Hidrogen Sulfida H Oksida Nitrogen NOx

7 sulfur trioksida SO 3 ketika bereaksi dengan uap air H 2 O di atmosfer akan menyebabkan terjadinya hujan asam, seperti tergambar dalam reaksi kimiawi berikut : SO 2 + O SO 3 SO 3 + H 2 O H 2 SO 4 Udara yang tercemar SO X menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernapasan. Hal ini karena gas SO X yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas lain sampai ke paru-paru. Serangan tersebut juga dapat menyebabkan iritasi pada bagian tubuh lain. Gas SO 2 merupakan bahan pencemar yang berbahaya bagi anak-anak, orang tua dan orang penderita penyakit pernapasan kronis dan penyakit kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan dapat mengalami kejang spasme bila teriritasi oleh SO 2 lebih tinggi dari temperatur udara rendah. Apabila waktu paparan gas dengan gas SO 2 cukup lama maka akan terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti oleh kelumpuhan sistem pernapasan paralysis cilia, kerusakan lapisan epthilium yang pada akhirnya diikuti oleh kematian Soeratmo, 1990.

3. Hidrogen Sulfida H

2 S Hidrogen sulfida merupakan gas yang tidak berwarna dan menimbulkan bau busuk. Dalam KEPMEN LH No. 50 Tahun 1996 gas ini disebut sebagai zat odoran tunggal. Sekalipun gas ini bersifat iritan bagi paru-paru, tetapi ia digalongkan ke dalam asphyxiant karena efek utamanya adalah melumpuhkan pusat pernafasan, sehingga kematian disebabkan oleh terhentinya pernapasan. Hidrogen sulfida juga bersifat sangat korosif terhadap metal, dan dapat menghitamkan berbagai material. Karena H 2 S lebih berat daripada udara, maka H 2 S ini sering didapat disumur-sumur, saluran air buangan, dan biasanya ditemukan bersama-sama gas beracun lainnya seperti metan, karbon dioxide dan bersifat sangat mudah terbakar. Gas H 2 S mudah didapat secara alamiah pada gunung-gunung berapi, dan dekomposisi zat organik. Emisi hidrogen sulfida didapat pada industri 8 kimia, industri minyak bumi, kilamg minyak, dan terutama pada industri yang memproduksi gas sebagai bahan bakar Soemirat., 1994.

4. Oksida Nitrogen NOx

Menurut Supriyono 1999, oksida nitrogen merupakan salah satu komponen kimia pokok dalam reaksi fotokimia yang dapat mengakibatkan pembentukan oksidan fotokimia. Sebagian besar emisi gas oksida nitrogen berasal dari pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermotor. Dampak negatif yang ditimbulkan jika seseorang menghisap gas oksida nitrogen di luar standar baku mutu kualitas udara dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada pernapasan dan bronkhitis. Nitrogen oksida terbentuk dalam reaksi temperatur yang tinggi dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, dimana komponen nitrogen yang bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa nitrogen oksida NO sebagai hasil emisi dari kendaraan bermotor seperti tergambar dalam reaksi kimia berikut Wellburn, 1990 dalam Septiyanzar, 2008. N 2 + O 2 2 NO NO + O 3 NO 2 + O 2 NO 2 + O 3 NO 3 + O 2 NO 3 + NO 2 N 2 O 5 N 2 O 5 + H 2 O 2HNO 3 Emisi gas buang berupa oksida nitrogen NO x adalah senyawa- senyawa pemicu pembentukan ozon. Senyawa ozon di lapisan atmosfer bawah troposfer bawah, pada ketinggian 0 – 2000 meter terbentuk akibat adanya reaksi fotokimia senyawa NO x dengan bantuan sinar matahari. Oleh karena itu potensi produksi ozon troposfer di daerah beriklim tropis seperti Indonesia sangat tinggi. Karena merupakan pencemar sekunder, konsentrasi ozon di luar kota – di mana tingkat emisi senyawa pemicu umumnya lebih rendah dibanding di pusat kota – seringkali ditemukan lebih tinggi daripada di pusat kota Anonim, 2006. 9

5. Partikulat PM