54
2. Analisa Komponen Serat
a. Penetapan NDF Neutral Detergent Fiber Van Soest 1969 dalam Apriantono et al.1969 Sampel sebanyak 0.5 g A, dimasukkan ke dalam gelas piala berukuran 250 ml serta
ditambahkan dengan larutan NDF. Larutan NDF terdiri atas bahan kimia sebagai berikut : akuades 1 l; Natrium Sulfat 30 g; EDTA 18.81 g; Natrium Borat 10 H
2
O 6.81 g; di-Na-HPO
4
anhidrat 4.5 g dan 2- etoksi etanol murni 10 ml.
Sampel yang mengandung pati ditambahkan dengan α-amilase 30 ml dalam bufer fosfat pH 7
0.067 N selama 16 jam dalam inkubator 40
o
C. Sampel kemudian ditambahkan larutan NDF disaring pada filter glass
dengan bantuan pompa vakum, dibilas bergantian dengan air panas dan aseton. Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dalam oven 105
o
C hingga stabil, setelah itu dimasukkan dalam desikator selama satu jam, kemudian dilakukan penimbangan B. Filter glass diabukan pada tanur dengan suhu
450-500
o
C sampai diperoleh bobot setimbang, kemudian ditimbang C. Kadar NDF = B-CA x 100
Keterangan : A = bobot sampel g
B = bobot filter glass dan sampel setelah dioven g C = bobot filter glass dan sampel setelah ditanur g
b. Penetapan ADF dan Hemiselulosa Van Soest 1969 dalam Apriantono et al.1969 Sampel sebanyak 1 g A, dimasukkan ke dalam gelas piala serta ditambahkan dengan 50 ml
larutan ADF. Larutan ADF terdiri atas 1 liter H
2
SO
4
1 N dan 20 g CTAB chetyle trimethyl ammonium bromide
. Sampel yang telah ditambahkan larutan tersebut dipanaskan selama satu jam di atas pendingin balik.
Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum dengan menggunakan filter glass. Pencucian dilakukan bergantian dengan aseton dan air panas. Hasil penyaringan tersebut dikeringkan di
dalam oven 105
o
C hingga stabil, setelah itu dimasukkan ke dalam desikator selama satu jam, kemudian dilakukan penimbangan B. Filter diabukan pada tanur dengan suhu 450-500
o
C sampai diperoleh bobot setimbang, kemudian ditimbang C.
Kadar ADF = B-CA x 100 Keterangan :
A = bobot sampel g B = bobot filter glass dan sampel setelah dioven g
C = bobot filter glass dan sampel setelah ditanur g c. Kadar Selulosa
Residu ADF C yang berada di dalam filter glass diletakkan di atas nampan yang berisi air setinggi kira-kira 1 cm. Kemudian ditambahkan H
2
SO
4
setinggi ¾ bagian filter glass dan dibiarkan selama 3 jam sambil diaduk-aduk. Penyaringan dengan filter glass dibantu dengan pompa vakum. Pencucian
dilakukan dengan aseton dan air panas. Dilakukan pengeringan dan memasukkan hasil penyaringan
55 tersebut ke dalam oven. Setelah itu dimasukkan lagi ke dalam desikator untuk melakukan pendinginan dan
ditimbang D. Kadar Selulosa = D-CA x 100
Keterangan : A = bobot sampel g
C = bobot filter glass dan residu ADF awal g D = bobot filter glass dan residu ADF setelah dioven g
56
Lampiran 2. Prosedur Karakterisasi Kondisi Optimum Enzim 1. Penentuan Kondisi Optimum Enzim
α-amilase dan Dextrozyme
Prosedur untuk penentuan kondisi optimum kerja enzim α-amilase yang meliputi pH dan suhu
optimum dilakukan pada rentang pH 5 hingga 6 5, 5.2, 5.4, 5.6, 5.8, dan 6 terhadap substrat soluble starch
dan dalam rentang waktu inkubasi 10 hingga 60 menit. Pembentukan gula pereduksi dari hasil hidrolisis enzim
α-amilase diukur menggunakan metode DNS. Penentuan kondisi optimum enzim dextrozyme dilakukan berdasarkan penelitian Akyuni 2004.
Ditambah 0.5 ml soluble starch
0.15 0.5 ml enzim
α-amilase
Ditambah 1 ml DNS Dipanaskan pada air
mendidih selama 5 menit Didinginkan dan dibaca
menggunakan spektrofotometer pada
550 nm Diinkubasi pada suhu
95
o
C 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 menit
57
2. Penentuan Kondisi Optimum Enzim Selulase