Nilai Hemoglobin Faktor prediktor terjadinya Major Adverse Cardiac Events

inflamation yang diinisiasi untuk menggantikan jaringan nekrosis dengan jaringan parut. Semakin besar luas wilayah infark, maka semakin tinggi kadar jumlah sel darah putih. 26 Furman MI dkk juga menemukan bahwa pada pasien sindrom koroner akut kadar hitung leukosit dapat digunakan sebagai faktor prediktor kematian di rumah sakit dan perkembangannya menjadi gagal jantung. Mereka menghubungkan antara kadar hitung leukosit saat masuk rumah sakit dengan mortalitas di rumah sakit dan gagal jantung pada 8269 pasien yang didiagnosis sindrorn koroner akut. Hubungan ini diperiksa secara terpisah pada pasien IMA dengan elevasi ST dan IMA tanpa elevasi ST dan angina pectoris tidak stabil. Mereka membagi sampel mejadi 4 grup Q: Q16.000, Q2= 6.000-9.999, Q3=10.000-11.999, Q4= 11.999. Akhimya mereka menemukan bahwa peningkatan hitung leukosit berhubungan secara signifikan dengan angka kematian di rumah sakit odds ratio OR 2.8, 95IK 2.1-3.6 untuk Q4 dibandingkan Q2 pada pasien dengan sindrom koroner akut. Hubungan ini terlihat pada pasien IMA dengan elevasi segmen ST dengan OR kematian di rumah sakit 3.2, 95IK 2.1-4.7; OR untuk gagal jantung 2.4 95IK 1.8-3.3. Sedangkan pada IMA tanpa elevasi segmen ST OR untuk kematian di rumah sakit 1.9 95IK 1.2-3.0; OR untuk gagal jantung 1.7, 95IK 1.1-2.5. Sedangkan pada angina pektoris tidak stabil OR untuk kematian di rumah sakit 2.8 95IK 1.4 — 5.5; OR untuk gagal jantung 2.0, 95IK 0.9-4.4. 11

2.1.4.2. Nilai Hemoglobin

Rendahnya nilai hemoglobin telah dijadikan faktor prediktor independen akan terjadinya rekurensi pada sindrom koroner akut, walaupun nilai hemoglobin yang rendah tidak dimasukkan dalam penilaian risiko pada pasien SKA. Beberapa mekanisme mungkin dapat menjelaskan nilai prediktif dari rendahnya nilai hemoglobin yang mungkin dapat menjadi faktor predisposisi terhadap terjadinya reccurent event atau hanya sebagai penanda risiko. Rendahnya nilai hemoglobin akan memperparah iskemia dengan meningkatkan kesenjangan antara kebutuhan dan suplai terhadap oksigen jaringan. Sebagai faktor risiko, anemia dapat dihubungkan dengan berbagai faktor risiko lainya seperti penuaan atau disfungsi ginjal, rendahnya hemoglobin sebagai prediktor terjadinya pendarahan, yang juga merupakan faktor prediktor terjadinya rekurensi pada pasien sindrom koroner akut. 10 Pada penelitian Pierre Vladimir Ennezat dkk, mereka menemukan adanya hubungan antara pasien usia tua, perempuan, diabetes mellitus, riwayat penyakit jantung koroner, hipertensi dengan anemia pada saat masuk rumah sakit. Dan mereka menemukan bahwa pada pasien yang anemia sering terjadi pada pasien infark miokard tanpa ST-elevasi. Pada pasien infark miokard dengan anemia lebih sering mengalami gangguan ginjal, dengan tanda penurunan GFR serta pasien dengan anemia memiliki nilai GRACE yang lebih tinggi dibanding yang tidak. Mereka juga menemukan pada 1064 pasien infark miokard yang mereka follow up selama enam bulan, sejak mulai masuk rumah sakit, terjadi 132 angka terjadinya MACE termasuk diantaranya kematian, sejumlah 68 kematian. Dan kebanyakan diantaranya adalah pasien dengan anemia dibanding dengan yang tanpa anemia HR 3,008 ,95IK 2.137-4.234; p0.0001. 9 Gambar 2.3 Kurva survival Kaplan-Meier menurut adanya anemia pada pasien infark miokard. 9 Pada kurva Kaplan-Meier tersebut, data anemia sendiri tanpa dihubungkan dengan GRACE didapatkan angka survival yang lebih rendah pada pasien infark miokard dengan anemia dibanding dengan yang tanpa anemia. Pada pasien infark miokard dengan anemia terjadi ketidakmampuan perfusi oksigen yang cukup pada bagian perifer tubuh, bahkan pada lokasi jantung yang infark, sehingga hal ini akan menyebabkan semakin luasnya area infark, hipotensi serta anemia. 9 Gambar 2.4 insiden kumulatif kejadian pada pasien yang diklasifikasikan dengan GRACE yang ditambah dengan anemia. A pasien risiko rendah menurut skor GRACErisiko5; B pasien risiko sedang menurut skor GRACE risiko 5-10; C pasien risiko tinggi menurut skor GRACE risiko 10. 9 GRACE score risiko 10 dapat dilihat dari data di atas, anemia berhubungan 3 kali lipat dengan peningkatan risiko kematian infark miokard pada follow up selama enam bulan. Anemia dapat memberikan data tambahan bagi GRACE score, guna mempertajam penilaiannya. 9

2.2 Kerangka Teori