Permasalahan Tujuan Manfaat Kelapa Sawit Sekilas Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia

lemak bebas pada CPO. Kadar air yang tinggi juga dapat menyebabkan asam lemak bebas semakin tinggi karena akan membantu terjadi proses hidrolisa. Kadar kotoran adalah bahan-bahan atau senyawa yang terdapat dalam minyak yang tidak dapat larut atau sukar larut dalam minyak dalam ukuran yang sangat kecil dan sulit untuk disaring, sehingga sebelum minyak di masukkan ke dalam storage tank harus terlebih dahulu di setrifugasi. Kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada minyak sawit dalam storage tank sebelum dipasarkan harus dianalisa terlebih dahulu apakah sesuai dengan standar Nasional. Sehingga ketika penjualan CPO tersebut tidak ada pembelian CPO yang tidak jadi dibeli oleh konsumen yang datang ke pabrik tersebut. Maka atas dasar inilah penulis ingin membuat karya ilmiah berjudul “Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air, dan Kadar Kotoran pada Tanki Penimbunan Crude Palm Oil CPO di PT. Eastern Sumatra Indonesia Bukit Maradja Palm Oil Mill”

1.2 Permasalahan

Bagaimana cara penentuan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada tanki penimbunan CPO

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penentukan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO di storage tank Universitas Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui hubungan antara kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO di storage tank 3. Untuk mengetahui besarnya kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO di storage tank

1.4 Manfaat

1. Meningkatkan pencapaian sasaran mutu produk yang terbaik 2. Menerapkan teori dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya selama kuliah untuk proses produksi dalam skala besar 3. Mencari solusi untuk memperlambat kenaikan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada CPO Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit elaeis guinensis jack berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meksipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak dikemukakan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar lebih tinggi. Bagi Indonesia tanaman kelapa sawit memiliki arti penting dalam pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.

2.2 Sekilas Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit pertama kali dikenalkan di Indonesia oleh pemerintah koloni Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang kelapa sawit yang di bawa dari Mauritius, Afrika Timur dan Amsterdam, Eropa dan ditanam di Kebun Raya Bogor, Propinsi Jawa Barat. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911. Perintis usaha kelapa sawit di Indonesia adalah Universitas Sumatera Utara Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikitu oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera Deli dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Lahan perkebbunan mengalami penyusutan sebesar 16 dari luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit Indonesia pun hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948- 1949. Padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit. Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan a lasan politik dan keamanan. Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer di setiap jenjang manajemen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk BUMIL buruh militer yang merupakan wadah kerjasama antara buruh perkebunan dengan militer. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi Universitas Sumatera Utara sosial politik serta keamanan dalam negri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami penurunan. Pada periode tersebut posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia. Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor hasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan PIR-bun. Dalam pelaksanaannya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat di sekitarnya yang menjadi plasma. Perkebangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu PIT-Transmigrasi sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil menambah luas lahan dan produksi lahan kelapa sawit. Pada tahu 1990-an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta hektar yang terasebar di berbagai sentra produksi, seperti Sumater dan Kalimantan. Fauzi,Y dkk. 2002 Produksi minyak kelapa sawit masih memegang peranan penting dalam kontribusi minyak nabati dunia. Data Oil World Report tahun 1994 menunjukkan bahwa untuk periode 1998-2001 memiliki kontribusi besar 27,8 persen terhadap minyak nabati dunia, di susul minyak kedelai sebesar 23,8 persen, minyak rape greed sebesar 14,3 persen dan minyak kelapa sebesar 3,4 persen. Pada periode 2003-2007 Universitas Sumatera Utara kontribusi minyak sawit naik menjadi 30,1 persen dan periode 2007-2012 naik tipis menjadi sebesar 30,18 persen. Setiap tahun diperkirakan produksi minyak sawit dunia meningkat rata-rata 6,5 persen, dengan menempatkan Malaysia sebagai kontributor terbesar. Namun, selisih ini sepanjang tahun semakin mengecil, seiring dipacunya sektor perkebunan besar di Indonesia dengan investasi besar-besaran baik PMDN maupun PMA. Ditambah lagi dengan politik konversi hutan Indonesia untuk penyediaan areal perkebunan besar dan pemberian kemudahan dari pemerintah kepada investor besar. Hakim, A.B. 1999

2.3 Klasifikasi Botani Kelapa Sawit