termasuk gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan. Hal ini dimaksudkan agar anggaran pendidikan digunakan sepenuhnya guna pembangunan dalam bidang
pendidikan. Namun, pada kenyataannya target ini tidak pernah tercapai. Sehingga pada tahun 2008 Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa gaji pendidik dimasukkan ke
dalam perhitungan 20. Hal ini sungguh ironis karena anggaran yang ada akan terserap untuk gaji guru sehingga anggaran untuk pembangunan pendidikan tetap tidak
meningkat. Tidak terpenuhinya anggaran pendidikan minimal 20 dari APBN dan APBD
menunjukkan tidak fokusnya pemerintah dalam usaha meningkatkan pendidikan masyarakat.
4.3. Perkembangan Kualitas Pendidikan Masyarakat Indonesia
Kualitas pendidikan masyarakat dapat dilihat dari indikator bidang pendidikan. Terdapat banyak sekali indikator bidang pendidikan yang dapat dijadikan indikasi bagi
kualitas pendidikan, diantaranya adalah angka partisipasi sekolah dan angka buta huruf. Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan
terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan
seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentase jumlah
murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia
sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta
p d f Machine
I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.
Get yours now
peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah.
Usia sekolah tersebut dibagi ke dalam usia 7 – 12 sebagai murid sekolah dasar atau yang sederajat, usia 13 – 15 sebagai murid sekolah menengah pertama atau yang
sederajat, dan usia 16 – 18 sebagai murid sekolah menengah atas atau yang sederajat. Semakin tinggi angka partisipasi sekolah mengindikasikan semakin tinggi pula kualitas
pendidikan masyarakat. Gambar 4.1 memperlihatkan angka partisipasi sekolah usia 7 – 12. Angka
partisipasi sekolah kelompok usia ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Begitupun dengan angka partisipasi sekolah usia 13 – 15 Gambar 4.2. Hanya pada
tahun 1998 tingkat sekolah usia 7 – 12 dan usia 13 – 15 mengalami penurunan. Hal ini merupakan dampak dari krisis yang terjadi, anggaran belanja menurun sehingga ini
berdampak pada penurunan anggaran untuk sektor pendidikan.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Gambar 4.1. Angka Partisipasi Sekolah Usia 7-12
p d f Machine
I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.
Get yours now
Sumber : Badan Pusat Statistik
Gambar 4.2. Angka Partisipasi Sekolah Usia 13-15
Angka partisipasi sekolah usia 16-18 cenderung berfluktuatif Gambar 4.3. Tingkat sekolah usia 16-18 tidak termasuk ke dalam Program Wajib Belajar Sembilan
Tahun sehingga partisipasi sekolah di kelompok usia sekolah ini lebih bergantung kepada masyarakat. Ada kalanya masyarakat memiliki pendapatan dan kesadaran untuk
menyekolahkan anak-anak mereka di tingkat ini, namun ada kalanya juga masyarakat tidak memiliki pendapatan yang cukup atau lebih memilih menggunakan pendapatannya
untuk keperluan lain serta tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan pentingnya pendidikan. Selain itu, masyarakat berekonomi rendah menganggap usia 16-18 sudah
cukup matang untuk bekerja untuk membantu menghasilkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan keluarga. Oleh karena itu, pemerintah dapat menambah jenjang
pendidikan sekolah gratis hingga usia 16-18 sehingga masyarakat berekonomi rendah dapat terus melanjutkan pendidikannya.
p d f Machine
I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.
Get yours now
Sumber : Badan Pusat Statistik
Gambar 4.3. Angka Partisipasi Sekolah Usia 16-18
Angka partisipasi sekolah usia 7 – 12 dan usia 13 – 15 lebih tinggi dibanding angka partisipasi sekolah usia 16 – 18. Hal ini dikarenakan adanya program sekolah
gratis pada tingkat sekolah kelompok usia tersebut. Program Wajib Belajar Sembilan Tahun yang kini menjadi Program Bantuan Operasional Sekolah BOS, pada tingkat
sekolah usia 7 – 12 diberikan bantuan sebesar Rp. 235.000,-siswasemester dan usia 13 –
15 diberikan bantuan sebesar Rp. 324.500,-siswasemester. Ditinjau dari pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan,
Indonesia menghadapi masalah serius di sektor pendidikan, terutama di tingkat pendidikan sekolah menengah pertama dan tingkat selanjutnya. Dalam kaitannya
dengan pengembangan sumber daya manusia, pendidikan sekolah menengah di Indonesia yang masih rendah akan menyebabkan angkatan kerja yang kurang
berpendidikan di masa yang akan datang. Indikator yang kedua adalah angka buta huruf. Angka ini untuk melihat
perbandingan antara jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas. Semakin rendah angka buta
huruf maka menunjukkan kualitas pendidikan masyarakat yang semakin meningkat.
p d f Machine
I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.
Get yours now
Rendahnya angka buta huruf pun menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam program pemberantasan buta huruf.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Gambar 4.4. Angka Buta Huruf
Dari Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa angka buta huruf semakin menurun, maka ini menunjukkan kualitas pendidikan masyarakat yang semakin meningkat dan
menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam program pemberantasan buta huruf. Namun, jika dibandingkan secara internasional, kemampuan membaca masyarakat
Indonesia masih di bawah rata-rata. Berdasarkan survei Programme for International Student Assessment PISA yang dilakukan oleh Organization for Economic Co-
operation and Development OECD pada tahun 2003, Indonesia memiliki angka sebesar 381,59 dari rata-rata sebesar 480,22. Finlandia menempati urutan tertinggi, yaitu
543,46. Kemudian disusul oleh Korea Selatan sebesar 534,09, Kanada sebesar 527,91, Australia sebesar 525,43, dan Tunisia sebesar 374,62. Di bawah Indonesia terdapat
Meksiko sebesar 399,72, Brazil sebesar 402,80, dan Serbia sebesar 411,74. Meskipun angka buta huruf masyarakat Indonesia cenderung semakin menurun setiap tahunnya,
namun program pemberantasan huruf masih harus terus digalakan, mengingat masih
p d f Machine
I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.
Get yours now
rendahnya kemampuan membaca masyarakat Indonesia dibandingkan dengan negara- negara lain.
Kualitas pendidikan masyarakat Indonesia cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini diindikasikan oleh meningkatnya angka partisipasi sekolah dan
menurunnya angka buta huruf. Meskipun demikian, namun disparitas kualitas pendidikan masyarakat antarwilayah masih terjadi. Hal ini dikarenakan pemerintah
belum bisa menjangkau masyarakat yang berada di pelosok desa. Masyarakat yang berada dekat dengan kota dapat mengakses pendidikan lebih mudah dibandingkan
dengan masyarakat yang tinggal jauh dari kota. Pemerintah belum banyak membangun fasilitas pendidikan di desa dikarenakan untuk membangun fasilitas pendidikan di sana
membutuhkan juga pembangunan sarana prasarana pendukung sehingga membutuhkan biaya yang besar.
4.4. Pengaruh Alokasi Anggaran Belanja Negara untuk Sektor Pendidikan