambangan. Kondisi struktur perekonomian seperti ini sedikit banyak menggambarkan lapangan pekerjaan dan persyaratan tenaga kerja seperti apa yang tersedia di Kota Bogor. Hal ini menjadi catatan sebab sebagian besar wilayah kota Bogor awalnya adalah wilayah pertanian kemudian lambat laun wilayah pertanian semakin mengecil seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kota. Hal ini kalau tidak disertai dengan perhatian yang serius dalam pengembangan sumber daya manusia akan menjadi masalah di kemudian hari. Dari segi pendapatan per kapita, masyarakat Kota Bogor memiliki pendapatan per kapita yang relatif cukup baik. Dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Pendapatan perkapita Kota Bogor menunjukkan peningkatan dari Rp. 8,63 juta pada tahun 2006 menjadi Rp. 15,63 juta di tahun 2010 BPS Kota Bogor, 2011. Jika dihitung per bulan, maka pendapatan masyarakat Kota Bogor adalah sebesar Rp. 1,2 jutabulan. Nilai pendapatan per kapita Kota Bogor masih berada di bawah pendapatan per kapita nasional tahun 2010 sebesar Rp. 2,25 jutakapitabulan. Jika memperhatikan keadaan pendapatan per kapita sebagai indikator ekonomi, maka pemerintah Kota Bogor memiliki dua agenda penting dalam hal ini yaitu : meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan melakukan pemerataan pertumbuhan pada saat bersamaan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk meningkatkan angka PDRB lebih tinggi lagi sehingga PDRB per kapita mendekati PDRB per kapita nasional. Pemerataan pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk mengurangi angka kemiskinan yang masih ada di Kota Bogor.

5.2. Kondisi Kemiskinan Di Kota Bogor

Angka kemiskinan di Kota Bogor dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin dan atau jumlah kepala keluarga KK miskin. Tinjauan berdasarkan jumlah jiwa penduduk miskin menggambarkan jumlah kemiskinan secara keseluruhan. Adapun jumlah KK miskin menggambarkan jumlah rumah tangga penduduk miskin yang memenuhi criteria sebagai keluarga miskin dalam hal ini adalah kepala keluarga atau orang yang paling bertanggung jawab dalam sebuah keluarga. Perkembangan kemiskinan di Kota Bogor dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 6. Perkembangan Jumlah Kemiskinan Kota Bogor 2004-2012 Berdasarkan data, jumlah penduduk miskin dan KK miskin di Kota Bogor tahun 2004-2008 cenderung sedikit meningkat. Jumlah penduduk miskin tahun 2004 sebanyak 85.317 jiwa dan pada tahun 2008 menjadi 97.700 jiwa. Adapun jumlah KK miskin tahun 2004 adalah sebesar 21.914 KK dan pada tahun 2008 menjadi 42.328 KK. Jumlah penduduk miskin dan KK miskin menurun mulai tahun 2009-2012. Penurunan terbesar pada tahun 2011, jumlah KK miskin menurun dari 40.876 KK pada tahun 2010 menjadi 17.188 KK pada tahun 2011. Pada tahun 2012, persentase KK miskin Kota Bogor sebesar 7 dengan persentase penduduk miskin sebesar 8. Rata-rata jumlah penduduk miskin 88.450 jiwa dengan rata-rata KK miskin sebesar 38.14 persen sehingga rata-rata penduduk miskin tiap KK miskin adalah 2.3 jiwa. Sebaran jumlah kemiskinan di Kota Bogor dapat diketahui dari data sebaran KK miskin sebagai mana terdapat pada Tabel 6. Berdasarkan data tersebut, jumah KK miskin relatif menyebar di setiap kecamatan. Jumlah KK miskin terbanyak terdapat di Kec. Bogor Barat, Kec. Bogor Selatan, dan Kec. Tanah Sareal yang sebagian wilayahnya masih merupakan daerah perdesaan dan pertanian. Kemiskinan pada ketiga wilayah tersebut dapat dikatakan bertipe kemiskinan perdesaan. Kemiskinan pada kecamatan lainnya lebih merupakan kemiskinan perkotaan karena sebagian besar wilayah tersebut merupakan daerah perkotaan seperti Kec. Bogor Utara, Kec. Bogor Tengah, dan Kec. Bogor Timur. BPS, 2010. Persentase KK miskin tertinggi ada di Kec. Bogor Selatan sebesar 22,30 persen. Tabel 6. Jumlah KK miskin per Kecamatan tahun 2010 K K e e c c a a m m a a t t a a n n J J u u m m l l a a h h P P e e n n d d u u d d u u k k J J u u m m l l a a h h K K K K K K K K M M i i s s k k i i n n P P e e r r s s e e n n t t a a s s e e K K K K M M i i s s k k i i n n Bogor Selatan 180.745 45.186 10.092 22,30 Bogor Timur 94.572 23.643 3.670 15,50 Bogor Utara 170.320 42.580 5.231 12,30 Bogor Tengah 102.203 25.551 5.084 19,90 Bogor Barat 210.450 52.613 11.289 21,50 Tanah Sareal 190.776 47.694 6.962 14,60 Kota Bogor 949.066 237.267 42.328 17,80 Sumber : BPS Kota Bogor 2010

5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kota Bogor