54 dan jumlah responden, menentukan siapa pelaksana pengumpulan data. Tahap
selanjutnya adalah tahap pelaksanaan yang meliputi pengumpulan data dan supervisi lapangan sebelum data dibawa untuk diolah. Eko Budiarto, 2001
2.7.1 Faktor-faktor Yang Perlu Dipertimbangkan
a. Mendefinisikan populasi Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu.
Kumpulan individu yang akan diteliti atau diamati ciri-cirinya disebut dengan populasi studi. Bila penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh
individu dalam populasi, tetapi hanya diambil sebagian maka bagian tersebut dinamakan sampel. Populasi studi ditentukan berdasarkan kriteria
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Eko Budiarto, 2001 Jika populasi tidak didefinisikan dengan jelas, maka kesimpulan yang
ditarik dari hasil penelitian tidak mencerminkan populasi. Tanpa pembatasan yang jelas tentang elemen populasi, maka tidak akan
memperoleh sampel yang representatif, oleh karena itu dalam suatu penelitian apapun populasinya harus dibatasi dengan jelas dan tegas.
Awal Isgiyanto, 2009 b. Mendaftar elemen populasi
Seluruh unit yang menjadi elemen populasi dicatat dengan jelas sehinggga unit-unit yang menjadi elemen atau tidak akan dapat diketahui
dengan jelas. Untuk melakukan ini, maka peneliti harus membuat batasan tentang objek dan batasan populasinya. Awal Isgiyanto, 2009
55 c. Menentukan sampel
Dari daftar elemen populasi, kemudian dipilih elemen-elemen populasi yang akan menjadi sampel. Besar kecilnya suatu sampel bukan menjadi
ukuran untuk menentukan apakah sampel tersebut representatif atau tidak, akan tetapi tergantung dari karakteristik populasinya. Awal Isgiyanto,
2009 d. Menentukan teknik sampling
Teknik pengambilan sampel menjadi sangat penting karena jika salah dalam melaksanakan teknik sampling akan berdampak pada keterwakilan
dalam sampel yang akan diambil tidak mencerminkan karakteristik pada populasi. Awal Isgiyanto, 2009
2.7.2 Teknik Sampling
Pada umumnya penelitian dalam bidang kedokteran melibatkan jumlah responden yang banyak dan karena keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya maka
tidak seluruh unit diteliti. Penelitian hanya dilakukan terhadap sebagian dari populasi studi yang disebut sampel Eko Budiarto, 2001
. Pengambilan sampel dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Sampling Acak Probability sampling Random Sampling a. Sampling Acak Sederhana Simple Random Sampling
Pengambilan sampel acak sederhana ialah pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap unit dasar individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Eko Budiarto, 2001
56 Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan jika
populasinya homogen. Sampling dapat dilakukan dengan cara undian atau dengan tabel bilangan random. Awal Isgiyanto,
2009 b. Sampling Acak Sistematik Systematic Random Sampling
Sampling acak sistematik adalah sampling yang prosesnya mengikuti sistematik tertentu. Jika suatu sampel diperoleh
dengan mengambil satu angka dengan cara acak dari k elemen yang pertama pada kerangka sampling, kemudian setiap
interval k untuk elemen berikutnya, maka sampel yang diperoleh disebut sampel sitematik 1 dalam k dengan diawali
secara acak. Awal Isgiyanto, 2009 c. Saling Acak Berlapis Stratified Random Sampling
Bila sampling dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa strata, dimana setiap strata adalah homogen,
sedangkan antara strata terdapat sifat yang berbeda kemudian dilakukan pengambilan sampel pada setiap strata. Eko
Budiarto, 2001 d. Sampling Acak Rumpun Cluster Random Sampling
Pada teknik ini sampel yang diambil bukan unit individu, akan tetapi terdiri dari rumpun cluster. Pengambilan secara
rumpun atau kelompok pada populasi ini dilakukan dengan cara mendaftar banyaknya rumpun kelompok, kemudian
57 mengambil sampel berdasarkan rumpun kelompok tersebut.
Awal Isgiyanto, 2009 e. Sampling Acak Bertingkat Multi Stage Sampling
Cara ini merupakan salah satu model sampling secara acak yang pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi
menjadi beberapa fraksi kemudian diambil sampelnya. Sampel fraksi yang dihasilkan dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang
lebih kecil kemudian diambil sampelnya. Pengambilan menjadi fraksi ini dilakukan terus sampai pada unit sampel yang
diinginkan. Eko Budiarto, 2001 2. Non-probability Sampling Non Random Sampling
a. Sampling Seadanya Accidental Sampling Sampling dilakukan secara subjektif oleh peneliti ditinjau
dari sudut kemudahan, tempat pengambilan sampel, dan jumlah sampel yang akan diteliti. Eko Budiarto, 2001
b. Sampling Berjatah Quota Sampling Hampir sama dengan pengambilan sampel seadanya, tetapi
dengan kontrol yang lebih baik untuk mengurangi terjadinya bias. Eko Budiarto, 2001
c. Sampling dengan Pertimbangan Purposive Sampling Bila pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa
sehingga keterwakilannya ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan orang-orang yang telah berpengalaman Eko
Budiarto, 2001
58 d. Sampling Jenuh Saturation Sampling
Sampling jenuh
adalah sampling
yang prosesnya
berdasarkan sudah jenuh atau belum suatu sampel. Sampel dikatakan jenuh jika sampel yang terpilih sudah lebih setengah
populasi. Awal Isgiyanto, 2009 e. Sampling Bola Salju Snowball Sampling
Sampling bola salju adalah sampling yang dimulai dengan menentukan kelompok kecil yang diminta untuk menunjukkan
kawan-kawannya, kemudian
kawan-kawannya tersebut
menunjukkan kawan-kawannya yang lain. Awal Isgiyanto, 2009
2.7.3 Penentuan Besar Sampel