13 selama 24 jam. Setelah diinkubasi pada medium PDB, biakan Saccharomyces elippsoides dan Pichia
stipitis digunakan untuk fermentasi bioetanol sebanyak 10 ml kultur tiap 100 ml substrat.
b. Fermentasi Tahap fermentasi sirup glukosa untuk menghasilkan bioetanol ini menggunakan metode
modifikasi berdasarkan penelitian Derosya 2010. Untuk tahap fermentasi ini, perlakuan yang dipilih sebagai substrat ialah : 1 sirup glukosa dari perlakuan dari pemanasan gelombang mikro dan kombinasi
konsentrasi enzim terbaik, 2 sirup glukosa dari perlakuan kombinasi enzim terbaik dengan pemanasan otoklaf sebagai pembanding, dan 3 sirup glukosa dari glukosa teknis. Substrat yang digunakan
diinkubasi menggunakan Saccharomyces elippsoides dan Pichia stipitis secara simultan atau tanpa inaktivasi enzim.
Masing-masing sirup glukosa dari 1 perlakuan dari pemanasan gelombang mikro dan kombinasi konsentrasi enzim terbaik, 2 perlakuan kombinasi enzim terbaik dengan pemanasan otoklaf
sebagai pembanding, dan 3 glukosa teknis diperkaya dengan pupuk NPK 0.04 g dan ZA 0.15 g. Fermentasi dilakukan pada sistem tertutup tanpa aerasi Derosya 2010 menggunakan labu leher angsa
seperti yang disajikan pada Gambar 6. Pembentukan CO
2
dari proses fermentasi alkohol diukur setiap 6 jam dan ditetapkan sebagai laju pembentukan gas. Inkubasi berlangsung selama 72 jam, setelah masa
inkubasi berakhir, kultur ditetapkan pH-nya, kandungan total gula residu, gula pereduksi, total asam, dan konsentrasi etanol P. Konsentrasi etanol dianalisa menggunakan metode Kromatografi Gas GC.
Prosedur analisa gula, kejernihan filtrat, dan kaldu fermentasi disajikan pada Lampiran 3 hingga 7.
Gambar 6. Rangkaian peralatan pada fermentasi etanol sistem tertutup
5. Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aras daya P pemanasan gelombang mikro dan konsentrasi enzim U terhadap substrat empulur sagu untuk memperoleh karakteristik sirup glukosa
terbaik yang sesuai untuk dijadikan substrat fermentasi etanol. Perlakuan terbaik ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap volume filtrat, total gula, gula pereduksi, derajat polimerisasi, dekstrose ekivalen,
bobot residu, dan kejernihan filtrat. Dari tiap perlakuan diuji homogenitasnya menggunakan SAS dimana tiap perlakuan dianggap berbeda dan terpisah.
Hipotesis yang diuji : H
o
: σ
1 2
= σ
2 2
14 H
1
: σ
1 2
≠ σ
2 2
σ
1 2
: varians skor kelompok eksperimen σ
2 2
: varians skor kelompok kontrol F
hitung
: = varians terbesar
varians terkecil Jika
F
hitung
F
tabel
, maka H
o
diterima Tabel 2. Faktor Perlakuan Pemanasan dan Hidrolisis Enzimatis
Faktor Kode
Aras Daya Konsentrasi Enzim
50
1. Likuifikasi :
1.75 Ug
P
5
U
1
3.5 Ug
P
5
U
3
7 Ug
P
5
U
7
2. Sakarifikasi :
0.3 Ug Dekstrozyme, 1 Ug Selulase, 1 Ug Xilanase P
5
U
1
K P
5
U
7
K 0.6 Ug Dekstrozyme, 2 Ug Selulase, 2 Ug Xilanase
P
5
U
1
P P
5
U
7
P 30
1. Likuifikasi :
1.75 Ug
P
3
U
1
3.5 Ug
P
3
U
3
7 Ug
P
3
U
7
2. Sakarifikasi :
0.3 Ug Dekstrozyme, 1 Ug Selulase, 1 Ug Xilanase P
3
U
1
K P
3
U
7
K 0.6 Ug Dekstrozyme, 2 Ug Selulase, 2 Ug Xilanase
P
3
U
1
P P
3
U
7
P Perlakuan pada pemanasan menggunakan gelombang mikro yaitu aras daya 30 P
3
dan aras daya 50 P
5
sedangkan pada tahap likuifikasi yaitu konsentrasi enzim α-amilase 1.75 Ug U
1
, 3.5 Ug U
3
, dan 7 Ug U
7
. Untuk tahap sakarifikasi, perlakuannya yaitu 0.3 Ug Dekstrozyme, 1 Ug Selulase, dan 1 Ug Xilanase K serta 0.6 Ug Dekstrozyme, 2 Ug Selulase, dan 2 Ug Xilanase P. Pembanding
perlakuan pendahuluan empulur sagu menggunakan gelombang mikro, dilakukan dengan pemanasan menggunakan otoklaf. Perbedaan aras daya dan konsentrasi enzim merupakan satu perlakuan dengan dua
kali ulangan. Perlakuan terbaik dari kombinasi perlakuan pendahuluan menggunakan gelombang mikro aras daya 30 dan 50 dan konsentrasi enzim pada hidrolisis enzimatis akan digunakan untuk produksi
bioetanol dengan menggunakan Saccharomyces elippsoides dan Pichia stipitis. S
1 2
S
2 2
IV. PEMBAHASAN