Penyimpanan Suhu Rendah TINJAUAN PUSTAKA A. Buah Salak

masa simpannya. Hastuti dan Ari 1988 melaporkan bahwa penyimpanan salak pondoh dalam bentuk tandanan pada suhu dingin 10-12°C dalam kantung plastik berlubang seluas 0.5 dan 1 dapat memperpanjang masa simpan salak pondoh masing-masing menjadi 33 hari dan 27 hari. Metabolisme jaringan yang hidup merupakan fungsi dari suhu di sekelilingnya Dwidjoseputro 1992. Suhu yang lebih rendah sangat menghambat metabolisme, sehingga sangat efektif dalam mengurangi laju respirasi. Muchtadi 1992 mengemukakan penyimpanan pada suhu rendah diperlukan untuk komoditas sayuran yang mudah rusak, karena cara ini dapat mengurangi kegiatan respirasi dan metabolisme, mengurangi laju penuaan akibat adanya pematangan, pelunakan serta tekstur dan warna dapat mengurangi kerusakan karena aktivitas mikroba. Budiastra dan Purwadaria 1993 mengemukakan tujuan penyimpanan dengan suhu rendah adalah untuk memperpanjang masa kesegaran sayuran dan buah-buahan guna menjaga kesinambungan pasokan, menciptakan stabilitas harga dan mempertahankan mutu. Dalam melaksanakan penyimpanan pada suhu dingin perlu dilakukan pada suhu yang tepat karena ada kemungkinan terjadinya kerusakan kommoditi akibat suhu dingin chilling injury.

III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian TPPHP, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Mikrobiologi di Pusat Antar Universitas PAU Pangan dan Gizi - IPB. Sebelumnya dilakukan penelitian lapangan pada perkebunan salak di daerah Turi Sleman - Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk menentukan sampel yang akan digunakan yang dapat mewakili populasi salak pondoh hitam yang ada. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, dari Februari 2010 sampai dengan Mei 2010.

B. Bahan dan Alat

Bahan utama yang dipergunakan adalah buah salak kultivar pondoh jenis hitam yang diperoleh dari perkebunan rakyat di daerah Turi - Sleman, Yogyakarta, Aloe vera dan gas O 2 , CO 2 , N 2 . Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Gas Analyzer Shimadzu untuk mengukur konsentrasi gas O 2 - CO 2 , Rheometer untuk mengukur kekerasan, Refraktometer untuk mengukur total padatan terlarut, wadah berupa stoples untuk penyimpanan salak pondoh segar, ruang pendingin, mikroskop serta alat penunjang penelitian lainnya.

C. Metode Penelitian

Penelitian terdiri atas dua tahap yaitu tahap identifikasi jenis kapang pada busuk buah pada salak pondoh dan tahap aplikasi perlakuan pelapisan buah dan suhu penyimpanan salak pondoh. Sampel salak yang digunakan diambil dari setiap tahapan pasca panen yang biasa dilakukan oleh petani, yaitu pemanenan dengan menyertakan tandan, sortasi dan pembersihan, penyimpanan sebelum ditransportasikan penyimpanan sela di petani pengumpul sekitar 2 hari dan transportasi 1 hari. Pada setiap tahapan pasca penen, diambil sampel salak untuk kemudian diidentifikasi untuk mengetahui jenis kapang. Hasil identifikasi tersebut kemudian dikaji upaya penanganannya untuk mencegah kemungkinan berkembangnya penyakit. Secara garis besar penelitian ini dibagi dalam 2 tahap, yaitu: Tahap 1 : Identifikasi Penyakit Pascapanen Pada Busuk Buah Pada Salak Pondoh Isolasi dan identifikasi kapang. Isolasi dilakukan dengan teknik direct plating Fardiaz 1992; Hocking Pitt 1979, yaitu dengan meletakkan satu potongan kecil 10 gram sampel buah salak pondoh di atas permukaan medium potato dextrosa agar PDA yang telah ditambah tetrasiklin 500 mgl dalam cawan petri. Isolat-isolat kapang kemudian ditumbuhkan pada media identifikasi PDA, kemudian diinkubasi selama tujuh hari pada suhu 30 o C. Observasi dilakukan dengan mengamati koloni berdasarkan bentuk, tekstur dan warna, serta mengamati struktur reproduksi secara mikroskopis. Hasil pengamatan difoto atau digambar tangan, lalu diidentifikasi dengan buku-buku identifikasi dari Pitt dan Hocking 1979 dan Fardiaz 1992. Hasil identifikasi dapat dijadikan sebagai acuan pengambilan keputusan tindakan aplikasi yang akan dilakukan dalam penanganan pascapanen salak pondoh segar terhadap pengendalian pertumbuhan cendawan Gambar 2