PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS, LOCUS OF CONTROL, DAN SELF EFFICACY TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR (Studi pada Auditor KAP se Jateng & DIY)
commit to user
PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS,
LOCUS OF CONTROL,
DAN
SELF EFFICACY
TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR
(Studi pada Auditor KAP se-Jateng & DIY)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
SRI HARYANTI
NIM : F1306526
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
(3)
commit to user
(4)
commit to user
iv
MOTTO
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dar i suatu ur usan, ker jakanlah dengan sungguh-sungguh ur usan yang lain dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu ber har ap.” (Qs. Al I nsyir ah : 6-8)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mer ubah nasib manusia SEBELUM mer eka mer ubah apa yang ada pada dir inya”.
(5)
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk :
©
Allah SWT
Alhamdulillah ucapkan syukur Pada-Mu Ya Allah yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya.
©
Bapak dan Ibuku Tercinta
Terima kasih atas segala doa, kasih sayang, perhatian dan
perjuangan yang telah diberikan kepada penulis.
©
My True Love, “Guruh Dian Asmara”
Suport, perhatian, kebersamaan, kasih sayang, kesabaran
dan semua yang diberikan selama ini untukku terutama
bantuannya mencarikan artikel tentunya! Thank’s a lot
pach, always together 4ever.
©
My Beloved Baby “Ganendra Wastu Bekti Asmara”
Sumber inspirasi terbesarku. Maafkan bunda sedikit
mengabaikanmu.
©
Adik-adik ku (Yuli, Mei, Anie).
Yuli, belajarlah dari pengalaman, jangan patah semangat
terus berusaha menjadi orang yang utama. Mei ‘ n Anie,
Terima kasih dah bantuin jaga dedek, teruslah belajar dan
buat bapak ‘n ibu bangga, jangan pernah kecewakan
mereka .
(6)
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kompleksitas Tugas,
Locus Of
Control
, dan
Self Efficacy
Terhadap Kepuasan Kerja Auditor (Studi pada Auditor
KAP se-Jateng & DIY)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, karena keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki.
Walaupun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar inti dari
pembahasan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan bantuan dari semua
pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang membantu hingga terselesaikannya skripsi ini sebagai berikut.
1.
Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Dra. Palikhatun, M.Si., Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi untuk
Swadana dan Transfer Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4.
Christiyaningsih Budiwati, S.E., M.Si., Ak. selaku pembimbing skripsi,
trimakasih banyak atas bimbingan, motivasi, kepercayaan, kesabaran,
kemudahan dan saran yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.
(7)
commit to user
vii
5.
Subekti Djamaludin, Drs., M.Si., Ak. selaku pembimbing akademik.
6.
Pak Partoyo, Pak Tofik dan Pak Timin, trimakasih banyak atas solusinya, dan
maaf selalu merepotkan.
7.
Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta atas pelayanan yang telah diberikan.
8.
Orang tua, suami dan saudara-saudaraku yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi dalam hidupku.
9.
Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan keceriaan dalam
hidupku.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhir kata dengan menyadari segala kekurangan dan keterbatasan yang
ada, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, April 2011
(8)
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRACK ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A.
Latar Belakang Masalah ... 1
B.
Perumusan Masalah... 5
C.
Tujuan Penelitian... 5
D.
Manfaat Penelitian... 6
E.
Sistematika Penulisan... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ... 8
A.
Telaah Pustaka ... 8
(9)
commit to user
ix
2.
Kompleksitas Tugas ... 16
3.
Locus Of Control
... 19
4.
Self Efficacy
... 21
B.
Review Penelitian-penelitian Terdahulu ... 29
C.
Pengembangan Hipotesis ... 31
D.
Kerangka Teoritis ... 34
BAB III. METODE PENELITIAN ... 35
A.
Desain Penelitian ... 35
B.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36
C.
Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 37
D.
Sumber Data ... 40
E.
Metode Pengumpulan Data ... 40
F.
Metode Analisis Data ... 41
I.
Uji Instrumen ... 41
II.
Uji Asumsi Klasik ... 43
III.
Teknik Pengujian Hipotesis ... 45
IV.
Analisis Statistik ... 47
BAB IV. ANALISIS DATA ... 48
A.
Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 48
B.
Pelaksanaan Penelitian ... 50
C.
Deskripsi Responden ... 55
D.
Pengujian Instrumen ... 56
(10)
commit to user
x
2.
Uji Reliabilitas ... 59
E.
Pengujian Asumsi Klasik ... 60
1.
Uji Normalitas ... 60
2.
Uji Heterokedastisitas ... 62
3.
Uji Multikolinearitas ... 63
4.
Uji Autokorelasi ... 64
F.
Pengujian Hipotesis ... 65
1.
Hasil Uji t ... 65
2.
Hasil Uji F ... 67
3.
Pengujian Hipotesis ... 68
G.
Pembahasan ... 69
BAB V. PENUTUP ... 74
A.
Kesimpulan ... 74
B.
Keterbatasan ... 74
C.
Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(11)
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian
Lampiran 2 Hasil Uji Instrumen
Lampiran 3 Hasil Uji Asumsi Klasik
(12)
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel IV. 1 Daftar Kantor Akuntan Publik ... 52
Tabel IV. 2 Distribusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 53
Tabel IV. 3 Rincian Data Kuesioner ... 54
Tabel IV. 4 Jenis Kelamin Responden ... 55
Tabel IV. 5 Tingkat Pendidikan Responden ... 55
Tabel IV. 6 Pengalaman Kerja Responden ... 56
Tabel IV. 7 Uji Validitas Kompleksitas Tugas ... 57
Tabel IV. 8 Uji Validitas
Locus of Control
... 58
Tabel IV. 9 Uji Validitas
Self Efficacy
... 58
Tabel IV. 10 Uji Validitas Kepuasan Kerja ... 59
Tabel IV. 11 Uji Reliabilitas ... 60
Tabel IV. 12 Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov
... 61
Tabel IV. 13 Uji Heterokedastisitas ... 62
Tabel IV. 14 Uji Multikolinearitas ... 64
Tabel IV. 15 Uji Autokorelasi
Durbin-Watson
... 65
Tabel IV. 16 Hasil Uji t ... 66
Tabel IV. 17 Hasil Uji F ... 67
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II. I
Reward Performance Model of Motivation
... 14
Gambar II. II Penerapan
Self Efficacy
di Tempat Kerja
... 27
Gambar IV. I Uji Normalitas P-P Plot
... 61
(14)
commit to user
xiv
ABSTRACK
PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS,
LOCUS OF CONTROL
DAN
SELF EFFICACY
TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR
(Studi pada Auditor KAP se-Jateng & DIY)
Sri Haryanti
NIM : F1306526
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompleksitas
tugas,
locus of control,
dan
self efficacy
terhadap kepuasan kerja. Penelitian ini
dimotivasi oleh fakta bahwa kepuasan kerja merupakan faktor kritis untuk dapat
tetap mempertahankan individu berkualifikasi baik. Dihubungkan dengan auditor
kepuasan kerja akan berdampak pada kualitas
audit judgement
yang tertuang
dalam laporan audit.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
simple random
sampling
, dan data penelitian adalah data primer yang diperoleh dari penyebaran
kuesioner baik secara langsung maupun dengan metode
mail survey
di beberapa
KAP yang alamatnya ditulis oleh Direktori Kantor Akuntan Publik yang dirilis
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Respondennya adalah auditor yunior di
Semarang, Purwokerto, Yogyakarta, dan Surakarta. Auditor Yunior yang
berpartisipasi dalam penelitian ini sejumlah 66 orang dari 14 Kantor Akuntan
Publik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial
kompleksitas tugas,
internal locus of control
dan
self efficacy
berpengaruh positif
dan sigfikan terhadap kepuasan kerja. Hasil uji secara simultan juga menunjukkan
bahwa kompleksitas tugas,
internal locus of control
dan
self efficacy
berpengaruh
positif dan sigfikan terhadap kepuasan kerja. Nilai pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen yaitu kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah
sebesar 56,7%, sisanya sebesar 43,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
penelitian ini.
Kata kunci : Kompleksitas tugas,
locus of control, self efficacy
, dan kepuasan
kerja
(15)
commit to user
xv
ABSTRACK
THE INFLUENCE OF TAX COMPLEXITY,
LOCUS OF CONTROL, AND SELF EFFICACY
TO AUDITOR JOB SATISFACTION
(Study in Auditors KAP Jateng & DIY)
Sri Haryanti
NIM : F1306526
This research aims to examine the influence of tax complexity,
locus of control, and self efficacy to job satisfaction. This research is motivated by
the fact that job satisfaction is critical factor to remain maintainingin individual
in good qualification. Connected with auditor, job satisfaction will affect to audit
judgement quality which decanted in audit report.
The sampling technique applied is simple random sampling, and
research data is primary data collected by sending questionaire directly and by
mail survey methode in vacarious KAP which addres written by Direktory Kantor
Akuntan Publik released by Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). The respondent is
junior auditor in Semarang, Purwokerto, Yogyakarta, dan Surakarta. Amount of
junior auditor who participating in this research is 66 people of 14 Public
accountant Office.
The result of this research shows that by parcial tax complexity,
internal locus of control, and self efficacy have positive and significant influence
to job satisfaction. Test result by simultant show that tax complexity, internal
locus of control, and self efficacy have positive and significant influence to job
satisfaction also. Influence value of independent variable to dependent variable
that is job satisfaction in this research is 56,7%, and the rest 43,3% influencing
by other variable outside model on this research.
Keywords
: Tax complexity, Locus Of Control, Self Efficacy, and Job
Satisfaction.
(16)
commit to user
(17)
commit to user
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Jasa audit terhadap laporan keuangan merupakan jasa yang paling dikenal dibanding jasa lainnya. Jasa ini merupakan jasa yang sering digunakan oleh pihak luar perusahaan seperti calon investor, investor, atau kreditur.
Terutama bagi perusahaan yang sudah go public, yang harus
mempertanggungjawabkan hasil operasi perusahaan kepada pihak yang berkepentingan, tidak saja hanya pada pihak intern perusahaan yaitu manajemen yang menggunakan informasi keuangan untuk penilaian operasi perusahaan, yang kemudian digunakan dalam pengambilan keputusan dalam upaya peningkatan efektifitas perusahaan, tetapi juga kepada para pihak ekstern diantaranya adalah para pemegang saham, maupun calon investor dan kreditur, untuk menilai operasi perusahaan guna pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan perusahaan tersebut, sehubungan dengan keputusan investasi.
Dalam hal ini akuntan publik berfungsi sebagai pihak ketiga yang menghubungkan manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan yang berkepentingan, untuk memberikan penilaian dan bertanggungjawab atas kewajaran laporan keuangan, agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan kepada masyarakat yang memakainya. Masyarakat
(18)
commit to user
xviii
dan Pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute insurance) mengenai hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor (Efendi dan Sujiono, 2004 dalam Fahalina, 2007).
Seorang auditor dalam melakukan tugasnya membuat audit judgement
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat teknis ataupun non teknis. Aspek perilaku individu sebagai salah satu faktor yang banyak mempengaruhi pembuatan
audit judgement, sekarang ini semakin banyak menerima perhatian dari para praktisi
akuntansi ataupun dari akademisi. Namun demikian meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan penelitian di bidang akuntansi perilaku dimana dalam banyak penelitian tidak menjadi fokus utama.
Mengingat begitu pentingnya laporan auditor dan para pelaku audit adalah individu ataupun sekelompok individu yang tergabung dalam suatu tim, tentunya terdapat faktor-faktor penentu yang akan mempengaruhi kinerjanya yaitu pemberian judgement dalam laporan auditor, diantaranya adalah kepuasan kerja auditor.
Kepuasan kerja merupakan faktor kritis untuk dapat tetap mempertahankan individu berkualifikasi baik. Aspek-aspek spesifik yang berhubungan dengan kepuasan kerja yaitu kepuasan yang berhubungan dengan gaji, keuntungan, promosi, kondisi kerja, supervisi, praktek organisasi dan hubungan dengan rekan kerja (Misener et al, 1996 dalam Engko dan Gudono, 2007).
(19)
commit to user
xix
Dan peneliti menganggap adanya indikator-indikator lain sebagai penentu kepuasan kerja yang dipandang sebagai prediktor penting dalam laporan audit, diantaranya adalah kompleksitas tugas, locus of control dan self efficacy.
Tiga aspek utama dari tugas yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain : kompleksitas tugas, tingkat ketegangan fisik dan kehati-hatian dalam bekerja, ketika suatu pekerjaan dilakukan dan nilai seorang karyawan diletakkan pada suatu tugas maka terdapat pengaruh yang kuat dan postif antara kompleksitas tugas dan kepuasan kerja (www.lcsc.edu.com).
Self efficacy sebagai suatu kepercayaan akan adanya kemampuan
seseorang untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif (cognitive
resources), dan tindakan-tindakan yang diperlukan atas situasi-situasi yang
dihadapi. Individu dengan tingkat self efficacy yang tinggi cenderung untuk tidak mudah menyerah, lebih sedikit mengalami keraguan pada diri sendiri, dan menyenangi aktivitas baru yang menantang (Wood dan Bandura, 1989 dalam Engko dan Gudono, 2007). Dalam salah satu hasil pengujian hipotesis penelitian Engko (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara Self Efficacy
dengan kepuasan kerja, yang kemudian digunakan sebagai variabel intervening terhadap kinerja individual yang juga menunjukkan hubungan positif.
Melanjutkan penelitian terdahulu, Engko dan Gudono (2007), menguji pengaruh kompleksitas tugas dan Locus of Control terhadap hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja auditor. Dalam penelitian ini dikemukakan 4 hasil penelitian seperti dibawah ini.
(20)
commit to user
xx
1. Kompleksitas tugas tidak dapat memoderasi hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja. Dalam lingkungan akuntan publik, ketika auditor yunior menghadapi kompleksitas tugas yang tinggi, gaya kepemimpinan direktif dianggap berlebihan karena sebelum melakukan penugasan audit, auditor yunior sudah diberikan pelatihan atau training
sehingga tingkat pemahaman atas struktur tugasnya sudah jelas, tujuannya jelas serta cara penyelesaian tugasnya juga jelas. Dengan demikian, jika diterapkan gaya kepemimpinan direktif dapat menurunkan kepuasan kerja auditor yunior.
2. K
ompleksitas
tugas
dapat
memoderasi
hubungan
antara
gaya
kepemimpinan suportif dan kepuasan kerja
.3. Untuk hasil analisis 3 dan 4, bahwa locus of control tidak dapat memoderasi hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja.
Judge dan Bono (2001) mengemukakan bahwa secara umum
self
efficacy, self esteem, internal locus of control
dan kestabilan emosi pribadi
memiliki pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja.
Melengkapi dan memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan faktor situasional kompleksitas tugas dan internal locus of control
dan self efficacy dihubungkan dengan gaya kepemimpinan, kinerja individual
maupun kepuasan kerja, mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel kontinjensi kompleksitas tugas, internal locus of control dan self efficacy
dapat mempengaruhi kepuasan kerja auditor sebagai variabel independen.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah :
(21)
commit to user
xxi
1.
dalam penelitian ini peneliti menggabungkan variabel-variabel dalam penelitian sebelumnya yaitu menggunakan variabel kompleksitas tugas,internal locus of control dan self efficacy terhadap kepuasan kerja auditor,
2.
sampel yang peneliti gunakan lain dengan sampel-sampel pada penelitian sebelumnya yaitu peneliti memilih sampel auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) se-Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan Masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat
pertanyan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicari jalan
keluarnya. Perumusan masalah juga menunjukkan penjabaran dari identifikasi
dan pembahasan atau ruang lingkup masalah (Sekaran, 2006).
Adapun perumusan masalah yang timbul berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.1.
Apakah ada pengaruh kompleksitas tugas terhadap kepuasan kerja ?2.
Apakah ada pengaruh internal locus of control terhadap kepuasan kerja ?3.
Apakah ada pengaruh Self Effiicacy terhadap kepuasan kerja ?C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari riset adalah apa yang ingin dicapai dengan melakukan penelitiannya, secara umum, tujuan dari riset adalah untuk mencapai sasaran dari isu riset (Jogiyanto, 2004). Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.
(22)
commit to user
xxii
1. Untuk mencari bukti empiris tentang pengaruh kompleksitas tugas terhadap kepuasan kerja.
2. Untuk mencari bukti empiris tentang pengaruh internal locus of control terhadap kepuasan kerja.
3. Untuk mencari bukti empiris tentang pengaruh Self Efficacy terhadap kepuasan kerja.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti, yaitu memberikan pengetahuan dan tambahan pengalaman tentang penelitian literatur yang belum pernah peneliti lakukan sebelumnya serta melengkapi penelitian sebelumnya.
2. Bagi akademisi, yaitu memberikan kontribusi pengembangan literatur auditing, selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan medorong dilakukannya penelitian-penelitian auditing lainnya. Serta hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan referensi bagi penelitian berikutnya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(23)
commit to user
xxiii
Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab II menjelaskan mengenai tinjauan teoritis, literatur-literatur yang mendukung topik penelitian, dan pengembangan hipotesis, yaitu teori yang berkaitan dengan kepuasan kerja, kompleksitas tugas, locus of
control, dan self efficacy. Serta kerangka teoritis mengenai penelitian
yang dilakukan dan hipotesis yang diajukan.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjabarkan metode penelitian yang digunakan, berisi
desain penelitian, populasi, teknik sampling, sampel data, pengukuran variabel penelitian dan desain uji hipotesis.
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini mengenai pelaksanaan dan analisis hasil penelitian. Didalamnya dibahas tentang pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data, tabulasi dan pengujian instrument data, serta analisis dan pengujian hipotesis.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengujian, keterbatasan yang muncul dalam penelitian ini, dan beberapa saran
(24)
commit to user
xxiv
untuk penelitian selanjutnya, untuk menyempurnakan hasil keterbatasan penelitian.
(25)
commit to user
xxv
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
1.
Kepuasan Kerja1)
Pengertian Kepuasan KerjaAktivitas hidup manusia beraneka ragam dan salah satu bentuk dari segala aktivitas yang ada adalah bekerja. Sebelum masuk kedalam bahasan kepuasan kerja maka terlebih dahulu akan melihat pengertian mengenai kerja, dalam kamus bahasa indonesia (1995;117) kerja diartikan sebagai perbuatan melakukan sesuatu.
Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun perusahaan maka hasil kerja yang ia selesaikan akan mempengaruhi terhadap tingkat produktivitas organisasi, oleh karena itu, pandangan dan juga perasaan individu terhadap pekerjaannya harus tetap terjaga pada sisi positif dari pekerjannya dengan kata lain individu tersebut harus memiliki dan menjaga kepuasan kerjanya agar produktivitasnya dapat terus ditingkatkan.
Adapun pengertian kepuasan kerja (job satisfaction) menurut Handoko (1991;193) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya yang tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala
(26)
commit to user
xxvi
sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Menurut Mathis dan Jackson (2000;98) kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja juga tergantung pada hasil intrinsik, ekstrinsik, dan persepsi pemegang kerja pada pekerjaannya, sehingga kepuasan kerja adalah tingkat di mana seseorang merasa positif atau negatif tentang berbagai segi dari pekerjaan, tempat kerja, dan hubungan dengan teman kerja (Gibson, Ivancevic dan Donely, 1996).
Menurut Noe, Beck, Gerhart dan Wright (2007;341) kepuasan kerja adalah a pleasant feeling resulting from the perception that one’s job fulfills or
allows for the fulfillment of one’s important job values atau suatu perasaan
yang menyenangkan yang dihasilkan dari persepsi bahwa suatu pekerjaan telah terpenuhi atau diijinkan menyelesaikan salah satu pekerjaan yang bernilai penting.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan yang sekiranya sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Jadi secara garis besar kepuasan kerja dapat diartikan sebagai hal yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan dari sisi pegawai memandang pekerjannya.
Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah 8
(27)
commit to user
xxvii
mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi, dampaknya menjadikan karyawan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah, bosan, emosinya tidak stabil, sering absen, dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan, sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan, dan kadang-kadang berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. (Handoko, 1991;196).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan atau sikap seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukannya, yang dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal.
2)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerjaTidak ada rumusan sederhana untuk memperkirakan kepuasan tenaga kerja, faktor kritisnya adalah apa yang diharapkan tenaga kerja dari pekerjaannya dan apa yang mereka terima sebagai penghargaan dari pekerjaan mereka (Mathis dan Jackson, 2000;98).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor intrinsik atau faktor yang berasal dari dalam diri karyawan itu sendiri seperti harapan dan kebutuhan individu tersebut dan yang kedua adalah faktor ekstrinsik, faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar diri karyawan antara lain kebijakan
(28)
commit to user
xxviii
perusahaan, kondisi fisik lingkungan kerja, interaksi dengan karyawan lain, sistem penggajian, dan sebagainya.
Secara teoritis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, seperti gaya kepemimpinan, perilaku, locus of
control, pemenuhan harapan penggajian, dan efektivitas kerja. Faktor-faktor
yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang pegawai menurut Job Descriptive Index (JDI) antara lain :
a.
bekerja pada tempat yang tepat,b.
pembayaran yang sesuai,c.
organisasi dan manajemen,d.
supervisi pada pekerjaan yang tepat,e.
orang yang berada dalam pekerjaan yang tepat.Menurut Robbins (2003) dalam Askolani ada empat faktor yang kondusif bagi tingkat kepuasan kerja karyawan yang tinggi, yaitu seperti dibawah ini.
a. Pekerjaan yang secara mental menantang.
Orang lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka peluang untuk menggunakan ketrampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan satu varietas tugas, kebebasan dan umpan balik tentang seberapa baiknya mereka melakukan itu. Karakteristik-karakteristik ini membuat pekerjaan menjadi menantang secara mental.
(29)
commit to user
xxix
Karyawan menginginkan sistem panggajian yang mereka anggap tidak ambigu, dan sejalan dengan harapan mereka. A p a b ila pembayaran itu kelihatan adil berdasarkan pada permintaan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pembayaran masyarakat, kepuasan mungkin dihasilkan.
c. Kondisi lingkungan kerja yang mendukung.
Karyawan merasa prihatin dengan kondisi lingkungan kerja mereka jika menyangkut masalah kenyamanan pribadi maupun masalah kemudahan untuk dapat bekerja dengan baik. Banyak studi yang menunjukan bahwa para karyawan lebih menyukai lingkungan fisik yang tidak berbahaya atau yang nyaman. Selain itu kebanyakan karyawan lebih suka bekerja tidak jauh dari rumah, dalam fasilitas yang bersih dan relatif modern, dengan alat dan perlengkapan yang memadai.
d. R ekan kerja yang suportif.
Dengan bekerja orang mendapatkan lebih dari sekedar uang atau prestasi- prestasi yang berwujud, bagi sebagian karyawan, kerja juga dapat mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidak heran jika seorang karyawan memiliki rekan kerja yang suportif dan bersahabat dapat meningkatkan kepuasan kerja mereka.
Perilaku dari bos seseorang juga merupakan salah satu penentu utama kepuasan. Studi-studi umumnya menemukan bahwa kepuasan kerja dapat ditingkatkan bila penyelia langsung memahami dan secara bersahabat,
(30)
commit to user
xxx
memberikan pujian atas kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukan minat pribadi terhadap mereka. Hal tersebut dibenarkan oleh Malayu S.P. Hasibuan (2004) dalam Askolani, yang menyebutkan kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini.
a.
B alas jasa yang layak dan adil.b.
Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian.c.
Berat-ringannya pekerjaan.d.
Suasana dan lingkungan pekerjaan.e.
Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.f.
Sikap pemimpin dalam kepemimpinannya.g.
Sifat pekerjaan monoton atau tidak.Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja dirumuskan sebagai respons umum pekerja y a i t u berupa perilaku yang ditampilkan oleh karyawan sebagai hasil persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Seorang pekerja yang masuk dan bergabung dalam suatu organisasi/ institusi/ perusahaan mempunyai seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat dan pengalaman masa lalu yang menyatu dan membentuk suatu harapan yang diharapkan dapat dipenuhi di tempatnya bekerja. Kepuasan kerja akan didapat apabila ada kesesuaian antara harapan pekerja dengan kenyataan yang ditemui dan didapatkannya dari tempatnya bekerja.
3)
Pengukuran Kepuasan Kerja(31)
commit to user
xxxi
individu karyawan berbeda standar kepuasannya, indikator untuk mengukurnya pun dapat berbeda-beda tergantung pada perusahaan/ organisasi yang menetapkannya.
Kepuasan kerja adalah bagaimana orang merasakan pekerjaan dan aspek-aspeknya. Ada beberapa alasan mengapa perusahaan harus benar-benar memperhatikan kepuasan kerja, yang dapat dikategorikan sesuai dengan fokus karyawan atau perusahaan, yaitu sebagai berikut.
a.
Manusia berhak diberlakukan dengan adil dan hormat, pandangan ini menurut perspektif kemanusiaan. Kepuasan kerja merupakan perluasan refleksi perlakuan yang baik. Penting juga memperhatikan indikator emosional atau kesehatan psikologis.b.
Perspektif kemanfaatan, bahwa kepuasan kerja dapat menciptakan perilaku yang mempengaruhi fungsi-fungsi perusahaan. Perbedaan kepuasan kerja antara unit-unit organisasi dapat mendiagnosis potensi persoalan.Selain hal dia atas, faktor-faktor berikut ini yang mempengaruhi kepuasan karyawan dalam bekerja, yaitu dapat kita lihat dalam gambar 2.1.
Gambar II.I
Reward Performance Model of Motivation
Satisfaction
Performance Inner Self Drives Job Itself & Team
Self Image &Estem External
Self Expectation
Internal Employee
(32)
commit to user
xxxii
Sumber : Veithzal Rivai (2004) dalam Askolani
Dari gambar tersebut, probabilitas keberhasilan pelaksanaan dipandang oleh seseorang dalam berbagai cara. Sebagai seorang yang akan melakukan kagiatan, para karyawan tersebut akan menilai kemampuannya, baik pengetahuan maupun keterampilan, untuk memperkenalkan apakah ia akan mampu menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik atau tidak, sehingga bisa memperoleh imbalan yang diinginkan.
Menurut Robbins (2003) dalam Askolani ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan kerja karyawan, yaitu sebagai berikut.
a. Angka-nilai global tunggal (single global rating)
Metode angka-nilai global tunggal (single global rating) tidak lebih dari meminta individu-individu untuk menjawab satu pertanyaan, seperti misalnya “Bila semua hal dipertimbangkan, seberapa puaskah anda dengan pekerjaan anda?”. Kemudian responden menjawab dengan melingkari suatu bilangan antara 1-5 yang berpadanan dengan jawaban dari “Sangat Dipuaskan” sampai “Sangat Tidak Dipuaskan”.
(33)
commit to user
xxxiii a. Skor Penjumlahan (summation score)
Metode ini mengenali unsur-unsur utama dalam suatu pekerjaan dan menanyakan perasaan karyawan mengenai tiap unsur. Faktor-faktor yang lazim akan dicakup adalah sifat dasar pekerjaan, penyeliaan, upah sekarang, kesempatan promosi dan hubungan dengan rekan sekerja. Faktor-faktor ini dinilai pada suatu skala baku dan kemudian dijumlahkan untuk menciptakan skor kepuasan kerja keseluruhan.
4)
Tindakan Karyawan Mengungkapkan KetidakpuasanKetidakpuasan karyawan dapat diungkapkan dengan sejumlah cara. Misalnya, daripada berhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak patuh, mencuri milik organisasi, atau mengelakan sebagian dari tanggung jawab kerja mereka. Berikut ini adalah contoh respon yang biasa diungkapkan karyawan jika mereka merasa tidak puas menurut Robbins (2003) dalam Askolani.
a. Exit, perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi, mencakup pencarian suatu posisi baru maupun meminta berhenti.
b. Suara (Voice), dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi. Mencakup saran perbaikan, membahas problem-problem dengan atasan, dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh.
c. Kesetiaan (Loyality), pasif tetapi optimistis menunggu membaiknya kondisi. Mencakup berbicara membela organisasi, menghadapi kritik luar dan mempercayai organisasi dan manajemennya untuk melakukan hal yang tepat.
(34)
commit to user
xxxiv
termasuk kemangkiran atau datang terlambat secara kronis, upaya yang dikurangi, dan tingkat kekeliruan yang meningkat.
2.
Kompleksitas Tugas1)
Pengertian Kompleksitas TugasKompleksitas berasal dari kata complex yang berarti terdiri dari bagian-bagian yang banyak dan saling terkait satu sama lain dengan struktur yang tidak sederhana (Rapina, 2007). Kompleksitas tugas merupakan persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain (Pramesthi, 2010). Engko dan Gudono (2007) mendefinisikan kompleksitas tugas sebagai tugas yang kompleks, terdiri atas bagian-bagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain
Sedangkan Gupta (1999) dalam Rapina (2007) mendefinisikan kompleksitas tugas dengan mengacu pada teknologi tugas perrow. Teknologi tugas digambarkan dalam dua dimensi yaitu ketidakpastian tugas dan interdepandensi tugas. Ketidakpastian tugas terdiri atas dua tingkat dimana anggota-anggota tim merasa tugas-tugas mereka menjadi familiar atau tidak
familiar, similar atau tidak similar dengan tugas lain, rutin atau tidak rutin, dan
sering atau tidak sering. Kesulitan tugas mengacu pada kompleksitas dan kemampuan untuk dianalisa dan tingkat dimana prosedur operasi standar telah dikembangkan.
Kompleksitas tugas penting untuk dipertimbangkan karena auditor tidak terhindar dari tugas-tugas dengan tingkat kompleksitas yang tidak sama, dalam
(35)
commit to user
xxxv
pelaksanaan tugasnya yang kompleks, auditor yunior sebagai anggota pada suatu tim audit memerlukan keahlian, kemampuan dan tingkat kesabaran yang tinggi. Penting bagi auditor untuk mengetahui cara memastikan bahwa tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan secara memuaskan.
Jika suatu tugas sudah dipahami dengan baik sebelum melaksanakannnya, maka banyak hal yang dapat direncanakan terlebih dahulu dengan baik. Jika tugas belum dipahami, maka selama eksekusi tugas tersebut dibutuhkan lebih banyak pengetahuan yang dapat mengubah pengalokasian sumber daya, penjadwalan, dan prioritas dalam melaksanakan tugas.
Menurut Bonner (1994) dalam Rapina (2007) terdapat tiga alasan mengapa kompleksitas tugas perlu diperiksa pada situasi audit yaitu :
a.
kompleksitas tugas mungkin berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor,b.
memberikan bantuan dalam pengambilan keputusan dan teknik pelatihan yang saat ini mungkin diperbaiki jika peneliti memahami tugas audit yang berbeda-beda,c.
memahami kompleksitas tugas membantu manajemen KAP menemukan kesesuaian antara tugas audit dan staf audit.2)
Ciri-ciri Kompleksitas TugasKompleksitas tugas terdiri atas dua aspek yaitu kesulitan tugas dan struktur tugas berhubungan dengan kejelasan informasi (Bonner, 1994 dalam Rapina, 2007). Lebih lanjut disebutkan bahwa tugas yang kurang kompleks memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
(36)
commit to user
xxxvi
a.
Lebih sedikit bukti informasi.b.
Bukti informasi konsisten dengan kejadian yang diprediksi.c.
Kekonsistenan yang tinggi secara relative antara bukti harapan dan keputusan aktuald.
Tingkat ambiguitas yang relative rendah dalam konteks keputusan dan hasil keputusan potensial yang sedikit.Sementara tugas yang sangat kompleks memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.
Lebih banyak bukti informasib.
Sejumlah besar bukti tidak konsisten dengan kejadian yang sedang diprediksi.c.
Mengandung tingkat ambiguitas yang relative tinggi dan hasil keputusan potensial yang banyak.3.
Locus of Control1)
Pengertian Locus of ControlKonsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial, yang dikutip dalam Ayudiati (2010), menyatakan bahwa locus of control merupakan “generalized belief that
a person can or cannot control his own destiny” atau cara pandang seseorang
terhadap suatu peristiwa apakah dia merasa dapat atau tidak mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya.
Ginintasasi mendefinisikan locus of control sebagai suatu konsep yang menuju pada keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, locus of control menggambarkan seberapa jauh seseorang
(37)
commit to user
xxxvii
memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukan (action) dengan akibat/ hasil (outcome).
Dilihat dari sudut pandang psikologi sosial yang dikutip dari wikipedia
locus of control mengacu pada individuals believe that they can control event
that affect them, atau kepercayaan individu bahwa mereka dapat
mengendalikan peristiwa yang mempengaruhi mereka.
2)
Karakteristik Locus of ControlRotter dalam Corsini dan Marsella (1983) dalam Wijaya (2008), membedakan locus of control menjadi dua, yaitu seperti dibawah ini.
a.
Locus of control internal.Individu dengan locus of control internal cenderung mengangap bahwa ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (effort) lebih menentukan apa yang mereka peroleh dalam hidup mereka. Sehingga individu yang memiliki internal locus of control memiliki keyakinan bahwa nasib atau event-event dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya. Individu seperti ini menyimpan potensi besar untuk menentukan nasib sendiri, tidak peduli apakah lingkungannya akan mendukung atau tidak mendukung, memiliki etos kerja yang tinggi, tabah menghadapi segala macam kesulitan baik dalam kehidupannya maupun dalam pekerjaannya. Meskipun ada perasaan khawatir dalam dirinya tetapi perasaan tersebut relatif kecil dibanding dengan semangat serta keberaniannya untuk menentang dirinya sendiri sehingga orang–orang seperti ini tidak pernah ingin melarikan diri dari tiap–tiap masalah dalam bekerja.
(38)
commit to user
xxxviii
b.
Locus of control eksternal.Individu yang memiliki locus of control eksternal cenderung menganggap bahwa hidup mereka terutama ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir, keberuntungan, dan orang lain yang berkuasa. Dengan kata lain individu yang memiliki external locus of control adalah individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau event-event yang terjadi dalam kehidupannya. Individu yang eksternal locus of controlnya cukup tinggi akan mudah pasrah dan menyerah jika sewaktu–waktu terjadi persoalan yang sulit. Individu semacam ini akan memandang masalah–masalah yang sulit sebagai ancaman bagi dirinya, bahkan terhadap orang–orang yang berada disekelilingnya pun dianggap sebagai pihak yang secara diam–diam selalu mengancam eksistensinya. Bila mengalami kegagalan dalam menyelesaikan persoalan, maka individu semacam ini akan menilai kegagalan sebagai semacam nasib dan membuatnya ingin lari dari persoalan.
Bagi seseorang yang mempunyai internal locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan didalamnya. Pada individu yang mempunyai external locus of
control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan,
demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran didalamnya. Individu yang mempunyai external locus of
control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk
bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan. Sementara itu individu yang mempunyai internal locus of
(39)
commit to user
xxxix
control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri
sendiri dan diidentifikasikan juga lebih menyenangi keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan, Kahle dalam Wijaya (2008).
4.
Self Efficacy1)
Pengertian Self EfficacySelf Efficacy
adalah
people's beliefs about their capabilities to
produce designated levels of performance that exercise influence over
events that affect their lives
atau keyakinan seseorang akan
kemampuannya untuk menghasilkan tingkat kinerja yang ditunjuk yang
mempengaruhi hidup mereka. Keyakinan mengenai self efficacy
menentukan bagaimana seseorang merasakan sesuatu, berfikir, memotivasi
diri mereka sendiri, dan juga tindakan-tindakan yang dilakukan. Self
efficacy dinyatakan sebagai penilaian individu terhadap kapabilitasnya
dalam mengorganisir dan melaksanakan kegiatan yang mensyaratkan
pencapaian tingkat kinerja tertentu atau menghadapi situasi yang
prospektif (Bandura, 1994).
Gibbson, Invancevich, dan Donnelly (1996) menyatakan bahwa keyakinan mengenai self efficacy dapat juga dikaitkan dengan Pygmalion effect
melalui pengaruh persuasif dari orang lain yang mempunyai harapan positif terhadap individu. Pygmalion effect mengacu pada adanya peningkatan kinerja atau proses pembelajaran sebagai hasil dari adanya harapan positif orang lain terhadap individu tersebut. Dengan kata lain ketika orang percaya bahwa
(40)
commit to user
xl
individu tersebut mampu mencapai tingkat kinerja tertentu, maka hal ini cenderung mengarahkan individu tersebut untuk mencapai kinerja tertentu.
Lebih lanjut Pajares (2002) menyatakan bahwa self efficacy berdampak pada penentuan pilihan. Individu dengan self efficacy yang tinggi lebih bersemangat dan tidak kenal menyerah dalam usaha-usahanya dalam mencapai tujuan, meskipun berhadapan dengan berbagai hambatan dan pengalaman kegagalan. Sedangkan individu dengan self efficacy yang rendah cenderung berdiam diri dan menyerah apabila berhadapan dengan
hambatan-hambatan.
2)
Sumber-sumber Self EfficacyMenurut Bandura (1994) keyakinan mengenai tingkat efficacy seseorang dapat dikembangkan melalui empat sumber yang akan dijelaskan sebagai berikut.
a.
Keahlian yang berasal dari pengalaman (mastery experiences)Cara ini merupakan cara yang paling efektif untuk membentuk keyakinan mengenai self efficacy yang kuat di dalam diri seseorang. Pengalaman sukses akan membentuk keyakinan efficacy yang kuat di dalam diri seseorang. Sebaliknya pengalaman atas kegagalan cenderung melemahkan keyakinan efficacy tersebut, terlebih lagi jika kegagalan tersebut terjadi sebelum keyakinan efficacy tersebut timbul. Pengalaman sukses akan lebih membentuk keyakinan efficacy yang kuat di dalam diri seseorang apabila kesuksesan tersebut dicapai tidak dengan cara yang mudah.
(41)
commit to user
xli
b.
Pengalaman dari orang lain (vicarious experience)Ketika seseorang melihat orang lain yang mempunyai kesamaan dengan dirinya dapat mencapai sukses, maka hal ini dapat meningkatkan keyakinan di dalam diri orang lain yang melihat tersebut bahwa iapun memiliki kapabilitas untuk dapat melakukan hal yang sama.
c.
Dukungan sosial (social persuation)Ketika seseorang mendapatkan dukungan sosial melalui tindakan-tindakan persuasif secara verbal (verbal persuation) bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mencapai sukses atau tingkat kinerja tertentu, maka hal ini juga dapat membentuk keyakinan mengenai efficacy di dalam diri seseorang.
d.
Keadaan emosinal (emotional state)Kondisi emosi dapat mempengaruhi keyakinan efficacy di dalam diri seseorang karena kondisi emosi ini dapat mempengaruhi seseorang dalam menilai kapabilitasnya. Stress yang dialami individu dapat melemahkan keyakinan efficacy, namun untuk individu dengan keyakinan efficacy yang tinggi cenderung melihat emosi di dalam diri mereka sebagai fasilitator yang memberikan energi untuk mencapai tingkat kinerja tertentu.
3)
Dimensi-dimensi Self EfficacySesuai dengan teori sosial kognitif yang dikemukakan oleh Bandura (1986) dalam Prasetianingtias (2004), keyakinan mengenai self efficacy terdiri dari tiga dimensi.
(42)
commit to user
xlii
a.
Level atau MagnitudeDimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas (level of task difficulty) yang dapat mempengaruhi pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu. Individu cenderung akan menolak tugas-tugas yang dirasa tidak mampu untuk ia selesaikan karena diluar batas kemampuannya, dan sebaliknya ia akan cenderung memilih tugas-tugas dimana ia merasa mampu untuk menyelesaikannya.
b. Strength
Dimensi ini berhubungan dengan kemantapan atau kekuatan dalam
meyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan tingkat kesulitan. Ketika dihadapkan pada tugas-tugas yang sulit. Individu dengan tingkat self efficacy
yang rendah cenderung cepat menyerah. Sebaliknya individu dengan keyakinan self efficacy yang tinggi cenderung lebih tekun dan mencurahkan segenap tenaga untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut.
c.
GeneralityDimensi ini berhubungan dengan sejauh mana kemantapan atas keyakinan
self efficacy yang dimiliki dapat digeneralisasi untuk tugas-tugas atau
situasi-situasi yang serupa sehingga menimbulkan penguasaan pada bidang tertentu.
4)
Proses Self EfficacyAda empat proses psikologis yang dapat membentuk keyakinan self
(43)
commit to user
xliii
a.
Proses kognitif (cognitive processes)Proses kognitif ini melibatkan proses-proses berfikir yaitu dengan penggabungan, organisasi, dan penggunaan informasi. Melalui pemrosesan informasi ini maka akan memungkinkan seseorang untuk melakukan tindakan antisipatif terhadap suatu kejadian dan juga mengembangkan suatu cara untuk dapat mengontrol kejadian yang dapat mempengaruhi hidupnya.
b.
Proses motivasi (motivational processes)Keyakinan mengenai efficacy akan mempengaruhi tingkat motivasi individu. Tingkat motivasi ini mencerminkan pilihan atas serangkaian tindakan, intensitas serta ketekunan dalam melakukan tindakan tersebut. Motivasi dapat timbul di dalam diri seseorang melalui proses-proses kognitif. Individu akan memotivasi diri mereka sendiri dan melakukan sesuatu tindakan-tindakan antisipatif dengan menggunakan cara-cara berfikir. Mereka menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri dan merancang tindakan-tindakan yang diperlukan untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut.
c.
Proses afektif (effective processes)Keyakinan seseorang mengenai kapabilitasnya akan berpengaruh pada tongkat stress dan depresi yang dialami ketika menghadapi situasi yang sulit. Proses-proses afektif menyangkut keadaan-keadaan emosional dan reaksi emosi dari individu berkaitan dengan situasi yang dihadapi.
(44)
commit to user
xliv
Seseorang cenderung menghindari aktivitas dan situasi di luar kemampuan mereka, sehingga dengan pilihan tindakan yang dilakukan mereka dapat menunjukkan kompetensi, minat dan jaringan kerja sosial yang berbeda yang dapat menentukan pilihan hidupnya.
5.
Pengaruh Self Efficacy pada Perilaku IndividuBandura (1997) dalam Prasetianingtias (2004) menjelaskan penerapan
self efficacy di tempat kerja seperti yang tampak pada gambar II.II dibawah
ini.
Gambar II. II
Penerapan Self Efficacy di Tempat Kerja
Pencapaian yang lalu dan aktual Kinerja orang lain Persuasi diri dan sosial Tinggi
“Saya tahu saya dapat
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dengan mutu
Kepercayaan Self efficacy
Ø Tegas memilih kesempatan terbaik.
Ø Mengatur situasi, menghindari atau menetralisir rintangan.
Ø Merancang tujuan, menetapkan standar.
Ø Rencana, persiapan dan latihan.
Ø Berusaha keras, tekun dalam usaha.
Ø Memecahkan masalah secara kreatif.
Ø Belajar dengan pengalaman.
Ø Menggambarkan keberhasilan.
Ø Pasif
SUKSES Sumber Self
Efficacy Umpan Balik Pola Perilaku
(45)
commit to user
xlv
Sumber : Bandura (1997) dalam Prasetianingtias (2004)
Menurut Pajares (2002), keyakinan mengenai self efficacy akan mempengaruhi proses-proses motivasi dan juga perilaku individu dalam beberapa hal yang akan dijelaskan sebagai berikut.
(46)
commit to user
xlvi
a. Keyakinan mengenai self efficacy akan mempengaruhi pilihan tindakan yang dibuat dan juga tindakan yang dilakukan. Seseorang cenderung akan melaksanakan tugas-tugas dimana ia merasa kompeten dan yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Sebaliknya ia akan menghindari tugas-tugas yang dirasa tidak mampu untuk diselesaikan karena diluar batas kemampuannya. Pengalaman yang dimiliki akan berpengaruh pada keyakinan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Keyakinan mengenai kompetensi yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi seberapa besar usaha yang dicurahkan untuk melakukan suatu aktivitas, berapa lama mereka akan dapat bertahan dalam menghadapi rintangan yang ada dan bagaimana ketekunan mereka dalam menghadapi kondisi yang kurang menguntungkan. Semakin tinggi tingkat
self efficacy yang dimiliki maka ada kecenderungan bahwa ia akan lebih
mencurahkan usaha yang lebih besar, lebih dapat bertahan dan tekun dalam menghadapi rintangan.
b. Keyakinan mengenai self efficacy di dalam diri seseorang akan mempengaruhi tingkat stress dan kegelisahan yang mereka rasakan ketika melaksanakan tugas-tugasnya. Tingkat stress dan kegelisahan yang dirasakan tersebut juga akan mempengaruhi pencapaian kinerja individu.
Self efficacy dapat membuat adanya perbedaan cara seseorang dalam
berfikir, merasakan sesuatu dan juga dalam bertindak. Terkait dengan perasaan, tingkat self efficacy yang rendah sering dihubungkan dengan depresi dan rasa ketidakberdayaan yang dialami individu. Seseorang dengan keyakinan self
(47)
commit to user
xlvii
perkembangan pribadinya. Di lain pihak, keyakinan yang kuat di dalam diri seseorang mengenai kemampuan yang dimilikinya akan memfasilitasi proses-proses kognitif yang dapat mempengaruhi prestasi akademik dan pengambilan keputusan (Bandura, 1994).
B.
REVIEW PENELITIAN-PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian-penelitian mengenai hubungan antara kompleksitas
tugas, dan
internal locus of Control
terhadap kepuasan kerja di Indonesia
masih sangat terbatas, tetapi kebanyakan dari penelitian-penelitian tersebut
menggunakan variabel kompleksitas tugas,
locus of control
atau
self efficacy
sebagai variabel moderating atau intervening.
Menurut Engko (2006) menunjukkan bahwa kompleksitas tugas
dan gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
audit judgement,
sedangkan tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap
audit
judgement
.
Menyempurnakan penelitian sebelumnya, Engko dan Gudono
(2007) merumuskan 4 poin dalam penelitiannya, yang pertama, kompleksitas
tugas tidak dapat memoderasi hubungan antara gaya kepemimpinan direktif
dan kepuasan kerja, hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
kompleksitas tugas maka gaya kepeminpinan yang direktif (mengarahkan)
yaitu memberikan panduan kepada para karyawan mengenai apa yang
seharusnya dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, menjadwalkan
pekerjaan, dan mempertahankan standar kinerja akan menurunkan kepuasan
(48)
commit to user
xlviii
kerja auditor. Yang kedua, kompleksitas tugas dapat memoderasi hubungan
antara gaya kepemimpinan suportif dan kepuasan kerja, hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi kompleksitas tugas maka gaya
kepemimpinan yang suportif (mendukung) yaitu menunjukkan kepedulian
terhadap kesejahteraan dan kebutuhan
auditor yunior, memberikan feedbackyang jujur dan terbuka, memberikan pujian atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik, memperlakukan auditor yunior sebagai profesional, meminimalkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan yaitu dengan membantu auditor yunior menyelasaikan masalah yang berkaitan dengan pekerjaannya, dan dapat membantu auditor yunior untuk mengenali peluang kerja di masa depan
akan
meningkatkan kepuasan kerja auditor yunior. Yang ketiga, mengindikasikan
bahwa auditor yunior yang memiliki
locus of control
eksternal maupun
locus
of control
internal dengan gaya kepemimpinan yang direktif memiliki
kepuasan kerja yang sama. Yang keempat, menerangkan bahwa auditor yunior
yang memiliki
locus of control
eksternal maupun
locus of control
internal
dengan gaya kepemimpinan yang suportif memiliki kepuasan kerja yang
sama.
Dalam Engko dan Gudono (2007), menurut Kuncara (2005)
menunjukkan
gaya
kepemimpinan
perhatian
(
consideration)
akan
meningkatkan kepuasan kerja auditor yunior. Dan Suryani (2005)
menunjukkan bahwa
locus of control
dapat memoderasi hubungan antara gaya
kepemimpinan dan kepuasan kerja auditor.
(49)
commit to user
xlix
Judge dan Bono (2001) mengemukakan bahwa secara umum
self
efficacy, self esteem, locus of control
dan kestabilan emosi pribadi memiliki
pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja. Juga menyebutkan bahwa
self
efficacy, self esteem, locus of control
dan kestabilan emosi pribadi memiliki
pengaruh yang positif terhadap kinerja.
C.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Berikut hipotesis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.
1.
Kompleksitas TugasKompleksitas tugas didefinisikan sebagai tugas yang kompleks, terdiri atas bagian-bagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Literatur menunjukkan bahwa kompleksitas tugas tidak dapat memoderasi hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan Kerja (Engko dan Gudono, 2007). Walaupun demikian, terdapat karakteristik model pekerjaan yang kemudian secara luas digunakan sebagai suatu kerangka untuk belajar bagaimana karakteristik pekerjaan yang dalam hal ini antara lain : variasi ketrampilan, indentitas tugas, signifikansi tugas, otonomi dan umpan balik akan berdampak pada tiga situasi psikologi kritis antara lain : pengalaman yang sangat berarti, pengalaman mempertanggungjawabkan hasil, dan pengetahuan atas hasil aktual, yang pada gilirannya mempengaruhi hasil kerja yaitu kepuasan kerja, ketidakhadiran, motivasi kerja dan lain sebagainya (Hackman dan Oldham dalam ensiklopedia wikipedia).
(50)
commit to user
l
Tiga aspek utama dari tugas yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain : kompleksitas tugas, tingkat ketegangan fisik dan kehati-hatian dalam bekerja, ketika suatu pekerjaan dilakukan dan nilai seorang karyawan diletakkan pada suatu tugas maka terdapat pengaruh yang kuat dan postif antara kompleksitas tugas dan kepuasan kerja (www.lcsc.edu.com). Dari uraian tersebut, penulis ingin menguji hipotesis pertama berikut ini.
1
H
: Kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja.2.
Internal Locus Of ControlLocus of control (LOC) adalah cara pandang seseorang terhadap suatu
peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya. Dalam penelitian Engko dan Gudono (2007), dikemukakan bahwa Locus Of Control tidak dapat memoderasi hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan Kerja. Berbeda dengan Judge dan Bono (2001), yang mengemukakan bahwa secara umum self efficacy, self esteem,
internal locus of control dan kestabilan emosi pribadi memiliki pengaruh yang
positif terhadap kepuasan kerja.
Internal locus of control dianggap sebagai manifestasi evaluasi inti karena
individu dengan internal locus of control memiliki kepercayaan bahwa mereka dapat mengendalikan faktor-faktor dalam kehidupannya (Judge dan Bono, 2001). Senada dengan pernyataan diatas, Spector (1982) dalam Judge dan Bono (2001) mengemukakan bahwa individu dengan internal locus of control lebih bisa mencapai kepuasan kerja, karena mereka memiliki kemungkinan yang kecil
(51)
commit to user
li
terhadap ketidakpuasan dalam pekerjaannya dan mereka lebih berkesempatan untuk sukses dalam organisasi. Coba memperkaya penelitian tentang internal
locus of control sebagai variabel independent terhadap kepuasan kerja maka
penulis ingin menguji hipotesis kedua berikut ini.
2
H
: Internal locus of control berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja.3.
Self Efficacy
Self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil
mencapai tugas tertentu. Dalam penelitian Judge dan Bono (2001), mengemukakan terdapat pengaruh positif antara Self Efficacy terhadap kepuasan kerja. Self efficacy secara umum merupakan suatu perkiraan yang mendasar untuk memecahkan masalah, bekerja dan menjadi sukses, oleh karena itu self efficacy dipandang sebagai indikator inti dari evaluasi (Judge dan Bono, 2001). Judge et al (1997) dalam Judge dan Bono (2001) beragumen bahwa
self efficacy dapat mempengaruhi kepuasan kerja yang selanjutnya mencapai
kesuksesan dalam pekerjaan. Hal ini dikarenakan individu dengan self efficacy
yang tinggi lebih efektif dalam menangani kesulitan dan lebih bertahan menghadapi kegagalan (Gist & Mitchell, 1992 dalam Judge & Bono, 2001). Dari uraian inilah, penulis ingin menguji hipotesis ketiga sebagai berikut.
3
H
: Self efficacy berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja.D.
KERANGKA TEORITIS
Kerangka teoritis merupakan suatu model konseptual yang menggambarkan atau menjelaskan bagaimana suatu teori atau gambar
(52)
commit to user
lii
menghubungkan antara beberapa faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah (Sekaran, 2006). Kerangka teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Variabel independen Variabel Dependen
Kepuasan Kerja 1. Kompleksitas Tugas2. Internal Locus of Control
(53)
commit to user
liii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu kesatuan atau integritas dari beberapa desain yang menggambarkan secara detail dari suatu penelitian. Tujuan dari memahami desain penelitian adalah untuk mengerti beberapa aspek yang berbeda yang relevan untuk mendesain suatu studi penelitian. Menjamin keakuratan penelitian, meningkatkan kepercayaan diri dalam melakukan penelitian, dan menjamin kemampuan generalisasi dari suatu penelitian (Sekaran, 2000 dalam Prasetianingtias, 2004). Desain penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Penelitian
Jika ditinjau dari tujuannya, maka tujuan penelitian ini adalah hypothesis testing, biasanya menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh kompleksitas tugas, locus of control dan self efficacy terhadap kepuasan kerja.
(54)
commit to user
liv
Tipe investigasi dari penelitian ini adalah correlational study yaitu penelitian dimana peneliti berminat untuk menemukan variabel penting yang berkaitan dengan masalah (Sekaran, 2006) karena penelitian ini mencoba memahami pengaruh kompleksitas tugas, locus of control, dan self efficacy terhadap kepuasan kerja
3. Tingkat Intervensi Peneliti
Tingkat intervensi peneliti terhadap penelitian ini adalah minimal, karena peneliti tidak melakukan manipulasi terhadap variabel tertentu. Manipulasi variabel tertentu tidak diperlukan karena penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membangun hubungan sebab akibat.
4. Seting Penelitian
Seting penelitian ini termasuk di dalam penelitian lapangan (field study) atau
noncontrived setting karena penelitian dilakukan pada lingkungan alami tempat
berlangsungnya pekerjaan.
5. Unit Analisis
Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis data selanjutnya (sekaran, 2006). Data akan dikumpulkan dari tiap individu yaitu auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik, sehingga unit analisis dari penelitian ini adalah individu.
6. Rentang Waktu
Penelitian ini merupakan cross-sectional study sehingga data hanya akan dikumpulkan sekali dalam satu periode waktu penelitian.
(55)
commit to user
lv
B. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Populasi (population) mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang di Jawa Tengah dan DIY yang terdaftar pada Direktory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan IAPI.
Sampel (sample) adalah sebagian dari pupulasi, sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Teknik pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi (Sekaran, 2006). Yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan teknik simple random sampling, yaitu auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik. di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN DAN PENGUKURANNYA.
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Definisi operasional veriabel-variabel utama yang akan digunakan dalam penelitian ini
(56)
commit to user
lvi
adalah kompleksitas tugas, internal locus of control, dan self efficacy sebagai variabel independen dan kepuasan kerja sebagai variabel dependen.
Instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang telah banyak digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, serta telah diuji dalam hal validitas dan reliabilitasnya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diuji secara sistematis yaitu.
1.
Variabel IndependenBerikut variabel independen dalam penelitian ini, terdiri dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Kepuasan Kerja Akuntan Publik.
a. Kompleksitas Tugas
Tugas yang kompleks, terdiri atas bagian-bagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Dalam pelaksanaan tugasnya yang kompleks, auditor yunior sebagai anggota pada suatu tim audit memerlukan keahlian, kemampuan dan tingkat kesabaran yang tinggi. Kompleksitas tugas diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Rizzo et al (1970) dalam Pramesti (2010) sejumlah 6 item pertanyaan dengan menggunakan skala likert dari nilai yaitu 1, sangat tidak setuju (STS) sampai dengan 5, sangat setuju (SS)
.
b. Internal locus of control (LOC)
L
ocus of control
merupakan
“generalized belief that a person can or
cannot control his own destiny”
atau cara pandang seseorang terhadap
suatu peristiwa apakah dia merasa dapat atau tidak mengendalikan
(57)
commit to user
lvii
peristiwa yang terjadi padanya
Rotter (1966) dalam Ayudiati (2010).
Locus of control dibedakan menjadi lokus kontrol internal (internal locus
of control) dan lokus kontrol eksternal (external locus of control).
Kontrol internal akan tampak melalui kemampuan kerja dan tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan dan kegagalan karyawan pada saat melakukan pekerjaannya. Sedangkan karyawan dengan kontrol eksternal merasakan bahwa terdapat kontrol di luar dirinya yang mendukung hasil pekerjaan yang dilakukan. Dalam penelitian ini variabel
locus of control yang digunakan adalah internal locus of control karena
i
nternal locus of control
dianggap sebagai manifestasi evaluasi inti
karena individu dengan
internal locus of control
memiliki
kepercayaan bahwa mereka dapat mengendalikan faktor-faktor dalam
kehidupannya (Judge dan Bono, 2001).
Variabel internal locus ofcontrol diukur dengan instrumen The Work Locus of Control (WLCS)
yang dikembangkan oleh Spector (1988) dalam Engko dan Gudono (2007) yang pengukurannya menggunakan 5 poin skala likert mulai dari 1, sangat tidak setuju (STS) sampai 5, sangat setuju (SS)
.
c.
Self Efficacy
adalah
people's beliefs about their capabilities to produce designated
levels of performance that exercise influence over events that affect
their lives
atau keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk
menghasilkan tingkat kinerja yang ditunjuk yang mempengaruhi
hidup mereka (Bandura, 1994). Untuk mengukur
self efficacy
(58)
commit to user
lviii
Chen, Gully, dan Eden (2001) dalam Prasetianingtias (2004).
Instrumen ini meliputi delapan item pertanyaan dengan skala likert 5
poin yaitu 1, sangat tidak setuju (STS) sampai 5, sangat setuju (SS).
2.
Variabel Dependen
Variabel dependen disini adalah Kepuasan Kerja Akuntan Publik yaitu
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan
mana para karyawan memandang pekerjaan mereka (Handoko, 1991).
Variabel kepuasan kerja diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Dewar dan Werbel, 1979; Mia, 1993; Abernethy dan
Stoclwinder, 1995 dalam Engko dan Gudono (2007) dengan 2 item
pertanyaan yang diukur dengan 5 skala likert mulai dari sangat tidak
setuju/ STS (1) sampai sangat setuju/ SS (5).
D. SUMBER DATA
1. Data Primer
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data Primer yaitu data yang dikumpulkan dari tempat kejadian sebenarnya suatu peristiwa (Sekaran, 2006). Data primer dari penelitian ini diperoleh langsung dari responden yaitu dengan kuesioner sebagai instrumen untuk pengumpulan data.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder dari penelitian ini
(59)
commit to user
lix
diperoleh dari beberapa literatur baik buku, makalah, maupun jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Data Primer
Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kompleksitas tugas, internal locus of control, dan self efficacy.
Metode pengumpulan data primer ini adalah metode personal (personally
administered questionnaires) yaitu peneliti menyampaikan sendiri kuesioner kepada responden untuk Kantor Akuntan Publik wilayah Surakarta, kemudian peneliti sendiri juga yang mengambil kuesioner yang telah diisi
oleh responden. Dan juga menggunakan metode mail survey yaitu kuesioner
disampaikan dengan cara diposkan ke Kantor Akuntan Publik yang ada di wilayah selain Surakarta di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Data Sekunder
Data sekunder dari penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka untuk
mendapatkan referensi-referensi yang berkaitan dengan topik penelitian atau pun mendownload artikel-artikel secara langsung.
(1)
commit to user
xciv
Hasil penelitian yang telah dilakukan untuk uji asumsi klasik diperoleh hasil bahwa data terdistribusi normal, uji multikolinearitas tidak terjadi masalah multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas mengindikasikan tidak terjadi masalah heterokedastisitas.
Untuk uji hasil analisis penelitian mengenai pengaruh kompleksitas tugas, internal locus of control, dan self efficacy terhadap kepuasan kerja sebagaimana telah diurakan sebelumnya menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan untuk variabel kompleksitas tugas terhadap kepuasan auditor yunior. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung (3,240) > ttabel (1,645) dengan signifikansi 0,002 (< 0,05). Artinya bahwa semakin tinggi kompleksitas tugas auditor yunior akan berakibat peningkatan keinginan untuk mampu menyelesaikan setiap tantangan pekerjaan yang dihadapi, dan pada akhirnya ketika semua tugas-tugas komplek tersebut terselesaikan dengan baik akan mampu meningkatkan kepuasan kerja. Sehingga hipotesis 1 yang menyatakan ada pengaruh positif antara kompleksitas tugas terhadap kepuasan kerja akuntan publik dapat diterima.
Variabel internal locus of control berdasarkan pada nilai thitung (3,105) >
ttabel (1,645) dengan signifikansi 0,003 (< 0,05). Menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan untuk variabel internal locus of control terhadap kepuasan kerja akuntan publik. Artinya semakin tinggi internal locus of control yang dimiliki akuntan publik akan mengakibatkan semakin meningkatnya kepuasan kerja auditor yunior, sehingga hipotesis 2 yang menyatakan ada pengaruh positif
(2)
commit to user
xcv
antara internal locus of control terhadap kepuasan kerja akuntan publik dapat deterima.
Senada dengan dua variabel sebelumnya, untuk variabel self efficacy
juga menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja akuntan publik. Hal ini dilihat dari nilai thitung (4,212) > ttabel (1,645) dengan signifikansi 0,000 (< 0,05). Artinya bahwa tingkat self efficacy atau keyakinan akuntan publik tentang peluangnya untuk berhasil adalah tinggi maka akan meningkatkan kepuasan kerja akuntan publik itu sendiri. Sehingga
hipotesis 3 yang menyatakan ada pengaruh positif antara self efficacy terhadap
kepuasan kerja akuntan publik dapat deterima. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Judge dan Bono (2001).
Dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel maka diketahui Fhitung > Ftabel (29,372 > 2,76) dengan signifikansi 0,000 (<0,05) sehingga Ho ditolak, artinya secara serempak kompleksitas tugas, internal locus of control dan self efficacy mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja akuntan publik. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif yang simultan antara kompleksitas tugas, internal locus of control, dan self efficacy
terhadap kepuasan kerja akuntan publik dapat diterima.
Nilai Adjusted R2 sebesar 0,567 berarti bahwa kepuasan kerja akuntan
publik dipengaruhi sebesar 56,7% oleh variabel kompleksitas tugas, internal locus of control dan self efficacy. Sedangkan sisanya sebesar 43,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan pada hasil analisis data
(3)
commit to user
xcvi
menunjukkan bahwa variabel kompleksitas tugas, internal locus of control dan
self efficacy berpengaruh cukup besar terhadap kepuasan kerja.
Pada penelitian sebelumnya (Engko dan Gudono, 2007) yang menyebutkan kompleksitas tugas tidak dapat memoderasi hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja, kompleksitas tugas dapat memoderasi hubungan antara gaya kepemimpinan suportif dan kepuasan kerja, dan bahwa auditor yunior yang memiliki locus of control internal maupun eksternal dengan gaya kepemimpinan direktif maupun suportif memiliki kepuasan kerja yang sama. Sementara itu, pada penelitian ini mencoba menjadikan kompleksitas tugas dan internal locus of control tidak sebagai variabel moderasi tetapi sebagai variabel independen dan menunjukkan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan mendukung hasil penelitian Judge dan Bono (2001).
Pemilihan variabel self efficacy sebagai variabel tambahan dan
penguatan variabel internal locus of control sebagai salah satu prediktor pengukuran kepuasan kerja, didasarkan pada penelitian Judge dan Bono (2001). Hasil dari penelitian tersebut mengemukakan secara umum self efficacy, self esteem, locus of control, dan kestabilan emosi pribadi memiliki pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja.
(4)
commit to user
xcvii BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULANBerdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dalam bab 4, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1.
Pengujian hipotesis menggunakan uji t menunjukkan bahwa terdapat pengaruhpositif yang signifikan antara kompleksitas tugas terhadap kepuasan kerja, hal ini berarti bahwa hipotesis pertama yang menyatakan kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja akuntan publik dapat diterima
(5)
commit to user
xcviii
2.
Pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk variabel kedua yaitu internal locusof control menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara
internal locus of control terhadap kepuasan kerja, hal tersebut berarti bahwa
hipotesis kedua yang menyatakan internal locus of control berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja akuntan publik dapat diterima.
3.
Untuk uji t terhadap variabel ketiga yaitu self efficacy juga menunjukkan hasil yang sama dengan dua variabel sebelumnya yaitu terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja akuntan publik, artinya hipotesis ketiga yangmenyatakan self efficacy berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja
akuntan publik dapat diterima.
4.
Pengujian hipotesis menggunakan uji F menunjukkan pengaruh secara simultan,hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan faktor kompleksitas tugas,
internal locus of control dan self efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja akuntan publik di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
B.
KETERBATASANPenulis menyadari bahwa terdapat keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini. Berikut adalah keterbatasan dalam penelitian ini.
1.
Pemilihan penyebaran kuesioner yang sebagian besar dilaksanakan denganmetode mail survey, mengakibatkan tingkat respond rate dari responden
rendah dalam penelitian ini, sehingga kemungkinan dapat mengurangi generalisasi hasil penelitian. Hal ini disebabkan karena pada bulan Nopember
(6)
commit to user
xcix
sampai April para auditor yunior sedang sibuk dengan pekerjaan audit penyusunan SPT Tahunan, oleh karena itu hanya sebagian KAP yang bersedia berpartisipasi, dan beberapa KAP tidak mengembalikan kuesioner.
2.
Bias respon atau jawaban yang tidak serius dan tidak jujur mungkin saja terjadipada penelitian yang menggunakan kuesioner.
3.
Pembatasan populasi dan kecilnya jumlah responden 66 (37,50%) karenarendahnya tingkat respon dalam penelitian, kemungkinan kurang mewakili
obyek penelitian.
C.
SARANDari hasil penelitian, analisis data, pembahasan dan kesimpulan serta keterbatasan, berikut ini disampaikan beberapa saran yang mungkin dapat membantu penelitian sejenis dimasa yang akan datang.
1.
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan penambahanvariabel lain misalnya self esteem dan kestabilan emosi pribadi auditor atau masih banyak lainnya yang mungkin dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
2.
Untuk lebih memberikan gambaran tentang hasil penelitian dan juga cukupmewakili obyek penelitian sejenis dimasa yang akan datang sebaiknya populasi yang digunakan diperluas lagi tidak hanya di wilayah Jawa Tengah dan DIY.