Seni Membaca Al- Qur’an

20

2.1.1 Seni Membaca Al- Qur’an

Dalam membaca Al- qur’an banyak sekali seni yang dapat memperindah bacaan Al- Qur’an sehingga ketika dilafadzkan akan terdengar merdu. Seni- seni bacaan dalam Al- Qu’an antara lain adalah : εisbachul munir, 1999. 1. Qoror low, adalah piano suara lembut, maksudnya ialah suara yang paling rendah lowest . 2. Nawa medium ; adalah mempunyai dua cabang ; a. Mezzo Soprano ; yaitu antara suara tinggi dan rendah b. Mezzo forte ; yaitu suara sedang 3. Jawab high adalah crescendo yaitu suara yang menanjak kuat. 4. Jawabul jawab highest fortissimme ; yaitu suara yang sangat kuat Macam- macam variasi dalam membaca AslQur’an : εisbachul munir, 1999. 1. Adiyah Tidak banyak turun naik suara dan lagunya 2. Su’ud Menaikkan suara dan lagu secara bertangga 3. nurul Menurunkan suara dan lagu secara bertangga 4. Taqrir Mengulang-ulang lagu dan getaran suara 5. Raml Membarengkan suara dan lagu 6. Tahlid Mencampur variasi-variasi dalam satu cabang lagu Kegunaan lagu- lagu tilawatil Qur’an selain bisa diterapkan dengan bacaan tahqiq bacaan lambatpelan, seperti dalam aturan εusabaqoh Tilawatil Qur’an, juga bisa diterapkan pada bacaan tartil yaitu bacaan sedang, tidak terlalu lambat juga tidak terlalu cepat, seperti yang biasa dibaca dalam tadarus Al- Qur’an maupun bacaan ayat-ayat Al- Qur’an dalam sholat, bahkan pada bacaan-bacaan 21 yang lebih cepat lagi dari keduanya, seperti bacaan tadzwir atau hadr. Caranya cukup dengan suara yang sedang saja, tidak perlu memakai nada tinggi, juga mengurangi variasi-variasinya, lagu-lagu cabangnya maupun ukuran panjang pendek bacaannya, tentunya harus sesuai dengan aturan ilmu tajwid. Jelasnya, apabila lagu-lagu tersebut dipakai untuk keperluan bacaan-bacaan yang lebih cepat maka gaya bahasanya harus disederhanakan. Misbachul munir, 1999. Hal yang diperintahkan seorang qori adalah hendaknya ikhlas dalam bacaannya, mengharapkan pahala dari Allah SWT, tidak dimaksudkan sebagai sarana untuk sesuatu yang lain, bersopan santun dengan Al- qur’an dan mengkhusukkan hati bahwa sedang bermunajat kepada Allah. Untuk itu, ia membaca sebagaimana melihat Allah karena sesungguhnya jika ia tidak melihat- Nya, maka Allah SWT melihatnya. Imam Nawawi, 1995

2.1.2 Dzikir Al- Qur’an