0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
0.14 0.16
0.18 0.2
87 88
89 90
91 92
93 94
95 96
97 98
99 100 101
Suhu regenerasi, tg
o
C M
a s
s a
ua p y
a ng
diha s
ilk a
n pr
os e
s
re ge
n e
ra s
i, m v
g k
g
Uji I hitung Uji II hitung
Uji III hitung Uji I ukur
Uji II ukur Uji III ukur
Data Uji I
Uji II Uji III
Konsentrasi awal larutan ammonia 25,2
28 26,76
Suhu regenerasi maksimum
o
C 97,4 95
99,8 Tekanan regenerasi bar
5,5 6
6,5 Suhu kondensasi
o
C 34,6 35,1
33,3
Proses regenerasi menyebabkan terlepasnya uap dari larutan ammonia. Uap ammonia mulai terbentuk setelah larutan ammonia mencapai tekanan jenuh pada
suhu tertentu, dan suhu dimana larutan mencapai tekanan jenuh disebut dengan suhu jenuh larutan. Suhu jenuh larutan ammonia pada masing-masing pengujian
berturut-turut untuk uji I, II, dan III adalah 91,7
o
C, 88,6
o
C, dan 95,8
o
C. Gambar 27 menunjukkan banyaknya uap yang dapat dihasilkan oleh masing-masing
pengujian. Massa uap yang terbentuk pada proses regenerasi hasil perhitungan ini tidak berbeda jauh dari massa uap hasil pengukuran dan menunjukkan
kecenderungan yang sama, dimana uji II menghasilkan massa uap yang paling banyak, diikuti uji I dan uji III. Lampiran 11. Hasil pengukuran dengan level
gauge dipengaruhi oleh ketelitian dalam melihat penurunan larutan ammonia di dalam tabung G-A, sehingga terjadi perbedaan dengan hasil perhitungan.
Gambar 27. Pengaruh suhu regenerasi terhadap massa uap yang dihasilkan proses regenerasi
600 700
800 900
1000 1100
1200 1300
87 88
89 90
91 92
93 94
95 96
97 98
99 100
101
Suhu regenerasi, tg
o
C Ju
ml ah
p a
n as r
e g
e n
e ra
s i,
Q g
kJ
Uji I hitung Uji II hitung
Uji III hitung Uji I ukur
Uji II ukur Uji III ukur
Besarnya jumlah panas regenerasi dipengaruhi oleh banyaknya jumlah uap yang dihasilkan proses regenerasi serta suhu maksimum yang diberikan pada
tabung G-A. Gambar 28 menunjukkan uji III memiliki jumlah panas regenerasi yang paling besar 1178,1 kJ dibanding pengujian yang lain, dan berdasarkan
perhitungan pindah panas, didapat bahwa jumlah panas regenerasi untuk uji III memiliki nilai yang paling besar dibanding uji yang lain Lampiran 11, hal ini
dikarenakan suhu regenerasi maksimum pada uji III adalah yang paling besar yaitu 99,8
o
C
Gambar 28. Jumlah panas regenerasi pada tiap-tiap pengujian Kapasitas pendinginan yang dihasilkan oleh mesin pendingin absorpsi
intermitten dipengaruhi oleh banyaknya uap ammonia yang terkondensasi di dalam tabung K-E. Gambar 28 menunjukkan jumlah uap ammonia yang
terkondensasi di dalam tabung K-E, dimana uji II menghasilkan larutan ammonia hasil kondensasi yang paling banyak, yaitu 0,1207 kg diikuti uji I sebesar 0,1084
kg dan uji III sebesar 0,1026 kg.
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
0.14
86 88
90 92
94 96
98 100
102
Suhu regenerasi, tg
o
C M
a ssa l
ar u
ta n
am m
o n
ia yan g
t e
rko n
d en
sasi d
i
ta bun
g K -E
, m v
c k
g
Uji I Uji II
Uji III
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
87 88
89 90
91 92
93 94
95 96
97 98
99 100
101
Suhu regenerasi
o
C K
a pas
it a
s pe n
d ingi
na n,
Q e
k J
Uji I Uji II
Uji III
Gambar 29. Jumlah uap ammonia yang terkondensasi di dalam tabung K-E Kapasitas pendinginan merupakan besarnya panas yang diserap larutan
ammonia di tabung K-E untuk menghasilkan efek pendinginan dan besarnya dipengaruhi oleh banyaknya uap ammonia yang terkondensasi di tabung K-E..
Kapasitas pendinginan yang dapat dihasilkan berturut-turut untuk uji I, II, dan III adalah 160,574 kJ, 178,664 kJ, dan 146,88 kJ.
Gambar 30. Kapasitas pendinginan yang dihasilkan masing-masing pengujian
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
0.14 0.16
0.18
87 88
89 90
91 92
93 94
95 96
97 98
99 100
101
Suhu regenerasi
o
C CO
P
Uji I Uji II
Uji III
Koefisien performansi mesin pendingin absorpsi intermitten merupakan perbandingan antara kapasitas pendinginan dan jumlah panas regenerasi, dan dari
hasil simulasi yang dilakukan didapat nilai COP untuk masing-masing pengujian berturut-turut adalah untuk uji I, II, dan III adalah 0,1487; 0,1613; dan 0,1246.
Gambar 31. Koefisien performansi masing-masing pengujian
Analisis Performansi Mesin Pendingin Absorpsi Intermitten
Pengujian terhadap mesin pendingin absorpsi intermitten telah dilakukan dan ada beberapa permasalahan yang timbul saat pengujian yang mengakibatkan
performansi mesin pendingin tidak optimal. Permasalahan tersebut antara lain adalah konsentrasi awal larutan ammonia yang rendah, suhu kondensasi yang
masih tinggi ± 30
o
C, serta kebocoran alat yang timbul pada saat tekanan tinggi. Simulasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi awal larutan ammonia
,suhu kondensasi tabung K-E, dan proses rektifikasi terhadap performansi mesin pendingin absorpsi intermitten. Performansi mesin pendingin yang akan dianalisa
adalah nilai COP yang ditentukan oleh jumlah panas untuk proses regenerasi Qg dan efek pendinginan Qe.
Asumsi yang digunakan dalam simulasi ini antara lain : • Kondensasi berlangsung pada suhu konstan selama proses
• Proses rektifikasi berlangsung sempurna sehingga didapat konsentrasi larutan
ammonia murni 100 .
a. Konsentrasi awal larutan ammonia