Bipa Pterygota forbesii F.V.Muell Jambu Eugenia spp

Jumlah pohon contoh yang diambil diusahakan sebanyak mungkin, misalnya 50 sampai 100 pohon dianggap telah mewakili untuk areal yang tidak terlalu luas. Dalam pemilihan pohon contoh, perlu diperhatikan juga ketersebaran diameter sehingga mewakili kisaran diameter dari yang terkecil sampai terbesar. Semakin lebar kisaran diameter dari pohon-pohon contoh tersebut, maka model yang terbentuk nantinya akan semakin leluasa digunakan untuk menduga volume dari pohon yang berdiameter kecil sampai besar. Selain itu, apabila tinggi pohon akan dijadikan sebagai peubah bebas selain diameter, pengambilan pohon contoh pun harus mewakili ketersebaran tinggi pohon dalam tegakannya Fahutan IPB 2010.

2.4 Bipa, Jambu, Matoa, Medang dan Merbau

Tabel 1 Taksonomi bipa, jambu, matoa, medang dan merbau Taksonomi Jenis Bipa Jambu Matoa Medang Merbau Kingdom Plantae Plantae Plantae Plantae Plantae Divisi Magnoliophyta Magnoliophyta Magnoliophyta Magnoliophyta Magnoliophyta Kelas Magnoliopsida Magnoliopsida Magnoliopsida Magnoliopsida Magnoliopsida Sub Kelas Dilleniidae Rosidae Rosidae Magnoliidae Rosidae Ordo Marvales Myrtales Sapindales Laurales Fabales Famili Sterculiaceae Myrtaceae Sapindaceae Lauraceae Fabaceae Genus Pterygota Eugenia Pometia Litsea Instia Spesies Pterygota forbesii F.V.Muell Eugenia spp Pometia pinnata Forst Litsea firma Hook.f Instia spp

2.4.1 Bipa Pterygota forbesii F.V.Muell

Suku Sterculiaceae. Pohon, semak kadang-kadang berupa liana atau terna dengan rambut-rambut bintang atau sisik-sisik, daun tunggal bertepi rata, kadang- kadang berlekuk menjari atau majemuk, yang duduknya tersebar, mempunyai daun penumpu yang lekas runtuh. Bunga biasanya banci atau berkelamin tunggal, berumah 1, aktinorf, jarang dengan kedudukan terminal, seringkali pada batang kauliflor. Daun berkelopak 3-5, sedikit banyak berlekatan, tersusun seperti katup ; daun mahkota 5 atau tidak ada, bebas atau pada pangkal berlekatan dengan buluh yang terbentuk dari perlekatan tangkai-tangkai sari, tersusun seperti genting. Benang sari sering tersusun dalam lebih dari 1 lingkaran, yang sebelah luar mandul, yang sebelah dalam berlekatan membentuk buluh atau sama sekali bebas, kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur atau dengan liang di ujung atasnya. Bakal buah menumpang, tersusun atas 2-5 kadang-kadang 10-12 daun buah, atau hanya terdiri atas 1 daun buah saja. Tiap ruang berisi 2 bakal biji atau lebih, jarang sekali hanya 1. Buahnya buah kering atau buah buni, tidak membuka atau membuka dengan cara yang bermacam-macam. Biji dengan endosperm berdaging atau tanpa endosperm, kadang-kadang bersalut. Lembaga lurus atau bengkok Tjitrosoepomo 2007. Pohon dengan kanopi besar dengan tinggi sampai 30 m dan diameter 100 cm, ada banir, kulit pohon berwarna merah pucat, coklat atau abu-abu. Daun spiral, sederhana, ada tangkai, simetris, tulang daun menyirip, permukaan bawah daun hijau, permukaan atas daun hijau tua kusam. Bunga berkelamin tunggal, dengan bunga jantan dan bunga betina pada tanaman yang sama. Buah berwarna coklat atau merah, 6-7 mm, tidak berduri, tidak berdaging, ada folikel dan bijinya sekitar 100 Conn Damas 2010.

2.4.2 Jambu Eugenia spp

Suku Myrtaceae. Pohon atau perdu, daun tunggal, bersilang berhadapan, pada cabang-cabang mendatar seakan-akan tersusun dalam 2 baris pada 1 bidang, karena adanya aborsi kadang-kadang poligam, aktinomorf. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri atas 4-5 daun kelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama yang kadang-kadang berlekatan atau tidak terdapat. Benang sari banyak, kadang-kadang berkelompok berhadapan dengan daun-daun mahkota, mempunyai tangkai sari dengan warna cerah, yang kadang-kadang menjadi bagian bunga yang paling menarik. Bakal buah tenggelam, mempunyai 1 tangkai putik, beruang 1 sampai banyak dengan 1-8 bakal biji dalam tiap ruang. Buah bermacam-macam pada ujungnya masih jelas tampak kelopak yang tidak gugur, sisa tangkai putik dan sisa-sisa benang sari tertinggal di dalam kelopak. Biji dengan sedikit atau tanpa endosperm, lembaga lurus, bengkok atau melingkar, ada pula yang terpuntir seperti spiral Tjitrosoepomo 2007. Eugenia cuprea K.V. atau ki tambaga Sunda merupakan raksasa hutan, tinggi hingga 40 m dan gemang 1 m, dengan batang berbentuk tiang, khusus terdapat di daerah pegunungan, terutama antara 1400 m dan 1700 m, tumbuh tidak berkelompok, tetapi dalam beberapa hutan sangat umum. Kayunya berat, padat dan cukup halus strukturnya, berserat lurus, coklat, coklat merah gading hingga coklat warnanya dengan roma jingga. Dapat diperoleh dalam ukuran-ukuran besar, dapat dianggap tahan lama dan digunakan untuk bahan bangunan Heyne 1987. Syzygium cf. versteegii L. Merr Perry. Pohon berukuran kecil, tinggi mencapai 10 m. Batang utama silindris, sedikit berbuncak, berpilin dan berlekuk, bebas cabang mencapai 4,5 m dengan diameter setinggi dada 30 cm, berbanir kecil, dengan tinggi banir 40 cm dan lebar 60 cm. Daun tunggal, berhadapan, berbentuk menjorong hingga lonjong. Takikan batang pepagan tebalnya 5-7 mm, keras dan berserat berwarna merah jingga, tidak bergetah Lekitoo et.al 2010.

2.4.3 Matoa Pommetia pinnata Forst