PENGUJIAN ASUMSI KLASIK ANALISIS DATA

commit to user lxxxii Variabel Koefisien Alpha Chronbachs Alpha Interprestasi Kompleksitas Tugas 0,736 0,6 Reliabel Internal Locus Of Control 0,658 0,6 Reliabel Self Efficacy 0,724 0,6 Reliabel Kepuasan Kerja 0,839 0,6 Reliabel Sumber : data primer yang diolah Hasil pengujian reliabilitas pada tabel IV.11 menunjukkan bahwa semua instrumen memiliki alpha diatas 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa semua intrumen adalah reliabel.

E. PENGUJIAN ASUMSI KLASIK

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan pengujian untuk mendeteksi ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik atas persamaan regresi yang digunakan. 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki ditribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah jika variabel independen dan variabel dependen tersebut mempunyai asymp.sig 2-tailed diatas level of signifikan 5 0,05, dengan kata lain ditentukan dari nilai p-value atau nilai probabilitas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa commit to user lxxxiii variabel tersebut berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas untuk masing- masing variabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel IV.12 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Variabel asym.sig 2- tailed p-value Tingkat Signifikansi Interprestasi Kompleksitas Tugas 0,253 0,05 Berdistribusi Normal Internal Locus Of Control 0.112 0,05 Berdistribusi Normal Self Efficacy 0,707 0,05 Berdistribusi Normal Kepuasan Kerja 0,062 0,05 Berdistribusi Normal Sumber : data primer yang diolah Dari hasil pengujian kolmogorov-smirnov seperti pada tabel IV.12 diatas menunjukkan bahwa nilai asymp.sig 2-tailed dalam penelitian ini memiliki nilai lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan regresi untuk masing-masing model berdistribusi normal. Gambar IV.I Uji Normalitas P-P Plot commit to user lxxxiv Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex pe cte d C um P ro b 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kepuasan Kerja Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan diagram P-P Plot seperti yang tampak pada gambar IV.I diatas. Gambar IV.I tersebut menunjukkan bahwa varians tidak menyebar, melainkan mendekati garis diagonal, sehingga menjelaskan bahwa data normal. 2. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka hal tersebut disebut homokedastisitas. Jika varians berbeda, disebut sebagai heteroskedastisitas. Model regeresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas Santoso,2010. Pendekatan heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung output spss dengan nilai t tabel . Jika t hitung t tabel atau dengan melihat probabilitas signifikannya diatas 5 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian dapat dilihat dari tabel IV.13. commit to user lxxxv Tabel IV.13 Uji Heterokedastisitas Variabel Sign. Tingkat Signifikansi Interprestasi Kompleksitas Tugas 0,314 0,05 Homokedastisitas Internal Locus Of Control 0,447 0,05 Homokedastisitas Self Efficacy 0,134 0,05 Homokedastisitas Sumber : data primer yang diolah Dari tabel IV.13 dapat dilihat bahwa semua variabel independen tidak terjadi heterokedastisitas melainkan homokedastisitas yaitu nilai probabilitas signifikannya lebih besar dari 0,05. Metode lain yang dapat digunakan untuk menguji adanya gejala ini adalah dengan melihat grafik scatterplot, seperti yang tampak pada gambar dibawah ini Gambar IV.II Uji Heterokedastisitas Scatterplot commit to user lxxxvi Regression Standardized Residual 2 1 -1 -2 -3 -4 R eg re ss io n St an da rd iz ed P re di ct ed Va lu e 2 -2 -4 Scatterplot Dependent Variable: Kepuasan Kerja Gambar scatterplot pada gambar IV.II diatas menunjukkan tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 3. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas timbul dalam model regresi berganda karena adanya korelasi antar variabel bebas, dalam model regresi sederhana yang hanya terdapat satu variabel bebas tidak diperlukan pengujian multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi apabila nilai variance inflation factor VIF diatas 10 atau nilai tolerance kurang dari 10. Hasil pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini tampak pada Tabel IV.14 dibawah ini. Tabel IV.14 Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Interprestasi Kompleksitas Tugas 0,773 1,294 Tidak terjadi multikolinearitas commit to user lxxxvii Internal Locus Of Control 0,837 1,195 Tidak terjadi multikolinearitas Self Efficacy 0,695 1,440 Tidak terjadi multikolinearitas Sumber : data primer yang diolah Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10 0,01 dan tidak ada satu pun variabel bebas yang memiliki VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antara variabel bebas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antar faktor gangguan. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji durbin-watson dengan ketentuan du DW 4-du berarti tidak ada autokorelasi positif atau negatif Ghozali,2006;96. Dengan kata lain durbin- watson DW terletak antara batas atas atau upper bound du dan 4-du, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, yang artinya tidak ada autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Hasil pengujian durbin-watson ditunjukkan dalam tabel IV.15 dibawah ini, yang menunjukkan nilai durbin-watson sebesar 1,721. Kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel yang menggunakan derajat kepercayaan 5. Jumlah sampel 66 dan jumlah variabel independen adalah 3, maka di tabel durbin-watson didapat nilai d L = 1,503 dan d U = 1,696 dengan tingkat signifikan 5. Hasil commit to user lxxxviii pengujian menjelaskan uji durbin-watson : d U d hitung 4-d U yaitu 1,696 1,721 2,304, maka tidak terjadi autokorelasi. Tabel IV.15 Uji Autokorelasi Durbin-Watson Durbin- Watson d U tabel 4-d U 1,721 1,696 2,304 Sumber : Data primer yang diolah

F. PENGUJIAN HIPOTESIS

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Personal Auditor,Pengalaman Audit,Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

1 7 106

Pengaruh hubungan klien dengan KAP, pengalaman auditor, kompleksitas tugas dan locus of control terhadap audit judgement

0 6 170

AUDITOR INDEPENDEN, MOTIVASI KERJA, LOCUS OF CONTROL, PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR EKSTERNAL.

0 2 29

PENGARUH TEKANAN KETAATAN, LOCUS OF CONTROL, KOMPLEKSITAS TUGAS DAN SELF EFFICACY Pengaruh Tekanan Ketaatan, Locus of Control, Kompleksitas Tugas dan Self Efficacy Terhadap Audit Judgement (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Semarang).

1 8 17

PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA AUDITOR STUDI EMPIRIS PADA KAP DI MEDAN.

0 4 23

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR (Survei pada Auditor di KAP Wilayah Jateng dan DIY).

0 0 8

PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DAN PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA AUDITOR (Survei pada KAP di Surakarta dan Yogya

0 1 16

PENDAHULUAN PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA AUDITOR (Survei pada KAP di Surakarta dan Yogyakarta).

0 1 7

PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL, KOMPLEKSITAS TUGAS DAN LOCUS OF CONTROL PADA KEPUASAN KERJA AUDITOR.

0 5 11

AMKP08. PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA AUDITOR

0 0 34